Bab 2

1.3K 85 0
                                    

Jalanan Ibu Kota masih padat seperti hari-hari biasanya, apalagi ini adalah hari Senin. Berulang kali Angga menghembuskan nafas lelah karena terjebak macet, salahnya sendiri tidak mengikuti arahan Bastian untuk melewati jalanan alternatif. Sedangkan Bastian hanya terkekeh mengejeknya, kedua sahabat itu sering kali terlibat perdebatan. Tapi siapapun tahu bahwa ikatan persahabatan mereka sudah sangat erat, bahkan seperti saudara sungguhan.

"Jadi apa alasan lo mau nikahin Amey secara resmi di mata hukum negara?" tanya Bastian setelah puas mengejek calon adik iparnya.

"Perlu banget jawaban dari gue?" tanya Angga ketus.

"Perlu lah! Lo mau nikahin adek gue, ya kali gue nggak mau tahu apapun alasan lo itu."

"Entahlah. Mungkin karena janji belasan tahun lalu," lirih Angga teringat akan janjinya pada Sendy.

"Yaelah. Janji sama anak kecil lo bawa-bawa, nggak bakal inget juga adek gue yang antik itu," cibir Bastian melepas kancing kemejanya sehingga menampilkan kaos di dalamnya.

"Gue kan orangnya nggak suka ingkar janji," kekeh Angga mengacak sedikit rambutnya.

"Basi!!! Lo cinta sama dia saja pakai alasan nepatin janji sama bocah," cibir Bastian ikut mengacak rambutnya sehingga penampipannya terlihat lebih santai dari sebelumnya.

Mobil yang dikendarai Angga akhirnya kembali melaju membelah padatnya jalana Ibu Kota. Keduanya berencana untuk menemui sahabat mereka saat kuliah dulu. Seorang gadis terabsurd namun mereka sangat menyayanginya. Hingga tak berapa lama mobil yang dikendarai Angga memasuki basement sebuah mall.

Keduanya berjalan beriringan memasuki mall dan menjadi pusat perhatian. Tubuh altetisnya layaknya sebuah ikan berjalan di depan para kucing betina yang lapar. Namun tidak di mata seorang gadis berambut panjang yang sudah berkacak pinggang di depan sebuah cafe. Mata gadis itu nampak menyala melihat kedua Bastian dan Angga berjalan beriringan ke arahnya.

"Lama bener sih lo pada, belumut nih gue nungguin dari tadi," keluhnya dengan bibir mengerucut.

"Macet kali, Sa," jawab Bastian sembari merangkul punggung Sasa.

"Makanya lo beli tuh jalan, jadi nggak perlu kejebak macet," seloroh Sasa yang berhasil membuat kedua sahabatnya tergelak.

"Bego dipelihara. Mana ada orang bisa beli jalan," Bastian menjentik kening Sasa sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Ada!!!"

"Siapa?" tanya Angga dengan tatapan meremehkan pada Sasa.

"Siapa ya? Gue juga belum pernah denger sih, ya sudah deh. Kenapa jadi bahas beli jalanan?" Sasa menggaruk pelipisnya dengan telunjuk karena menyadari kebodohannya.

"Heran gue. Kenapa itu Arriza mau sama lo sih?" tanya Bastian berdecak kesal melihat tingkah sahabatnya.

"Mungkin karena goyangan gue kali," jawab Sasa asal yang berhasil membuat Bastian dan Angga ternganga tidak percaya.

Keduanya memang tahu seperti apa hubungan Sasa dan Arriza, tapi mereka masih merasa risih jika gadis cantik itu berucap dengan lantang tentang hal seperti itu. Bahkan Angga langsung menutup telinganya saat mendengan kegilaan Sasa. Sedangkan Bastian langsung menjitak kepala gadis itu ketika sadar jika saat ini menjadi pusat perhatian. Lebih tepatnya karena mulut Sasa yang tanpa filter dan suaranya terlalu keras.

"Malu gue, Bas. Seriusan," ucap Angga mengusap wajahnya kasar.

"Lo pikir gue nggak? Ini cewek cantik tapi somplak," keluh Bastian sudah mengacungkan kepalan tangan tepat di depan wajahnya agar Sasa diam.

"Bodo!!!" sungut Sasa kesal.

Ketiganya terus berbincang tidak tentu arah, tentunya dengan sumpah serapah Bastian dan Angga tiap kali Sasa mengeluarkan kata-kata ajaibnya. Terlalu asik berbincang membuat ketiganya tidak sadar jika saat ini tengah menjadi pusat perhatian. Sampai akhirnya Bastian yang masih tergelak dengan matanya yang nyaris tertutup sempurna menangkap bayangan seseorang yang ia kenal. Tawanya terhenti dan ia menyipitkan mata untuk memastikan apa yang ia lihat saat ini.

SAH!!! (Sampai Akhirnya Jodoh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang