Panasnya cuaca siang ini sama panasnya dengan suasana mobil yang tengah dikendarak Bastian. Lelaki berwajah oriental itu sudah seperti seorang supir bagi Sendy dan Fifi. Belum lagi sejak tadi Fifi mencengkram pundaknya dengan keras. Ia yakin sekali saat ini pundaknya sudah memerah karena kerasnya cengkraman Fifi.
"Dek, kamu beli coklatnya sama Angga saja ya?" tanya Bastian di sela aktifitas mengemudinya.
"Kok begitu? Kan Amey mau beliin coklat buat Kak Angga, kenapa harus beli sama dia?" tanya Sendy dengan matanya yang mengerjap beberapa kali dan membuat Bastian gemas melihatnya.
"Koko mau temenin Fifi dulu, gimana?"
"Ya sudah. Tapi kalau Koko dan Fifi butuh bantuan langsung hubungin Amey ya. Mana tahu Rico butuh tonjokan di wajah lubangnya itu," ucap Sendy pasrah namun berakhir dengan sedikit berapi-api.
"Siapa yang ngajarin kamu ngomong begitu?" tanya Bastian penasaran darimana adik polosnya belajar kata kasar seperti itu.
"Waktu itu nggak sengaja ketemu Mbak Sasa sama pacarnya di Mall."
Bastian menepuk kening mendengar jawaban adik polosnya. Pantas saja Sendy bisa mengucapkan kata sekasar itu, rupanya gadis cantik di sampingnya ini mendengar dari sahabatnya. Sepertinya ia harus memperingatkan Angga untuk membuat Sendy tidak terlalu dekat dengan sahabat mereka. Bisa habis adiknya yang polos tapi barbar ini, Bastian tidak ingin adiknya berubah garang seperti Sasa.
"Ko..." lirih Fifi tepat di telinga Bastian yang langsung menggelinjang geli ketika merasakan nafas hangat Fifi mengenai telinga dan lehernya.
"Apa?"
"Nanti Fifi harus bilang apa?"
"Kita pikirin nanti, yang penting sekarang kita ikutin dulu mereka," jawab Bastian sesekali melirik Fifi dari spion tengah.
Ia merasa iba melihat gadis yang selama ini selalu digodanya. Apalagi melihat kekasihnya berciuman dengan perempuan lain. Bastian merasa sedikit dejavu dengan kejadian ini, membuatnya harus berpukur berulang kali di mana pernah melihat dan mengalami kejadian seperti ini. Tapi ia memilih kembali fokus mengendarai mobilnya mengikuti mobil Rico yang sekarang memasuki basement sebuah hotel berbintang di pusat kota.
Lelaki tampan berwajah oriental itu tersenyum sinis ketika mengikuti mobil Rico memasuki basement. Apalagi ia tahu hotel yang menjadi pilihan Rico dan selingkuhannya. Bersyukur sekali ia masih membawa Sendy saat ini, jadi mudah untuk mendapatkan akses data tamu hotel. Ketiga orang itu memilih masih bertahan di dalam mobil sampai Rico dan gadis berpakaian seksi itu memasuki hotel. Dan setelahnya mereka ikut turun, dengan Bastian yang tengah sibuk dengan ponselnya di telinga.
"Iya. Lo jemputin adek gue deh," ucap Bastian pada seseorang di balik sambungan sembari melirik adiknya yang sibuk menarik-narik tali ranselnya.
"Kak Angga kalau nggak jemput Amey, kita batal nikah. Amey nikah sama Dio saja!!!" teriak Sendy tepat di depan ponsel yang masih menempel di telinga sang kakak.
Bastian terkejut dan merasa telinganya pengang mendengar teriakan adiknya. Parahnya lagi Angga justru tertawa keras di balik sambungan. "Pecah gendang telinga Koko, Dek," protes Bastian sembari memegang telinganya yang masih terasa pengang.
"Maaf, Ko," ucap Sendy tulus dan ia kembali mendekati Fifi yang sibuk mengurut dada untuk mengendalikan emosinya agar tidak langsung menerjang Rico.
"Mau gue bantuin?" tanya Sendy menatap sahabatnya.
"Nggak. Lo bukannya bantuin, yang ada malah lo masuk perjara karena gebukin anak orang," tolak Fifi langsung dan berhasil membuat Sendy mendengus sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAH!!! (Sampai Akhirnya Jodoh)
HumorAwalnya Bastian hanya ingin menggoda Fifi, sahabat adiknya. Tapi instuisinya salah jika mengatakan bahwa Fifi adalah gadis yang akan dengan mudah ia takhlukkan. Pada akhirnya ia kalah dan harus mengakui jika Fifi sudah merebut hatinya. Dan inilah ce...