2. Adhira & Masa lalunya

166 29 22
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seluruh orang yang dilewati oleh seorang Raiden menyapa pria itu dengan ramah. Mantan ketua BEM ini cukup terkenal di kalangan Fakultas Arsitektur & Desain. Sementara teman Raiden, si Harsha sudah menunggu di depan ruang laboratorium komputer. Sengaja biar mereka berdua ke kedai kampus bareng.

Raiden benci kalau sendirian berjalan ke kedai kampus apalagi Kedai Aroma. Di sana banyak sekali wanita yang memerhatikannya, bukan kepedean atau bagaimana kenyataann sangat pahit bagi Raiden mengalami hal tersebut. Harsha merangkul kawannya setelah mendekati Raiden.

"Yo bro! Suntuk mulu muka lo. Senyum napa bentar lagi ketemu cewek-cewek cantik, haha." Candaan Harsha cukup membuat Raiden terkekeh.

"Ke Kedai Biru biasa. Jangan ke Aroma, jera gue diliatin dari jalan sampai habis makan," pinta Raiden.

Kedai Biru langganan Raiden kini agak sepi, entahlah atau jam segini kebanyakan mahasiswa ada pelajaran berlangsung. Dan hal tersebut membuat Raiden lega. Harsha memesan minuman untuk dirinya dan sahabatnya. Raiden meraih caramel coffee dari tangan Harsha.

"Kalau kedai kek gini tiap hari, gue lega. Tumbenan amat para Dosen ngasih pelajaran gak ada jeda. Kayaknya pada ngerjain project, presentasi, kuis. Hadeh," ujar Raiden sambil mengeluarkan laptop.

"Gue nyangkanya sih Pak Teil ngasih mahasiswa di sini project yang tenggatnya ngadi-ngadi. Coba lo liat sebelah sana, tadi gue liat Pak Teil masuk sana. Mahasiswanya pada murung, haha." Raiden mengikuti arah jemari Harsha. Ia tertawa terbahak-bahak setelah melihat salah satu mahasiswi dari kelas Pak Teil yang keluar dengan muka sebal.

Raiden menepuk bahu Harsha. "Pak Teil sangar banget dah. Tuh cewek udah kayak kebelet keluar dari kelasnya cepet-cepet. Tambah parah tuh Dosen." Pak Teil salah satu Dosen berumur tua yang paling ditakuti oleh mahasiswa jurusan Arsitektur.

"Untung aja gue, Den, gak ada lagi mata kuliah yang diampu sama Pak Teil," timpal Harsha.

"Sama, bro. Alhamdullilah kita yah, udah gitu dapet A juga. Akibat kita menyogok dengan kopi cinta," tukas Raiden sambil terkekeh dengan kejadian mengajak Pak Teil nongkrong di kedai bersama Harsha.

Harsha mengingat masa lalunya. "Bener juga. Kopi cinta dengan racikan Mbok Wita. Beuh, kangen juga ke sana. Kapan-kapan lah kita mampir lagi, Den, ke Kedai Aroma. Udah kalau ada cewek yang ngegoda lo tinggal bilang gue aja." Ucapan Harsha membuat Raiden berpikir.

"Yaudah, besok aja. Beli kopi, duduk lima menit, pulang."

"Gitu dong, bro."

"Sa, gue kemaren sehabis nganterin Rena ketemu sama Ira."

Harsha tertegun, lalu menatap mata Raiden serius. "Terus gimana, Den?"

"Dia nanya kabar sama nomer telpon lo. Dia ada tanda nge-chat lo gak kemaren?" tanya Raiden.

Perkara Raiden! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang