✨PROLOG✨

737 27 2
                                    

Hai semua
Sesuai dengan rencana, aku mau tulis ulang cerita ini. Dengan harapan, aku bisa menggarap lebih banyak pembaca.

Terimakasih yang sudah setia dengan Rania. Aku ucapin terimakasih sebanyak-banyaknya. Aku akan berusaha buat cerita ini jadi lebih baik lagi.

Selamat membaca🕊️🕊️🕊️

•••

"Anak anda terkena leukemia stadium satu. Kami akan memberikan antibiotik sebagai tahapan awal. Kita akan menunggu perkembangan untuk pengobatan selanjutnya." Dokter itu menutup map-nya dan melepas kacamatanya. Ia menatap sekilas pasien dihadapannya yang bergetar cemas dan ketakutan.


"Saya nggak mau kehilangan anak sulung saya. Berapapun akan saya berikan, asalkan dokter melakukan segala cara agar anak saya bisa sembuh" Vita pasrah, menjambak rambutnya pelan dan menyembunyikan wajahnya di pundak suaminya, Doni.

"Untung saja bapak dan ibu menanganinya dengan sigap. Kalau tidak, bisa saja penyakit Rania tidak terdeteksi karena sulit sekali mengetahui leukemia stadium awal. Namun anak kalian sangat kuat dan penuh semangat dalam hidupnya. Saya yakin Rania bisa melewatinya." Ucap dokter seperti biasa guna menenangkan pasiennya.
Doni menghela nafas dan menggenggam tangan istrinya itu.

•••

|Sepuluh tahun kemudian|

"INDONESIA TANAH AIRKU,
TANAH TUMPAH DARAHKU..."

Semua siswa berbaris dan hormat pada sang merah putih, menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmat kecuali anak yang berada pada barisan paling belakang. Rusuh.
Pengacau.

Setelah upacara selesai, para murid baru, berkumpul ke aula untuk memulai Masa Orientasi Sekolah.
Rania dan sahabatnya Desfa duduk di kursi paling depan. Mereka tampak antusias untuk memulai masa putih abu-abu mereka.

"kita saksikan, Gamalio Keano. Siswa berprestasi yang menjadi bintang di sekolah kita dengan nilai rata-rata 4,0 dari 4,0 nilai rata rata maximum! Kita beri tepuk tangan yang meriah!"
Sosok yang ditunggu semua orang yang penasaran bagaimana rupa si jenius yang dimaksud. Mulai dari langkah kakinya yang terdengar, semua orang langsung menghadap ke sumber suara tersebut.

Tuk...tuk...tuk....

Sosok itu nampak megah diikuti pantulan suara langkah kakinya. Ketika lampu sorot mengarah kepadanya, semua mata terbuka memandang wajah bagaikan dewa surgawi. Saat memegang microphone lelaki itu tampak menawan bahkan suaranya tegas ketika mulutnya mengeluarkan beberapa kata.

"Saya mengucapkan terimakasih atas penghargaan yang bapak ibu serta teman-teman berikan. Saya berharap pendidikan kita bisa berjalan dengan lancar. Saya sama seperti teman-teman, saya masih belajar dan tidak ada yang sempurna di dunia ini, jadi mohon bantuannya. Terimakasih." Gama memberi kata penutup, acara selesai.

Rania yang tak sadar kalau acara telah usai hanya terpaku tanpa mengedipkan matanya. Ia masih sibuk di dalam pikirannya yang terbayang dengan wajah si Tampan.

"Pokoknya aku mau sama dia. Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?" Rania meletakan tangannya di dada, menghela nafas tak menyangka kalau jantungnya berdebar begitu cepat.

"Itu bukan perasaan cinta, tapi kagum sekedar suka. Lagian kamu itu Alay banget!!" ledek sahabatnya itu.
Rania mengerucutkan bibirnya tak terima dengan perkataan sahabatnya itu, alhasil ia mencubit pinggang Desfa hingga sahabatnya itu meringis kesakitan.

RANIA✔️ [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang