X

127 9 2
                                    

Seperti angin melesat bebas seperti itulah Desfa berlari. Masih dengan seragam sekolah, gadis itu tak memedulikan beberapa pasang mata memandang.

"Ran!!!" Serunya.

Rania yang baru saja hendak menonton siaran harus mengurungkan niatnya. Ia pun meletakkan kembali remote yang ada di genggamannya.

"Apasih heboh banget!" Keluh Rania.

"Mau tahu ada berita bagus!"

"Apa?" Rania mencoba untuk terlihat tidak peduli.

"Gama sama Sophian putus!" Seru Desfa diiringi dengan tepuk tangan kegirangan.

"Gak minat lagi sama Gama,"uajrnya pelan.

Desfa terpaku, ia memukul pelan pipi Rania mencoba mencari tahu apa yang salah terhadap anak ini, "Ran, ini kamu kan?"

"Rania, akhirnya kamu bisa lepas dari pesona si Gama. Sebenarnya aku juga gak pengen sih kamu sama Gama, aku kira kamu bakal semangat dengar kabar ini, makanya aku buru-buru kasih tau," jelas Desfa.

Rania mengangguk, entah kenapa ia ingin sekali bermain ponsel. Ia pun membuka Instagram, lalu mengecek notifikasi yang masuk.

"Loh, Gama? Dia minta pertemanan sama aku di IG!" Seru Rania.

"Please deh Rania, jangan gara gara ini kamu gagal move-on!" Peringat Desfa.

Dengan sigap, Rania menekan tanda biru untuk mengikuti balik orang tersebut. Wajahnya tak berbohong, senyumnya terpancar sedikit demi sedikit.

"Ran!!!!" Seru Desfa menunjukkan layar ponselnya pada Rania.

"Apasih!" Rania memutar bola matanya malas.

"Hah, Gila?!" Teriak Rania.

"Iya, masa Sophian pacaran sama abang kelas! Padahal baru putus dari Gama hari ini,"

"Udahlah biarin aja; bukan urusan kita," Rania menghentikan aksi gibah mereka yang baru seumur jagung, jika dilanjutkan pasti akan menjadi cerita yang tidak-tidak.

Desfa pun mengganti topik, ia menceritakan peristiwa yang terjadi kemarin. Bagaimana Rino memberi kabar bahwa kakak sepupunya itu sudah dipenjara.

"Wahh, harusnya lebih lama di penjara. Masa cuman 5 tahun, gak adil!" Celetuk Rania.

"Ada pertimbangan yang buat masa penjara dia jadi berkurang, tapi harusnya kita bersyukur," ujar Desfa.

Tok tok tok....

Perhatian mereka terpaku pada pintu yang terketuk, siapa yang hendak bertamu di jam sibuk seperti ini. Pintu terbuka, ternyata ketua kelas mereka, Julian.

"Halo, Rania!" Sapanya, seseorang lain masuk dan ternyata itu Sophian.

"Hai Rania, semoga cepat sembuh ya. Kami perwakilan dari kelas untuk jenguk kamu," Sophian meletakan parsel buah di atas nakas dekat ranjang.

"Wah, gak perlu repot. Besok aku udah bisa sekolah kok,"

"Namanya juga tugas kami sebagai ketua dan wakil, ini juga sebagai bentuk pertemanan kelas kita!" Jelas Julian.

Sophian yang memandangi Rania seakan hendak mengatakan sesuatu di dalam pikirannya. Cukup lama ia terdiam untuk menimbang pertanyaan nya, akhirnya ia memutuskan untuk melontarkan beberapa pertanyaan tersebut pada Rania.

"Maaf kalau keterlaluan, dari kelas 10 kamu kok sakit aja kerjaannya. Kamu punya penyakit apaan sih?"

Julian mencubit lengan Sophian yang menurutnya berbicara tidak hati hati. Namun Rania membalas tersenyum, "Gak apa kok aku gak tersinggung, sedari kecil imunku lemah aku gak bisa melakukan aktivitas normal," lagi lagi Rania harus berbohong, tidak mungkin ia jujur mengenai penyakitnya. Rania yang keras kepala tidak akan mungkin membiarkan orang lain mengasihani dirinya.

"Oh begitu, nama kamu bagus loh barusan ada di beranda Instagram kalau arti nama kamu Surga. Wah semoga masuk surga ya!" Ucap Sophian.

Julian menyikut Sophian lalu berbisik, "Kamu kayak gak dididik cara berbicara,"

Seakan tak terima Sophian pun membalas ucapan Julian, "Loh aku salah apa, lagian Rania gak tersinggung kok. Kamu banci ya, sensian amat!"

Ruangan kembali sunyi setelah kedua orang tadi memilih untuk pulang karena perdebatan semakin panjang. Rania dan Desfa menghembuskan nafas mereka lega.

Tak terasa hampir jam empat, sesuai janji Desfa harus pergi. Untung saja Rino sudah selesai kuliah, jadi ia bisa menggantikan Desfa.

"Kamu gak apa-apa ambil barang kamu sendirian?" Tanya Rania.

"Tenang aja, nanti tante aku datang ke rumah kamu dan ada asisten kamu juga yang bantu," jelasnya.

•••

Sudah hampir satu tahun Desfa tinggal di kediaman Rania, semua berkat orang tua Rania yang mengizinkan dirinya tinggal disana alih-alih menjaganya. Orang tua Rania bahkan sudah percaya pada Desfa serta Tantenya.

"Masukan aja langsung ke Mobil," perintah tantenya.

"Mbak Jean, pasti berat ya mengenai anakmu," Vita menghampiri wanita yang lebih tua darinya 5 tahun. Tantenya Desfa.

"Yah mau gimana lagi, sekarang saya cuman punya peninggalan adik saya. Desfa, bocah malang." Jean mengingat kejadian tragis beberapa tahun lalu yang menyebabkan nyawa adiknya dan iparnya melayang. Hanya Desfa yang selamat waktu itu.

"Saya prihatin dengan Desfa, mbak. Tapi jujur dia adalah anak yang kuat, saya suka sekali dengan ketangguhannya. Dia seakan sosok kakak bagi Rania dan Fani," Vita tersenyum, hingga ia tak sadar bahwa sudah waktunya mereka pergi.

"Rino, keponakanmu senasib dengan Desfa. Saya berpikir bahwa mereka jodoh, entah kenapa saya suka sekali dengan Rino. Dia adalah murah hati, rela mengorbankan waktunya demi menyelesaikan kasus putriku," Jean mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil, padahal Desfa sudah menunggu di dalam. Wanita itu  terpaku pada pembicaraan dengan Vita.

"Saya juga gak kepikiran, kenapa dia bisa berusaha keras seperti itu. Sifatnya itu membuat kami bangga. Apa kita jodohkan saja dengan Desfa?" Kelakarnya, Vita menambah sedikit tawa diakhir kemudian diikuti oleh Jean yang juga menganggap hal tersebut adalah candaan.

"Mereka ini bicara aneh-aneh, dijodohin sama kak Rino? Ya aku mau lah!!!" Teriak batin Desfa.

"Oke, sampai jumpa. Terimakasih sudah menerima keponakan nakalku yang satu ini!" Jean menyalakan mobil, walaupun kepalanya hendak keluar karena masih bicara dengan Vita.

"Harusnya saya berterimakasih, Desfa banyak membantu kami! Sampai jumpa,"

Mobil pun melaju menerjang dedaunan di jalanan, musik di mobil menambah kesegaran mereka udara juga sangat baik untuk menyapa mereka. Semua terasa ringan ketika dikelilingi orang-orang yang baik.

"Kamu kalau nikah sama Rino, mau gak?" Tentu saja Desfa terkejut oleh pertanyaan tiba-tiba dari Tantenya.

"A–apa sih, Tan! Aku masih sekolah, dibawah umur" tegasnya alias berpura-pura tegas. Tak mungkin ia terlalu jujur.

"Jadi kalau udah diatas umur kamu mau?"

"Is, jangan aneh-aneh deh, Tan!" Jawab Desfa.

"Bercanda, gitu doang salting!" Ledeknya.

"Tante gak tau aja aku gak salting tapi salting brutal!!!"

•••

TBC

Mau nanya dong, kalian suka couple •Rania x Gama
•Desfa x Rino

Oh iya jangan lupa kritik dan sarannya ya.

Juri dibayar buat ngasih saran, tapi kalian ngasihnya gratis. Makanya, aku terima semua saran dari kalian.

Jangan lupa vote supaya semangat update, part dari novel ini gak banyak kok. Sorry ya lama update, karena ada kesibukan😭😭

Love love kalian semuaaa


RANIA✔️ [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang