Eh aku suka tau kalo kalian komen, walaupun cuma 1 orang:v
Enjoy..
Perlahan Jean mulai membuka matanya, bau obat obatan mulai menyapa Indra penciumannya. Ia melihat ke sekelilingnya, hanya ada dirinya dan barisan ranjang kosong di samping.
Perlahan ia mulai mendudukkan dirinya sambil melepas masker oksigen yang ia kenakan.
"Jean, akhirnya lo sadar juga"
Ia menoleh ke sumber suara, ternyata Jevano dan ia enggan menjawab ucapannya itu dan memilih meminum air yang diberikan Jevano.
"Gimana keadaan lo? Apa yang Lo rasa sekarang? Pusing, atau ada mual?" Jevano mendaratkan punggung tangannya kedahi Jean "syukurlah gak demam, lo kenapa bisa kayak gini, Je? kalo lu sakit bilang dan gue gak mau kejadian kayak gini keulang lagi, gue cuma mau lu gak kenapa Napa"ucap Jevano panjang lebar
"A-aku gapapa, kak. Cuma pusing aja" Jeano memberikan senyumannya.
"Gapapa gimana, tadi Lo pingsan dilapangan dan hidung lo mimisan, Jean"
Jean menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia cukup terkejut pasalnya Jevano akan sekhawatir itu pada dirinya.
"Kakak khawatir ya? Kak Ano lucu banget mukanya jadi panik gitu." Jean tertawa melihat kak Jevanonya.
"Ngga, gue gak khawatir. lo cuma bikin acara jadi gak kondusif, planning yang udah gue buat seketika berantakan dan satu hal lagi, karena lo pingsan tadi gue yang jadi kena imbasnya karena gue harus ngurusin lo, gua jadi lepas tanggung jawab sama kegiatan tadi" Jevano tersulut emosi, jujur ia sangat khawatir kepada adiknya tapi kenapa Jean bisa bisanya menertawakan kekhawatirannya.
"Maaf.." Jeano menundukkan kepalanya lesu, wajahnya yang semula senang mendadak sedih, bahunya bergetar. Ia tidak berani menatap Jevano.
"Ayo balik udah sore, barang barang lo udah dimobil semua" Jevano enggan untuk melihat adiknya.
"Bisa jalan gak?" Tanya Jevano dengan nada seolah tidak peduli.
Jean hanya menggeleng lemah.
"Cck, nyusahin banget. Cepetan naik ke punggung gue" Jevano membalikan badannya membelakangi Jean.
Jean yang melihat itu hanya tersenyum kecil lalu naik ke punggung tegap kakaknya. Mereka berdua berjalan ke parkiran tanpa ada yang melihat, karena kampus sudah sepi.
Suasana canggung kini menyelimuti mereka berdua, hanya ada suara kendaraan yang lalu lalang.
Jevano yang sibuk menyetir dan Jean yang sedang bergelut dalam pikirannya.
Perjalanan terasa sangat lama, biasanya mereka akan bercanda dan tertawa membuat perjalanan tak terasa.
Akhirnya mobil milik Jevano masuk kedalam pekarangan rumahnya. Ia keluar terlebih dahulu meninggalkan Jean yang berdecak sebal.
***
Malam harinya mereka makan bersama, tidak ada topik pembicaraan diantara mereka hanya ada suara dentingan piring dan sendok.
"Kak, aku mau tidur dikamar sebelah. Kakak mau gak bantuin aku beresin kamar itu?" Tanya Jean ragu ragu.
Jevano tidak menggubris perkataan Jean, ia hanya fokus pada makanannya. Setelah selesai Jevano memutuskan untuk langsung menuju kamarnya.
Jean yang melihat itu hanya menghela nafas pasrah, mungkin Jevano sedang marah karena ia telah mengacaukan semuanya, Ia memaklumi itu.
Akhirnya Jean memutuskan untuk membereskan kamar itu sendirian, dimulai dari mengganti Gorden dan badcover. Jean terbatuk-batuk karena debu yang beterbangan, batuk itu tidak kunjung berhenti dan sekarang ia kesulitan bernafas karena terlalu lama menghirup udara kotor. Ia memukul-mukul dadanya berharap agar pasokan oksigen itu bisa masuk ke rongga paru parunya.
***
Jevano sedang mengganti bajunya menjadi lebih santai, ia memainkan handphone nya sebentar sebelum membersihkan kamar yang akan digunakan adiknya. Namun saat sedang asik memainkan ponselnya ia mendengar suara orang sedang batuk, dan ia tau itu pasti adiknya.
"Bodoh banget sih Jean"..
Ia langsung menuju kamar itu dan melihat Jean sedang terduduk dipinggir ranjang sambil memukul pelan dadanya. Ia menghampiri Jean lalu menariknya untuk keluar dari kamar itu dan membawanya kekamar yang biasa mereka gunakan.
"Lo bodoh atau gimana? Lo kan tau kalo lo itu punya asma, ngapain ngebersihin itu sendiri goblokㅡ
Ah emng dari dulu lu itu bodoh, Jean. Inhaler lo simpen dimana?" Jevano berusaha mencari inhaler itu sambil memarahi Jean.
"Aku.... Lupa" ucap Jean dengan nafas terengah-engah.
"JEANO CAKRA BUANA, SUMPAH LO BEGO BANGET LO BISA MATI KALO GINI TERUS. DIMANA INHALER LO" Jevano mulai berteriak frustasi, ia tidak tahu dimana benda itu.
Setelah pencarian yang menguras emosi akhirnya ia menemukannya didalam laci dan langsung memberikannya kepada Jean.
Jeano sudah bernafas lebih baik sekarang.
"Lo yang sesek nafas, tapi gue yang hampir mati" ucap Jevano meninggalkan Jean.
Jevano membersihkan kamar tidur yang akan ditempati adiknya. Tidak butuh waktu lama akhirnya semuanya selesai, yang ia lakukan sekarang adalah memindahkan barang barang Jeano kekamar barunya.
Saat sedang menata barang barang itu, mata Jevano melihat sebuah kantung putih yang menarik perhatiannya. Ia memutuskan untuk melihat isi dari kantung itu.
"Obat? banyak banget" batinnya, saat ia sedang membaca obat apakah itu tiba tiba Jean datang dan langsung merebut kantung itu dengan cepat.
"Ngapain sih buka buka punya orang, gak sopan tau"
''lo sakit apa? ko obatnya banyak banget" tanya Jevano.
"ini cumaㅡ
Emm... Vitamin"
Jevano memicingkan matanya melihat kearah Jean. Jean lalu menyuruh Jevano dengan paksa dan langsung menutup pintu kamarnya dengan cepat.
"IYA SAMA SAMA, cih gak tau terima kasih udah gue bantuin" Jevano melenggang pergi ke kamarnya dan memutuskan untuk tidur.
Disisi lain Jean yang tengah panik karena kakaknya mengetahui obatnya.
Jean berjalan kearah balkon dan melihat betapa sunyinya keadaan diluar sana, ia menghirup udara malam sambil melihat bintang bintang yang menghiasi gelapnya langit malam.
"Aku takut kalau nanti gak bisa terus ada disamping kak Ano"
"Aku sebenernya ngantuk, tapi aku takut buat pejamin mataㅡ
Takut kalau pagi tidak bangun lagi"
Jeano ingin hidup seperti remaja pada umumnya tanpa kekhawatiran yang menyelimuti dirinya, ia ingin bebas berlari tanpa harus memikirkan penyakit sialannya.
Jeano Ingin sekali seperti Jevano yang hidup bebas, memiliki banyak teman tanpa memiliki kekurangan. Ia sangat iri dengan kehidupan Jevano, menurutnya Jevano memiliki apa yang tidak ia miliki. Ia lupa kalau ia memiliki teman yang dari dulu selalu menemaninya, teman terbaik nya adalah inhaler bodoh..
TBC
Jean abis dimarahin jevano
KAMU SEDANG MEMBACA
UnHappyㅡJeno
Não FicçãoKatanya takdir anak kembar itu selalu sama, tapi tidak dengan Jevano Cakra Buana yang kembali dipertemukan dengan saudara kembarnya yang memiliki sifat 180° berbanding terbalik dengan sifatnya setelah bertahun tahun berpisah. Namun apakah dia akan m...