2. Rindu

81 66 27
                                    



Bandung,07:45

Udara sejuk menyeruak di sekitar ruangan dengan pemandangan alam nan asri, tetesan embun di dedaunan juga suara burung saling menyahut membangunkan seluruh umat, seperti seorang gadis yang sedang bergelung di balik selimut tebal itu mulai terbangun dari tidurnya, mentari pagi yg menembus tirai kamar telah menerpa wajah gadis yang memiliki paras ayu tersebut.

Jam weker di samping gadis itu pun berbunyi dengan nyaring, lalu ia bangkit dan duduk bersandar di ranjangnya meregangkan otot yang terasa kaku itu kemudian beringsut ke samping mematikan jam nya.

Ceklek..

Tak lama pintu kamar gadis itu pun terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya yang memiliki paras cantik dan segar walau usianya tak lagi muda.

"Loh kok baru bangun ... biasanya jam segini kamu udah rapi loh," ucapnya sambil berjalan menuju tirai lalu menyibaknya, membuat sinar matahari pagi itu menerangi kamar.

Namun yang ditanya itupun masih termenung dan tak merespon ucapan ibunya.

"Hey kenapa..? kok ibu tanya malah diem sambil melamun ada apa." lanjutnya sambil berjalan mendekati gadis itu.

"Semalam Bulan gak bisa tidur Bu, gak tau kenapa.." sahut gadis itu pada ibunya sambil mengikat rambut panjangnya asal.

Kalian masih ingat dengan gadis kecil yang sangat di rindukan Langit? dia gadis kecil yang dulu pernah bertemu dengan seorang anak lelaki di tepi danau, (Bulan Putri Maharani).
Kini anak kecil itu tumbuh menjadi gadis dewasa, parasnya yang cantik alami khas dari jawa barat ini telah diwariskan oleh ibunya, Bulan juga sering dijuluki sebagai mojang Bandung oleh warga sekitar terutama para remaja.

Tak sedikit yang mengajak Bulan berpacaran atau menikah, namun Bulan selalu menolak entah karena apa, hatinya selalu kurang merasa yakin jika menjalin hubungan.

Lalu wanita paruh baya itu mendekat kemudian duduk di bibir ranjang putrinya.

"Kenapa, apa kah ini menyangkut pekerjaanmu." tanyanya sambil tersenyum.

"Eeem ... entahlah akhir akhir ini aku sering mimpi sosok anak lelaki itu Bu, yang meminjamkan saputangan nya kala itu padaku tapi..." ucapnya terhenti.

"Tapi..." tanya wanita itu penasaran.

"Tapi dalam mimpiku kali ini dia telah berubah menjadi laki-laki dewasa dan ... ketika aku terbangun.. aku tak bisa mengingat wajahnya lagi." lanjut Bulan.

Lalu wanita paruh baya itu diam sejenak sambil tersenyum penuh arti.

"Menurut ibu.. sepertinya dia merindukan mu nak." ucapnya sambil menggoda Bulan.

Gadis itupun hanya tersipu malu mendengar ucapan ibunya barusan.

"Ah ibu bisa saja mana mungkin ia merindukan ku, kami sudah lama berpisah masa iyah 17 tahun itu dia masih mengingatku." jawabnya sambil terkekeh.

"Tidak ada yang tidak mungkin, bisa saja ia sedang memikirkan mu sekarang, mungkin ia ingin berjumpa kelak." ucap wanita itu sambi mengelus rambut putrinya.

Lalu bulan memeluk ibunya sambil berkata.
"Semoga saja... aku pun berharap begitu." lirihnya.

"Sudah ayok siap siap terus mandi ibu tunggu di bawah kita sarapan." ajak wanita itu lalu melepas pelukan putrinya.

"Emang kita mau ke mana bu?" tanya Bulan dengan kebingungannya.

"Ya ampun Bulan... ini hari Sabtu, biasanya kamu bakal ke pasar bantu ibu beli bahan masakan, kasihan anak panti nak mereka gak makan siang nanti." sambil berkacak pinggang kemudian menggeleng kan kepalanya.

Sesaat SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang