14. Pelukan hangat

53 50 29
                                    


Happy reading

🌹🌹🌹





Play song: Rindu dalam hati



Di perjalanan menuju Bandung saat ini Langit dan Bulan tengah berceloteh ria bersama bocah cilik yang tak habis habisnya menceritakan keinginannya untuk memiliki adik kepada nenek dan kakeknya, di mobil keluarga sudah di isi oleh Langit, Hendrik, Anika, juga Bulan dan tak lupa pula cucu kesayangan keluarga Brahman.

"Benarkah seperti itu sayang?" Tanya sang nenek.

"Iya nek kemarin pas di kamar, sesudah Galih mandi papi tiba tiba masuk nyariin mami terus papi gendong mami tapi anehnya mami malah teriak minta tolong ke Galih buat usir papi," ucapnya.

Seketika semua orang terdiam tak percaya dengan penuturan anak kecil itu.
"terus terus?" Kali ini Langit yang bertanya karena merasa penasaran dengan cerita keponakannya.

"Heh!" kecam Bulan sambil mencubit lengan kekar Langit walaupun rasanya tak seberapa menurut nya.

Sedangkan sang empu yang di cubit pun hanya tersenyum miring."Penasaran." bisik Langit.

"Terus papi bilang gini sama Galih. Gal papi minjem mami dulu yah, terus Galih jawab oke, udah selesai deh." ucap bocah itu sambil tertawa kemudian menceritakan semua kejadian nya dengan detail.

"Lantas cucu nenek kok bisa tau sih kalo papi sama mami mau ngasih Galih dede bayi?" Tanya Anika.

"Kata om Langit... papi pengen banget bikinin dede bayi buat Galih nek, terus Galih bilang ke papi kalo Galih juga pengen punya dede bayi supaya nanti pas main Galih ada temennya," Ucap Galih sambil tersenyum menampilkan deretan gigi nya.

Semua mata kini langsung tertuju dengan tajam menghadap ke arah laki laki yang telah membuat cucu kesayangan mereka mengumumkan berita hoax kalau Amira sedang mengandung calon bayi kepada seluruh maid di rumah dan itu membuat Amira kewalahan menjawab satu persatu pertanyaan mereka juga para ibu ibu kompleks sekaligus.

"Ekhem.. pah tadi saham udah Langit kirim, cek nya ada di email." ucap Langit mengalih topik pembicaraan agar bisa meredam amarah yang akan datang nanti.

Sang ayah hanya terkekeh melihat tingkah laku putra jailnya itu.
"Huftt lihat tuh mah, sepertinya kita harus segera meminang Bulan untuk Langit." Bisik Hendrik pada Anika yang sedari tadi hanya diam menyimak.

"Sudah tidak di ragukan pah, papah pasti ngerti soalnya Langit butuh pawang buat gak jail melulu." ucap Anika sambil tertawa kecil.

Tak terasa perjalanan telah mereka tempuh selama lima jam lamanya, Galih yang sudah tertidur pulas di pangkuan sang nenek dan kakek, kini tinggalah Langit dan Bulan  yang masih terjaga.

"Kau tidak mengantuk?" tanya Langit pelan sambil menggenggam lembut tangan gadisnya.

Sang empu yang di panggil itupun hanya tersenyum menggelengkan kepalanya.

"Kenapa hem," tanya Langit.

"Aku masih ingin menemani mu Lang ... kau pasti lelah berjaga seharian sambil menyetir." Ucap Bulan.

Sesaat SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang