9. First to me

60 59 11
                                    

Happy reading



Play song: a story never told


"Sa-saya.. tidak mengerti dengan pertanyaan yang anda maksud." ucap Bulan mulai was was.

Langit yang faham dengan gestur tubuh gadisnya itupun tersenyum miring, selang beberapa menit saat acara makan malam sudah hampir selesai tiba-tiba Langit bertanya.
"Lantas siapa gadis yang memecahkan vas di halaman ku?" tanya Langit sambil menuangkan jus pada gelas Bulan.

Astaga apa yang ia dengar tadi? Langit melihatnya, sungguh yang Bulan rasakan saat ini ia seperti tidak bisa menghirup udara seperti biasanya seakan oksigen di bumi menghilang.

"A-apa yang harus aku lakukan sekarang bagaimana bisa Langit mengetahuinya." ucap Bulan dalam hati.

"Ah.. permisi semuanya saya izin ke toilet sebentar." ucap Bulan sambil tersenyum lalu bangkit dari duduknya.

"Oh tentu Bulan silahkan atau mau sekalian saya antar." ucap Amira.

"Ti-tidak usah mbak saya bisa sendiri saja." tolaknya secara halus kemudian pergi meninggalkan meja makan.

"Mengapa kau menghindariku Bulan, sebenci itukah kau sampai tak mampu menjawabnya." ucap Langit dalam hati.

Lalu Langit mengambil ponsel yang berada di sakunya kemudian mengirim pesan pada sekertarisnya Ardi.

(Ardi)

Me: Ar kosongkan toiletnya jangan sampai ada satupun orang yang masuk.

Ardi: baik tuan laksanakan.

Kemudian Langit bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu mau kemana sayang." tanya Anika pada anaknya.

"Ke depan sebentar mah." jawab Langit.

°°°°°°

Di toilet..


Disebuah cermin besar yang berada di dalam toilet kini Bulan tengah menangis sambil menatap cermin itu.

"Mengapa harus sesakit ini..  bertahun lamanya aku menunggumu kembali.. mengapa kau baru datang padaku sekarang Lang?" ucap Bulan lirih dengan air mata yang terus mengalir.

"Aku bahkan bingung dengan perasaanku saat ini, aku kecewa padamu." lanjutnya.

Tanpa Bulan sadari ternyata ada seseorang yang masuk kedalam toilet itu kemudian menatap Bulan dari jauh."berhentilah membuang air matamu." ucap Langit.

Bulan yang tengah menangis itupun menolehkan pandangannya pada Langit.


"Langit.." ucap Bulan terkejut tak kala laki laki itu datang.

Langit terus berjalan mendekat kearahnya.

Sang empu yang di tatap hanya diam sambil menundukkan
kepalanya.

"Bulan apa kau mengenalku." tanya Langit.

Sedikit demi sedikit jarak diantara mereka menipis karena Langit yang terus memojokkan Bulan hingga punggung gadis itu menempel pada tembok.

Sesaat SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang