5. Mengetahui

59 59 13
                                    

Happy reading



Play song: cinta tanpa syarat

"Lihat apakah kamu mengenal dia?"
tanya Arum pada Langit sambil menunjukkan jarinya pada bingkai foto yang menempel didinding.

"di-dia bagaimana.. ibu tau dan kenapa foto itu.." ucap Langit begitu syok.

"Bulan putri ibu nak," ucap Arum sambil berjalan ke arah Langit membawa bingkainya lalu memberikan bingkai foto itu pada Langit.

"Ambil ini." lanjutnya.

Lalu Langit pun menerima bingkai foto itu sambil terus menatap gadis kecil yang ada didalamnya, gadis itu sedang memakan gulali dengan rambut yang di ikat dua.

Sungguh saat ini ia bingung harus mengatakan apa. rasa sedih, bahagia, semua itu bercampur menjadi satu sampai-sampai ia tak menyadari air mata nya menetes begitu saja.

"Selama ini dia juga sama seperti mu nak, Bulan selalu menangis tak kala ia mulai merindukanmu ... dia terus mencari keberadaan nak Langit, kata Bulan ... saputangan Langit belum Bulan kasih nanti mamah dia marah sama Bulan." ucap Arum sambil tersenyum lalu menangis ketika mengulang kalimat putrinya itu.

Sosok Langit yang berwibawa kini tergantikan oleh sosok orang yang begitu rapuh dan runtuh, sesak dadanya saat ini, mendengar gadisnya selalu menangis karenanya.

"Kapan Bulan pulang Bu?" tanya Langit dengan suaranya sedikit serak sambil terus menatap bingka foto itu dengan tatapan bersalahnya.

Arum yang mendengar suara Langit pun tersadar dari lamunannya kemudian menjawab.

"Minggu depan nak, setelah pekerjanya selesai." ucapnya.

Langit tersenyum lega saat mendengar gadisnya akan pulang dalam kurun waktu dekat.

"Itu artinya saya masih bisa ketemu Bulan Bu?" ucapnya sambil mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir.

"Iyah tentu nak, pasti Bulan akan senang bertemu nak Langit." sahut Arum sambil mengusap pelan pundak Langit.

"Semoga..." ucap Langit kemudian mencium bingkai foto yang ia dekap erat.

"Tapi sepertinya saya belum bisa datang ke Bandung untuk sekarang, masih ada pekerjaan yang tertunda." lanjutnya sedikit kecewa.

"Tak apa selesaikan pekerjaanmu terlebih dahulu, setelah itu temui Putri ibu, atau begini saja.. sebentar lagi panti bakal ngadain acara ultah yang ke 30 kira-kira nak Langit bisa hadir." ujar Arum.

"Bisa bu, saya akan usahakan." ucap Langit.

Ibu Bulan pun tersenyum mendengar kesungguhan dari Langit, sosok yang di rindukan oleh putrinya kini telah tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa, sungguh dunia memang sempit.

"Bu." panggil Langit.

"Iya nak." sahut Arum.

"Bisakah kita rahasiakan ini sementara dari Bulan sampai waktunya tiba." tanya Langit.

"Loh memangnya kenapa?" tanya Arum penasaran sambil menautkan alisnya.

"Saya takut Bulan kaget dengan semua ini, biar saya hadir dalam kehidupan nya secara perlahan." ucap Langit.

Sesaat SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang