Viden : 12

1.7K 200 6
                                    

Alden

"Heh, lo lagi suka sama orang ya?" Perempuan yang menjadi lawan bicaranya kini sedikit berteriak.

"Ya masa sama setan." Jawab santai pengguna kacamata tersebut.

Dengan berbaring malas di atas tempat tidur dan meletakkan ponselnya didekat kepala. Tentu saja setelah menghidupkan speaker bicaranya. Tangannya sudah mulai lelah, ngomong-ngomong.

Satu jam yang lalu sahabat satu-satunya tersebut menghubungi dirinya. Melepas rasa rindu setelah hampir satu bulan keduanya tidak saling menyapa di telepon. Sambil menceritakan tentang kehidupan Gritte bersama sang kekasih.

"Serius, Alden. Lo beneran lagi deket sama seseorang, kan? Ayo cerita dong." Rengek Gritte, ia sangat bersemangat sekarang.

"Nggak ada, Ge. Kesimpulan dari mana sih?"

"Tapi gue liat-liat lo sering jalan sama Noni, yakin nggak ada apa-apa?" Alden menganggukkan kepalanya beberapa kali, meskipun Gritte tidak akan pernah melihat hal tersebut.

"Nggak lah, kenapa jadi Noni. Temen doang dia mah, sama yang lainnya juga sama." Jelas Alden. Memang benar ia sering keluar dengan Noni, tapi ia tidak pernah berpikir menuju ke sana. Ia hanya murni berteman dengan Noni. Noni baik, pengertian, perhatian juga sama Alden. Tapi ia tidak merasakan hal-hal lain yang mengarah ke keromantisan.

"Tapi kok gue ngerasa lo agak beda gitu, kayak lagi nyembunyiin sesuatu dari gue. Ayo dong cerita, Alden."

"Emm ... Kalo dibilang deket ya emang deket. Tapi, aku belum yakin. Aku belum yakin sama perasaanku sendiri, Ge. Masih bingung." Gritte diam, menunggu Alden selesai bicara.

"Jujur dia emang baik, baik banget malah sama aku. Aku sampe bingung, soalnya dia baik juga nggak ke sama aku doang. Sama yang lainnya juga kadang gitu, aku cuma takut salah paham aja, gitu."

"Udah pernah tanya ke orangnya langsung belum?"

Alden sedikit menggeleng, "Nggak berani, Ge."

"Kenapa nggak berani?" Alden terdiam, berbagai pertanyaan muncul secara bersamaan didalam kepalanya. Kenapa ia tidak berani?

Sejujurnya Alden hanya takut, takut jika perasaan yang baru ia rasakan ini hanya sementara. Hanya pengalihan saat ia mencoba untuk melupakan Gritte.

"Alden? Masih di sana?" Alden terkesiap, tidak menyadari jika ia tengah melamun cukup lama.

"Iya, masih. Sorry, Ge. Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu."

"Nggak apa-apa. Lo tenangin diri dulu, gue tutup teleponnya, ya. Kalau udah tenang, telepon gue. Gue siap dengerin cerita lo. Oke?"

"Ya, thanks Ge." Telepon berakhir, Alden langsung menghela napas.

Ia melepas kacamatanya, mengusap kedua matanya yang terasa sedikit lelah. Lalu mengubah posisinya menjadi tengkurap. Pikirannya berlarian ke sembarang arah, hingga ia memfokuskan pikirannya pada satu orang.

Victor.

Laki-laki yang selalu merawatnya saat ada di sini. Ingatannya kembali pada momen dimana mereka tengah bersama. Kalau dipikir-pikir lagi, selama ini Victor terlalu baik padanya. Tanpa Alden bicara apapun, kadang Victor sudah mengerti dan paham.

Ponsel pintar yang baru saja beristirahat tersebut kembali berbunyi. Satu telepon masuk, ia dengan segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut.

"Iya, Noni, kenapa?" Alden mendengarkan dengan serius hingga Noni mematikan panggilannya.

Setelah pembicaraan selesai, Alden dengan segera bangkit dari acara rebahan santainya. Mencuci muka dan merapikan penampilannya. Noni sebentar lagi sampai, mengajak Alden untuk sekadar jalan-jalan santai melepas penat. Dikarenakan Alden juga bosan didalam kamar, ia dengan yakin menerima ajakan Noni.

Di Balik Layar [ViDen] 🤍 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang