• Alden
Sudah beberapa hari Alden tinggal di apartemen miliknya. Demi menemani dirinya jika tengah berada di rumah, ia memutuskan untuk mengadopsi seekor anjing. Anjing kecil berwarna coklat tersebut diberinya nama 'Gula'. Entah mendapat motivasi darimana, ia senang sekali memanggil anjing kecil tersebut dengan sebutan Gula.
"Gula, Gula." Panggilnya saat anjing kecil tersebut tengah berlarian. Seperti paham akan panggilan itu untuknya, anjing kecil tersebut menoleh dan berlari kearah Alden.
Dengan riang anak anjing tersebut memutari kaki Alden. Ia berjongkok dan meraih Gula, dengan gemas mengangkat Gula dan dibawanya bermain.
Kedatangan Gula membuatnya sedikit merasa terhibur, meski kadang masih merasa kesepian karena tidak ada orang lain. Mengajak Gula ngobrol pun juga percuma, anjing kecil tersebut hanya bisa menggonggong.
.
Sore hari datang dengan cepat, membuat Alden yang tengah bermain dengan Gula menghentikan aktifitasnya. Ia berencana untuk mengajak Gula jalan-jalan hari ini.
Setelah memasang kalung anjing pada Gula, Alden siap untuk mengajak Gula keluar dan menghirup udara segar. Tak lupa mengambil benda kesayangannya dan ditaruh kedalam kantong celana.
Anjing kecil tersebut terlihat sangat girang saat keluar dari rumah Alden. Kaki empatnya berlari dengan lucu, membuat Alden tertawa gemas.
Keduanya sampai diluar bangunan apartemen. Berjalan-jalan sore seperti ini sedikit menenangkan pikiran Alden. Dengan menggenggam erat tali leher, Alden mengikuti kemana langkah kecil Gula berlari.
Ingatannya dengan tiba-tiba terlintas di kepalanya membuatnya menghentikan langkah kaki dengan tiba-tiba. Membuat Gula di bawah sana juga ikut berhenti berjalan, lalu mengitari kaki Alden.
Beberapa hari yang lalu, saat Victor menginap di kamarnya dan tidur di sampingnya, ia merasa jika Victor memeluknya.
Rasanya nyaman sekali, padahal saat itu ia sudah tertidur pulas. Tidur malam ternyaman yang pernah ia rasakan, sepertinya. Meskipun saat ia bangun di pagi hari, Victor sudah tidak ada di sana. Tapi ia yakin, rasanya nyata sekali kalau hanya sekadar mimpi.
Laki-laki berkacamata tersebut menggelengkan kepalanya pelan. Mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai merasuki dirinya.
Setelah berjalan cukup lama, Alden memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu disalah satu taman yang tidak jauh dari tempatnya sekarang. Ia duduk dibawah, dengan kedua sandalnya sebagai alas duduk. Sedang gula tengah berbaring nyaman didepannya.
Ponsel yang sedari tadi berada di kantongnya berdering. Dengan segera ia mengambil ponsel pintarnya, melihat siapa yang tengah menelponnya.
Terdapat satu huruf yang terpampang dilayar ponselnya. Lalu menggeser icon berwarna hijau.
"Halo." Sapa Alden, beberapa menit berlalu, namun orang yang berada diseberang masih terdiam. Membuat Alden mengernyitkan kening, khawatir.
"Mas? Ada apa?" Namun tetap sama, tidak ada suara yang terdengar.
"Aku ke sana sekarang ya? Udah di hotel kan?" Jujur saja, Alden sangat merasa khawatir. Pasti sekarang ia sedang tidak baik-baik saja.
"Nggak usah, aku aja yang ke sana. Boleh?" Victor bertanya, suaranya lemas sekali.
"Tentu, langsung kesini aja. Hati-hati, mas."
Setelah menutup sambungan telepon, Alden dengan segera mengajak Gula untuk pulang. Ia ingat jika belum membereskan rumahnya. Barang-barang yang tidak penting masih berserakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Layar [ViDen] 🤍 END
Hayran KurguCerita dibalik stage, antara galeri dan mereka.