Viden : 19

1.5K 113 2
                                    

Alden

Pukul setengah empat pagi, kamar satu-satunya yang berada di apartemen tersebut terdengar berisik. Laki-laki berkacamata tersebut memasukkan beberapa benda yang ia butuhkan. Seperti dompet, power bank, charger, earphone, tempat kacamata dan lainnya. Ia sudah berjanji jika ia akan pulang pagi ini.

Sedang pemuda lainnya yang sejak tadi malam tertidur di sofa depan, kini tengah menggeliat. Sofa yang tidak bisa memuat seluruh tubuhnya ini terasa sempit. Ia mengerjap, membiasakan kedua matanya akibat terkena sinar lampu yang menyala. Ia melihat jam yang tergantung di atas televisi. Pukul setengah empat lebih beberapa menit.

Keningnya mengerut, pendengarannya ia pertajam. Ada suara berisik dari dalam kamar. Setelah mengumpulkan nyawanya, Victor melangkahkan kakinya menuju kamar.

Ia mengetuk pintu beberapa kali, "Den, aku masuk ya." Izin Victor terlebih dahulu. Setelah mendengar suara Alden yang mengizinkannya masuk, Victor kemudian membuka pintu.

Dilihatnya Alden tengah sibuk menata tas kecilnya di atas tempat tidur. Ia kembali menatap Alden, tampilannya rapi sekali.

"Mau kemana?"

"Aku mau pulang, mas. Disuruh mama kemarin." Jawab Alden tanpa menoleh kearah Victor. Masih menyibukkan dirinya dengan benda-benda yang ada ditangannya.

"Sekarang?"

"Iya, nanti pesawatnya jam lima. Aku mau berangkat sekarang." Katanya, sambil menutup tas kecil yang nantinya akan ia bawa.

"Aku anterin ke bandara, ya."

"Nggak usah, mas. Aku udah pesen grab car."

"Den." Panggil Victor. Ia masih berada diambang pintu, enggan masuk kedalam kamar.

"Iya?" Kali ini Alden menoleh, menatap kearah Victor. Lagi-lagi, hatinya berdesir. Ia ingin tersenyum sekarang, tapi ia tahan. Ia ingin selalu melihat kearah Victor, tapi ia tidak bisa. Maka dari itu, Alden memalingkan wajahnya. Kembali fokus pada ponsel yang berada digenggamannya.

"Kalau aku ada salah, aku minta maaf ya."

"Emang kamu ada salah apa sama aku?"

Victor menggeleng, sedang Alden masih disibukkan dengan ponsel digengamannya.

Ditempatnya Victor menatap Alden. Rasanya ada yang berbeda, sejak beberapa hari yang lalu. Ia merasa Alden sedikit menghindarinya. Akhir-akhir ini mereka jarang sekali jalan-jalan keluar pada malam hari. Membuat Victor berpikir jika Alden memang benar tengah menghindarinya.

"Mobilnya udah didepan, aku berangkat dulu ya, mas." Kali ini Alden menatap tepat dikedua mata Victor. Dengan senyum tipis yang ia beri.

Dibalas dengan senyuman Victor, "Aku anterin sampai depan, ya." Kali ini Alden mengangguk. Setidaknya ia bisa sedikit lebih dengan Victor.

Disepanjang jalan, tidak ada pembicaraan yang keluar. Keduanya terdiam, Alden berjalan didepan sedangkan Victor berada di satu langkah belakang Alden. Rasanya ingin sekali ia menahan Alden agar tidak pergi. Tapi, bagaimana?

Mobil yang Alden maksud sudah terparkir di lobi depan. Sebelum masuk, ia sempat menoleh kebelakang.

"Aku pergi dulu, mas." Pamitnya.

Victor mengangguk, tangannya terulur. Mengusap pucuk kepala Alden sayang.

"Hati-hati ya, kabarin kalau udah sampai rumah." Alden mengangguk, memberikan senyum terbaiknya kepada Victor sebelum ia masuk kedalam mobil.

.

Setelah kepergian Alden, Victor kembali ke unitnya. Ia terdiam begitu masuk dan berdiri di belakang pintu. Ia mengedarkan pandangannya. Rasanya sepi sekali, biasanya akan ada Alden yang tengah sibuk memencet remot tv hingga bosan, lalu membuat makanan di dapur dan bermain dengan Gula.

Di Balik Layar [ViDen] 🤍 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang