• Victor
Dengan perasaan gelisah, Victor menatap Alden yang kini tengah berdiri di depan para juri dengan peserta yang lainnya. Pressure test kali ini memang sedikit menyulitkan bagi Alden, membuat teman-temannya yang berdiri di atas menatap penuh harap kepadanya.
Didalam hati Victor terus berdoa, berharap jika kali ini Alden masih bisa diberi kesempatan. Namun, begitu chef Arnold memanggil nama Alden, perasaannya kembali kacau.
"Mmm... Aku sih setiap hari selalu melakukan yang terbaik di sini, chef. Jadi, meskipun itu ada miss, saya nggak nyesel, saya selalu ambil semua kekurangan itu jadi pembelajaran." Ucap Alden, meski di dalam hati Alden merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Seharusnya ia bisa lebih baik dari ini.
"Thank you chef buat semuanya. Dan menurut aku yang penting bukan menang di sini, aku udah belajar semua dan itu sangat berarti dan aku bangga banget bisa kompetisi dengan semuanya yang banyak pengetahuan dan banyak ilmu."
"Terutama aku di sini yang paling muda dan aku ngerasa bangga." Alden tersenyum, setidaknya di sini ia bisa bertemu dengan orang-orang yang baik. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri.
Alden berjalan maju ke depan, beradu kepalan tangan dengan ketiga chef yang selama ini membantunya untuk berkembang.
"Perjalan masih panjang, Alden. Semoga sukses diluar sana." Ucap Chef Juna menyemangati. Membuat perasaan Alden sedikit terobati.
Ia kembali ketempat, berpamitan dengan yang lainnya sebelum pergi. Teman-teman yang tadinya di atas kini berbondong turun. Menghampiri Alden, memberi pelukan dan kata semangat untuk Alden.
Tak terkecuali Victor, ia sedari tadi menatap Alden dengan perasaan campur aduk. Rasanya tidak rela jika Alden harus meninggalkan galeri secepat ini.
"Semangat." Kata Victor yang kini tengah memeluk Alden. Alden hanya mengangguk dan segera melepaskan pelukan Victor.
"Makasih, semuanya." Ucap Alden, meletakkan apron hitamnya di atas meja dan berlalu pergi meninggalkan galeri.
.
"Alden mana?" Tanya Victor setelah mereka kembali ke backstage. Salah satu staf yang ada di sana menoleh, mengatakan jika Alden tengah berada di toilet.
Sedikit merasa lega, kini Victor mendudukkan dirinya di atas sofa yang sudah disediakan. Satu persatu peserta kini mulai memenuhi backstage.
"Gue balik duluan deh ya, capek banget rasanya." Valerie berkata dan diangguki oleh Machel dan Cheryl serta Devy.
Sedang para laki-laki masih bersantai sembari memainkan ponselnya.
Tak lama kemudian, Alden muncul. Lalu melangkahkan kakinya menuju Victor dan duduk di sebelahnya.
Ray berjalan menuju Alden, menepuk bahu Alden sekilas. "Nggak usah sedih, tetep semangat." Ujarnya, Alden tersenyum dan mengangguk.
"Kalian semua juga semangat, kompetisi masih panjang."
"Pasti kalau itu," Arsyan menyahut, mengantongi ponsel pintarnya dan pamit pergi.
"Balik sekarang, yuk." Ajak Palitho dan disetujui oleh yang lainnya.
"Habis ini mau jalan-jalan, nggak?" Bisik Victor, saat dirinya dan Alden kini tengah berjalan beriringan.
"Boleh, bersih-bersih badan dulu aja kali ya." Victor mengangguk, menyetujui perkataan Alden.
.
Ponsel yang ia taruh di atas meja berdering, ada telepon masuk dari nama V yang berada di kontaknya. Alden yang tengah menyemprotkan parfum ke tubuhnya pun berhenti. Mengangkat telepon dan segera bergegas keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/302440146-288-k132495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Layar [ViDen] 🤍 END
FanficCerita dibalik stage, antara galeri dan mereka.