Layangan Jungok 2

290 26 0
                                    

"Assalamu'alaikum bun" yoongi menenteng belanjaannya menuju dapur meninggalkan jungkook yang malah berlari menuju gudang dimana dia menyimpan layangan bolongnya.

"wa'alaikumussalam warahmatullah" bunda tersenyum sembari tangan yang masih sibuk mengaduk adonan kue menggunakan mixer. Bunda Rani merupakan janda anak 2 yaitu yoongi dan jungkook. Ayah kedua anak itu meninggal 4 tahun silam saat umur jungkook masih 1 tahun dan yoongi masih 15 tahun karena kecelakaan saat hendak bertugas. Suami bunda Rani merupakan seorang dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Bandung. Walau sudah sendiri 4 tahun lamanya, bunda enggan untuk menikah lagi "bunda ingin disurga nanti jodohnya ayah kamu lagi yon" itulah alasan yang selalu bunda ucapkan jika yoongi bertanya apakah bundanya tidak ingin memberi jungkook sosok ayah pengganti. Jungkook yang baru berusia satu tahun tentu belum mengingat bagaimana sosok ayah yang selama ini menjadi role model bagi kakak laki – lakinya itu.

"apakah pesanan kue nya banyak bun?" yoongi meletakkan belanjaannya diatas meja sembari memperhatikan betapa luwesnya tangan bunda dalam membuat kue.

"lumayan, bu haji gang depan ada arisan sore nanti makanya 2 hari lalu pesen 200 picis cupcake dan beberapa jenis kue kukus lainnya"

"yoongi bisa bantu apa bun?"

"tidak usah, tinggal dikit lagi juga. Mending kamu jaga in si buntal tuh. Liat dia lari bawa layangan bolong" seru bunda dengan raut wajah yang menunjuk ke arah jungkook yang berlari mendekat.

"abaanggg, ini layangan adek" suara nyaring itu membuat yoongi menghela nafas sebelum berbalik menatap jungkook

"mana?, sini abang liat?" yoongi menyamakan posisinya dengan tinggi badan jungkook. Jungkook menyerahkan layangan gambar upin ipinnya dengan semangat. Jungkook berharap layangannya masih bisa diperbaiki karena di warung mang ucup layangan sudah habis terjual.

"ini mah udah tamat riwayatnya. Gak bisa diperbaiki lagi dek" yoongi membolak balik layangan ditangannya.

"yah.. bisa dong abang, adek mau main layangan dilapangan..." mata jungkook sudah mulai berkaca – kaca.

"tapi ini lubangnya gede banget, gak akan bisa terbang juga kalau di tambal"

"tapi adek pengen main layangan bareng nchim sama tetet...hiks.." banjir bandang di pipi jungkook pun tidak dapat dielakkan lagi. Jungkook menelusupkan wajahnya ke dada bidang yoongi dengan isakan yang terdengar sangat menyedihkan. Bunda hanya tersenyum melihatnya, terlampau hafal dengan anak bungsunya yang kelewat cengeng dan manja.

"libur dulu mainnya ya, besok pulang kuliah baru abang belikan yang baru" bujuk yoongi

"gak mau, maunya sekarang...,kan nchim sama tetet mainnya sekarang gak besok"

"emang mainnya mesti bareng mereka dek?" bunda ikut menimbrung, menarik lembut tubuh jungkook untuk menghadapnya. Bunda menghapus air mata dan ingus yang juga keluar masuk dari hidung bangir jungkook.

"iya dong, main layangan bakal seru kalau sama mereka"

"ya iyalah seru sama mereka, orang temen kamu cuma mereka" seru yoongi beranjak menuju lemari tempat bunda menyimpan beberapa plastik berukuran jumbo yang biasa digunakan bunda untuk mengantar kue.

"enggak, temen adek banyak...hiks. Cuma adek lebih suka main.. hiks...sama mereka dari pada yang lain.kalau main sama mereka adek pasti bakal selalu menang..hiks..mau main game apapun itu" jungkook masih senggugukan karena isakannya belum berenti. Ya jelas lah karena nchim dan tetet selalu menjadikan jungok sebagai anak bawang kalau bermain jadi tidak akan pernah kalah.

"yasudah berhenti menangisnya, bawa layangannya ke belakang rumah biar abang coba perbaiki. Bunda yoongi minta plastiknya ya 2" yoongi melangkah menuju gajebo belakang rumah dengan membawa benang, plastik berukuran besar, gunting, lem dan beberapa alat yang mungkin ia butuhkan untuk menyambung hidup layangan jungkook yang bolong.

jungook sayang pucetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang