RICKY yang masih berumur dua belas tahun itu berjalan sendirian. Malam ini, hujan turun dengan deras. Dan dia lupa membawa payung.
Ricky hanya bisa pasrah. Salah dirinya sendiri kenapa tadi dia menolak untuk dijemput di tempat les. Jadinya, dia terpaksa pulang ke rumah hujan-hujanan. Mau menunggu pun tidak bisa. Sudah jam delapan malam. Tentunya keluarganya pasti mengkhawatirkan dirinya.
"Dingin ..."
Hanya itu yang diucapkan Ricky sekarang. Terkadang dia berlari, dan terkadang dia berteduh dulu di halte bus yang dia temui di jalanan. Mau bagaimanapun caranya, dia harus sampai ke rumah secepatnya.
Kenapa Ricky tidak menelepon orang tuanya? Jawabannya cukup simpel. Kuota internetnya kebetulan habis saat berada di tempat les.
Dibalik dinginnya malam, derasnya hujan, dan terbunuh oleh sepi, Ricky melihat ada seseorang di depannya yang menggunakan payung. Meskipun buram karena tidak menggunakan kacamata, tapi Ricky masih bisa melihat orang itu.
Dia berpikir, apa dia minta izin untuk berteduh dibawah payungnya sebentar saja? Ricky yakin jika orang itu pasti akan kasihan melihat anak kecil berumur dua belas tahun itu hujan-hujanan sendirian dan kedinginan.
Baru saja Ricky ingin berjalan, tiba-tiba dia melihat ada dua orang berbaju hitam mendekati orang yang memakai payung itu. Tas yang dikenakan oleh orang pemilik payung itu langsung diambil paksa oleh mereka dan dibawa lari.
"Eh, apa-apaan, nih?!"
Netra Ricky membulat. Orang pemilik payung itu langsung terjatuh akibat badannya didorong paksa oleh salah satu diantara kedua orang berbaju hitam.
"WOIII, COPET!!"
Ricky langsung berlari mengejar dua pencopet itu. Dia tak peduli dengan badannya yang saat itu masih kurus dan pendek sekaligus gampang lelah. Yang penting sekarang adalah dia harus menghentikan pencopetan itu.
Mengetahui mereka dikejar oleh anak kecil, kedua pencopet itu semakin mempercepat lari mereka. Ricky pula melakukan hal yang sama. Tangan kanannya tergenggam pisau pramuka yang selalu dibawanya kapan pun.
Ricky yang pada dasarnya memang cepat larinya, berhasil menarik salah satu pencopet yang kebetulan memang sedang memegang tas yang dia rampas.
"WOII, BALIKIN KAGAK!" seru Ricky dengan suara cemprengnya.
"CK, JANGAN IKUT CAMPUR!" pencopet itu juga tak mau kalah. Tentunya dia kesal bocah kurus itu mengganggu urusannya.
"Bro, lo tolong tahan anak ini, diapain gitu. Buat pingsan aja."
Temannya mengangguk dan kemudian menyeret kerah baju Ricky. Ricky meringis sakit karena kerah bajunya ditarik paksa. Ricky tak tinggal diam. Kaki pendeknya berusaha untuk menendang orang yang sudah menyeretnya paksa.
BUGGH!!
"Akh!" pemuda yang menangkap Ricky langsung jatuh kesakitan. Pasalnya, hidungnya tadi benar-benar kena tendang hingga dia dapat rasa batang hidungnya patah.
Ricky berusaha untuk merebut kembali tas tersebut dari tangan pencopet. Seiring waktu, bunyi petir terdengar terus-menerus. Makin lama makin terdengar keras.
"BALIKIN TAS MBAKNYA!! JANGAN JADI COPET! DOSA!"
Ricky masih berkeras diri untuk mengambil tas tersebut. Bagi Ricky, dia tidak ingin melihat ada orang yang berbuat kemungkaran pada hari ini dan seterusnya. Ricky tidak mau jika kedua pencopet itu memakan sesuatu yang haram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth And Strength (UN1TY) ✔️
FanfictionSiapakah kedelapan orang pemilik kekuatan khusus yang akan menyelamatkan kota? Inilah mereka. Delapan pemuda dengan latar belakang yang berbeda. Delapan pemuda dengan kepribadian yang berbeda. Delapan pemuda dengan kisah yang berbeda. Delapan pemud...