06. Maulana Fajri

328 50 33
                                    

"JADI lo hampir ketahuan?"

Fajri memandang Fiki dan Zweitson. "Iya, Fik. Untung aja tadi lo buru-buru ngomong ke Kak Fen. Makasih, lho."

"Sama-sama, bro."

Apa yang terjadi tadi memang bikin jantung disko nggak karuan. Yang Fajri ingat adalah tadi mereka sedang lomba lari buat pergi ke rumah Fajri, tiba-tiba mereka berhenti karena tanah yang mereka pijaki bergetar.

"Waaarrgh! Gempa, Son!!" pekik Fiki sambil memeluk leher Zweitson.

Batin Fajri mengatakan hal lain. Dia rasa ini bukan sembarang gempa. Dan Fajri bisa bilang jika terjadi sesuatu yang tidak beres.

Whussssh!!

Suara keras itu membuat Fajri menolehkan kepalanya. Dia hampir terloncat ke belakang saat melihat sebuah truk besar itu terbakar, dan dia juga melihat pemuda berambut keriting yang tadi hampir menabraknya.

"Bang Han ...?"

Terlihat Farhan yang mungkin bersama ketiga temannya sedang mencoba memadamkan api. Ralat, Farhan hanya bersama pemuda berkacamata, yang berambut pirang sedang dalam keadaan terduduk di tanah. Yang berkulit agak gelap ... entahlah. Fajri bingung melihatnya. Ngapain dia jongkok di jalanan? Lagi ngemis?

Brukk!

Tubuh Fajri, Fiki, dan Zweitson terjatuh karena ada hantaman keras mendarat di tanah. Fajri masih fokus menatap Farhan bersama teman-temannya sementara Zweitson dan Fiki sedang berusaha untuk berdiri.

"Pegang gue, Fik!" Zweitson mencoba membantu Fiki untuk berdiri. "Ji, lo bisa berdiri, nggak? Asli, ini badan gue hampir jatuh mulu dari tadi."

Fajri tak menjawab, sekali lagi dia terkejut melihat truk terbakar itu mengarah ke Farhan bersama temannya yang dalam keadaan tergeletak di tanah. Truk itu akan menabrak mereka berdua.

"Son, Fik!" teriak Fajri sambil menunjuk kearah Farhan. "Tolongin mereka!"

Zweitson dan Fiki melihat kearah yang ditunjuk Fajri seraya mengangguk. Mereka bertiga berlari menuju kearah truk itu. Tiba di samping truk, Fajri memutar tangannya cepat, hingga muncul titik-titik air di sekitar tangannya. Fiki juga ikut mengayunkan tangannya lembut.

"Sekarang!" teriak Zweitson.

Whusssssh!

Ayunan lembut dari tangan Fiki berhasil membuat hembusan angin kencang menarik truk itu dari menabrak Farhan dan temannya. Titik-titik air yang berada di tangan Fajri berubah menjadi gumpalan air besar yang membasahi truk hingga api pun terpadam.

"Oke, cukup!" Zweitson memberikan arahan untuk berhenti.

"Udah nggak gempa lagi?"

"Apinya ... padam."

Setelah tindakan penyelamatan itu, Fajri, Fiki, dan Zweitson menghampiri Farhan dan yang lainnya.

"Bang Farhan sama yang laen nggak kenapa-napa, kan?" tanya Zweitson khawatir.

***

Kini mereka bertiga berada di rumah Fajri. Umi dan Abi Fajri sedang tidak ada di rumah karena ada acara sampai larut malam. Sementara, kedua kakak Fajri sedang mengikuti kemah wilayah keluar kota. Adik Fajri sendiri mengikuti Umi dan Abi Fajri.

Sebelum main PS, ketiganya mengerjakan tugas terlebih dahulu yang tadi diberikan di sekolah. Sambil mengerjakan, mereka sesekali mengobrol.

"Eh, kalian tadi ngerasa, nggak?" tanya Fiki.

"Ngerasa apaan?" Zweitson bertanya balik dengan matanya yang fokus menulis jawaban di buku tugas Sosiologi.

Youth And Strength (UN1TY) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang