12. Agency And Enemy

294 48 27
                                    

"BAPAK?!"

Pria itu tersenyum sambil mengacak rambut Zweitson. "Iya, ini beneran Bapak, lho! Kamu nggak percaya?"

Rasanya Zweitson ingin pingsan saja sekarang.

"Selamat datang, Jenderal Adrian," sahut Aulion. "Kedelapan orang pemilik kekuatan sudah berkumpul. Misi ini telah selesai."

Adrian tersenyum. "Terima kasih, Aulion. Selamat datang kalian semua, seperti yang diperkirakan, akan ada delapan orang pemilik kekuatan khusus yang akan bergabung menjadi satu pasukan untuk menyelamatkan kota dan menjaga perdamaian. Namaku Adrian Setyawijaya, kalian cukup panggil aku Adrian."

"Dia pendiri agensi rahasia ini dan kalian harus memanggilnya Jenderal," bisik Aulion. Farhan, Fajri, Fenly, Fiki, Gilang, Ricky, dan Shandy menganggukkan kepalanya.

"Bapak ..." panggil Zweitson lagi.

"Iya, kenapa?"

"Bapak ... selama ini ... pekerjaannya ... jadi agen rahasia?" tanyanya polos.

"Nggak, Bapak lo jadi tukang sate pinggir jalan," cerocos Shandy, yang membuat Ricky, Fenly, dan Farhan langsung menginjak kedua kaki Shandy hingga pemuda itu meringis kesakitan. Adrian hanya tertawa kecil melihatnya, Aulion cuma geleng-geleng kepala, sisanya bengong.

"Nggak sopan lo! Bapaknya Zweitson itu jenderal," bisik Fenly galak. "Lo mau pala lo pecah gara-gara tembakan senapangnya?"

"Ah, diem lo, Fen," Shandy buru-buru menarik kakinya daripada diinjak oleh Ricky, Fenly, dan Farhan. "Lagian, jangan kaku-kaku gitu, kek, wajahnya. Kayak nggak ada masa depan sama sekali."

"Ini, tuh, lagi serius! Jangan ngelawak," bisik Ricky.

"Iye, iye, maaf."

"Iya, ini kerjaan Bapak," Adrian kembali mengacak rambut Zweitson. "Tapi, setelah kamu tahu kalau ini pekerjaan Bapak, gimana reaksi kamu?"

"Keren, Pak. Keren banget!" seru Zweitson excited. "Mama sama Kakak tahu kalau ini pekerjaan Bapak?"

"Yup."

"Aelah pake dirahasiain lagi mereka. Kenapa Soni baru tahu sekarang? Tapi ... nggak pa-pa, sih. Daripada nggak tahu sama sekali."

"Terserah lo, Son. Kita, mah, ngikutin bae."

Mereka tertawa.

"Baiklah, sekarang mari kita fokus," timpal Aulion sambil menunjuk sebuah meja panjang dengan beberapa kursi. "Kita duduk disana dan membahas semuanya. Fajri, kalau kamu masih pusing, istirahat aja dulu."

Fajri menggeleng, "Iinsyaa Allah gue udah nggak pusing lagi."

Kini, semuanya termasuk Aulion dan Jenderal Adrian duduk di kursi. Jenderal Adrian berada di tengah-tengah dan di samping kanannya ada Zweitson, di samping kirinya ada Aulion. Samping Aulion dan Zweitson ada Fajri dan Fiki. Barulah di hadapan mereka berlima ada Ricky, Gilang, Shandy, Farhan, dan Fenly.

"Ini kita mau ngapain?" tanya Fajri yang kelihatan linglung.

"Membahas semuanya," jawab Aulion. "Pertama, kalian berdelapan pasti mendapat surat dari seseorang yang tidak dikenal, kan? Lalu beberapa diantara kalian pasti ngeliat bayangan hitam, kan?"

Farhan, Gilang, dan Ricky mengangguk.

"Oke, surat itu berasal dari gue. Bukannya apa, tapi itu lebih mempercepat tugas gue untuk mencari kalian. Bayangan itu, sebenarnya juga gue, sih. Gue cuma iseng-iseng aja, biar kalian pada percaya," Aulion menggaruk kepalanya.

"Sialan, ternyata selama ini yang nakut-nakutin itu dia," rasanya Farhan, Gilang, dan Ricky ingin menghajar saja Aulion yang nyaris bersembunyi dibalik tubuh Adrian.

Youth And Strength (UN1TY) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang