13. Lembaran Masa Lalu

311 43 49
                                    

FAJRI gelisah. Kaki kecilnya berlari kembali memasuki apartemen, tak peduli dengan teriakan orang-orang termasuk keluarganya yang meminta dirinya untuk segera keluar dari apartemen itu. Yang penting sekarang adalah Farah, adik kecilnya yang masih berumur 7 tahun.

Farah menghilang entah kemana, padahal Fajri masih ingat kalau tadi mereka keluar bersama. Kenapa Farah bisa tidak ada?

"Farah!!!"

Fajri berteriak lantang, berusaha mencari kelibat adiknya dan menggigit bibirnya sendiri. Entah kenapa, perasaannya mengatakan jika adiknya sedang tidak baik-baik saja.

"Kak Aji!"

Awalnya Fajri berpikir jika yang memanggilnya adalah Farah, namun ketika Fajri berbalik, yang dia lihat bukan Farah, melainkan Fitri, adik Fajri satu lagi yang berumur 10 tahun.

"Fitri ngapain disini?!" seru Fajri kaget. "Disini bahaya! Cepat keluar! Keselamatan itu lebih penting!"

Tapi Fitri membela diri, "Kak Aji nyari Farah, aku juga mau ikut nyari Farah! Farah itu adik aku juga, bukan cuma adik Kak Aji doang! Jadi, izinin aku nyari Farah juga, Kak," ujarnya lantang. Fajri melotot menatap adiknya.

"Haih ... iya ... Farah itu adik kita. Tapi, kamu nggak perlu ikutan nyari, biar Abang aja, Abang cuma khawatir sama keselamatan kamu, Fit ... kasian Umi sama Abi. Biar Abang sendiri yang nyari Farah," jelas Fajri. Tapi, Fitri menggelengkan kepalanya.

"Nggak, Fitri tetap ikut. Bodoamat. Kalaupun harus mati, yang penting Fitri selamat."

"Heh, ngomongnya jangan aneh-aneh!"

Fitri tertawa. "Udah, Kak. Kita sama-sama anak kecil disini. Ada yang bilang jika beberapa anak kecil itu bersatu maka akan membentuk kumpulan dan juga kekuatan yang besar. Kak Aji kalau misalnya dapat kekuatan, pengennya kekuatan apa?"

"Abang nggak pernah mikirin itu, Fit. Prinsip hidup Abang, sih, damai."

"Ooohh ... gitu ... kalau aku pengennya air, Kak. Air itu menenangkan dan juga memiliki kekuatan yang besar," sahut Fitri antusias.

Sudah lama mereka berjalan, tapi mereka tidak menemukan Farah. Fajri semakin cemas. Farah adalah orang yang mudah bingung dan panik jika sendirian. Bagaimana kondisinya sekarang jika terpisah dari keluarganya?

"Farah mana, ya, Kak?" tanya Fitri.

"Nggak tahu. Kamu, sih, nanya mulu dari tadi."

"Iya ... maaf."

Memasuki lantai ke-6 apartemen, mereka masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan Farah.

"Apa mungkin Farah udah ada diluar, Kak?"

"Nggak mungkin, anak itu aja kalau keluar sendirian masih minta ditemenin. Dia, kan, suka lupa jalan."

"Terus gi--"

DOOOOR!!

Fajri dan Fitri terdiam. Entah mereka salah dengar atau bagaimana tapi suara tembakan itu sangat keras dan terjadi dengan cepat sekali. Mereka berdua saling memandang.

"Kak Aji denger?"

Fajri mengangguk. "Kayaknya kebakaran apartemen ini disengaja," monolognya. Pasalnya, mereka kini melihat sekilas, dari kejauhan ada orang berlari di lorong sambil membawa sesuatu yang tidak mereka tahu, tapi firasat mereka mengatakan jika itu buruk.

"Kita ... kita harus cepet-cepet nyari Farah, kita nggak boleh jalan lagi! Kita harus lari!" tangan Fajri tergerak untuk menarik tangan Fitri.

"Iya, Kak."

Youth And Strength (UN1TY) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang