"Oke, sekarang buka buku Biologi kalian halaman 57, kita lanjutkan materi Minggu lalu."
"Hahh..." Indonesia menghela nafas panjang di atas mejanya. Menarik perhatian teman sebangkunya -Jepang, siapa lagi?- yang asyik mencari alat tulis di dalam tas nya.
"Indo, *daijobu? " Tanya Jepang. Mendengar namanya disebut, Indonesia menoleh.
Daijoubu itu artinya tidak apa-apa, ada apa, atau baik-baik saja, 'kan?
"Hu'um! Aku baik, Jepang. Ngga perlu khawatir." Indonesia melambaikan tangan tanda tak apa.
"Terus, kenapa menghela nafas? Dan kau tadi hampir terlambat masuk kelas. Aku khawatir ada sesuatu," ucap Jepang.
"Tadi aku ada urusan, karena hampir terlambat ke sekolah aku akhirnya mati-matian berlari ke sekolah hingga— Yah, begini, deh. Aku lelah," jawab Indonesia blak-blakan.
Jepang mengerjapkan mata berkali-kali. Dan tanpa aba-aba meletakkan telapak tangannya ke dahi Indo.
"Eh?"
"Hangat. Aku bilang ke pak Malta, ya?"bisik Jepang.
Hangat? Masa sih?
"Iiee*, terimakasih tapi ak—"
"Pak Malta! Indonesia sakit, pak!" Sergahnya tiba-tiba. Membuat Indonesia kelabakan. Karena segala atensi di kelas memandang ke bangku mereka.
Guru IPA ber-country Malta dan bersurai Merah-Putih juga yang sudah berumur kepala dua di depan papan tulis segera membalikkan badan. Memperlihatkan wajah tegas dengan bingkai kacamata petak yang bertengger di tulang hidungnya.
"Indo, kamu sakit?"
"Ng-ngga, Pak! Jepang aja yang ngawur!"jawab Indonesia dengan panik.
"Heh! Apaan yang ngawur padahal tad—HUMPH! HUMPH!" Sebelum menyelesaikan kalimatnya, dengan sigap Indonesia menyergap mulut Jepang.
"Maaf, pak. Bisa kita lanjutkan saja pembelajaran nya?" Indonesia tertawa garing.
"Baiklah kalau begitu, kita lanjutkan pelajaran kita, ya?" Pak Malta kembali menghadap ke depan.
"Apaan sih, kamu! Blak-blakkan banget!"protes Indonesia.
"Aku kan cuma mau bantu? Kamu tuh yang blak-blakan!" Bantah Jepang, tak mau kalah.
"Woy, tadi itu wajar badanku hangat! Namanya juga aku manusia hidup! Kalau dingin berarti aku udah mati!"
"Tapi..."
"Sst! Daripada debat, mending perhatikan pak Malta di depan." Indonesia langsung memposisikan diri menghadap papan tulis. Siap mengacuhkan Jepang.
"Hu'uh! Dasar Koruptor!" Umpat Jepang.
"Ck! Apa sih, wibu?" Indonesia membalas ejekan dengan jengkel.
Pada akhirnya mereka saling melempar tatapan permusuhan. Hampir saja mereka mengibarkan bendera peperangan -yang mungkin akan menjadi penjajahan baru yang namun akan tetap dipegang teguh pendirian dari isi UUD RI oleh Indonesia, penjajahan diatas dunia harus dihapuskan nya itu-
Namun, karena Indonesia sadar atas sikapnya yang akan benar-benar membawa ke pertengkaran besar, ia segera berhenti.
"Gomen, Jepang. Kamu pasti cuma peduli sama aku, harusnya aku berterima kasih... Maaf atas sikapku,"ujar Indonesia sedikit membungkuk minta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] CountryHumans : disappearance Timor Leste
Sonstiges[Cerita tidak berat dan berunsur 70% Comedy. Agar kamu tidak bosan membacanyaU_U] BRAKK! Alasan Indonesia dibandingkan dengan Timor Leste, -adik tirinya- lebih banyak dari yang ia perkirakan. "Kenapa bisa begitu? Ku harap bukan karena aku 'bukan'...