8. Penyelamat

99 19 1
                                    

        "Kau bicara apa tadi, hm? Coba sebutkan lagi, ku jamin setelah itu isi kepala mu hancur."

     "Aku bilang—!"

     BRAKK!

     "MALAYSIA! BRUNEI!"

     "Apa? — Eh?" Semua yang berada di ruangan terkejut melihat kedatangan dua country yang berdiri di daun pintu di atas sana. Pintu telah di dobrak hingga melepaskan satu engsel di sisi pintu sana.

      "KALIAN?! - Kalian...?" Dua ekspresi yang berbeda.

.
.
.

    "Duh, kakiku... Mana jempol kiriku sabianan," lirih salah satu nya. Itu adalah Bahrain, pelaku dari penobrakan bak 'FBI' tadi.

     "Malaysia, kamu tak apa?!" Dan yang satu lagi adalah Turkey yang paling panik.

     "Aku-"

     "Dia masih baik-baik saja, kok. Untuk beberapa menit kedepan..." Pria tadi merangkul leher Malaysia dari belakang. Mencoba mengancam dengan menjadikannya sandera.

     Gawat! Sepertinya aku datang di timing yang terlambat!  Batin Turkey.

     Turkey menggigit bibir bawah, lalu matanya mengerling kiri-kanan.

     "Simpel nya begini, kalian segeralah masuk ke sel tahanan sebelah sana, SEMUANYA! Agar Malaysia tetap hidup tanpa ku beri bekas di lehernya..." Pria itu memberi pertimbangan. Membuat Turkey dan Bahrain hanya diam.

     "Eee... Bagaimana, Bahrain?" Turkey menyikutnya.

     "Ngga tahu. Gimana, ya?" Bahrain menggaruk tengkuk.

     "Aku tak suka buang-buang waktu!" Pria yang merangkul Malaysia segera mengeluarkan karter kecil dari saku nya, menempelkannya di leher Malaysia. Dan pada akhirnya leher tersebut sedikit tersayat, mengeluarkan setetes darah.

     "Cepat kalian pergi saja dari sini mencari Timor! Tugas kita saat ini hanya memprioritaskan pencarian Timor, bukan yang lain! Kita sudah berjanji dengan Indo! Abaikan saja aku!" Sergah Malaysia dengan susah payah nya mengumpulkan tenaga untuk mengatakan kalimat panjang nya sembari menutup mata.

     "Beuh, dramatisnya ya tuhan... Ini bukan pembuatan film, 'kan?" Bahrain menggelengkan kepalanya. Sebelum kaki nya di injak oleh Turkey. Belum lagi yang terinjak bagian sabianan nya.

     "HWAAAA SAAKIIIT, TURKEY!"

     Namun Turkey tak menggubris teriakan dari rintihannya Bahrain. "Tak bisa begitu! Mal, kamu juga berhak hidup, lho! Bahrain, cepat kita turuti saja 'URSS' (Uni Republik Sosialis Soviet), itu!" Turkey menarik Bahrain. Menuruni tangga secepatnya.

     "Owh? Lumayan juga. Kau langsung memanggil nama asliku,"ujar pria tersebut.

     "UNI SOVIET! AWAS SAJA NANTI!" Pekik Brunei yang sedari tadi hanya diam.

     "Hei, mana kata depan 'Abang' nya, Brunei Darussalam?" Uni Soviet— nama dari pria sang pelaku penyanderaan Malaysia.

      Ketika Turkey dan Bahrain menuruni tangga, Turkey baru saja menyadari bahwa adanya seorang anak yang tak sadarkan diri di samping Malaysia, lalu kaki Malaysia yang mengalirkan darah segar.

     Turkey memantapkan batin. "Uni Soviet! Biarkan aku mengobati kaki temanku terlebih dahulu, kami berjanji akan tetap masu—"

     "Ya, karena kau adalah 'Turkey' yang penepat janji, akan ku izinkan." Uni Soviet melepaskan Malaysia yang lehernya sudah sedikit tersayat dan membuatnya terduduk paksa.

[✔️] CountryHumans : disappearance Timor LesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang