12. Akhir atas segalanya.

123 17 7
                                    

     "Huftt..." Turkey menghela nafas lega, menyeka keringat nya di dahi.

     "Yakin, ngga mau ke rumah sakit aja?" Finlandia berjongkok di samping Turkey. Memerhatikan luka Indonesia yang lagi-lagi diobati pertolongan pertama oleh Turkey.

     "Luka nya tidak kritis, hanya tergores saja. Yaa, walau luka Indo disini agak dalam," jelas Turkey sambil menekan dada kiri Indonesia.

     "UKH-! Aku tahu kalau Turkey ahli nya dalam mengobati seseorang untuk pertolongan pertama... Tetapi TIDAK! Untuk melakukan candaan. Candaannya sadis," ketus Indonesia sembari mengelus luka di dadanya yang ditekan. Rasa nyeri nya datang lagi.

     "Ehehe... Afwan*, ya," cengir Turkey.

[Afwan = maaf]

     "Jadi kasus nya bagaimana, Kak Fin?" Tanya Bahrain yang tiba-tiba berada di samping nya.

     "Kasus...?" Finlandia menoleh ke sumber suara, mengerjapkan matanya bingung.

     "O, ooh... Sebenarnya tidak sepenuhnya salah Uni Soviet dan Amerika, kok! Mereka sebenarnya juga korban... Jadi perlu di diskusikan terlebih dahulu sanksi yang harus dijatuhkan kepada mereka," jelas Finlandia.

     "Korban?" Timor yang sedari waktu yang lama diam bersama Papua, akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.

     "Iya, Tim." Finlandia mengangguk, mengelus pelan kepala Timor, lalu kembali menatap yang lainnya. "Kalian kenal Norwegia? Mereka juga diperintah olehnya, dan... maaf, untuk penjelasan lebih tentang masalah mereka belum jelas, kami baru mendapatkan sedikit informasi, dan informasi ini belum boleh dibocorkan..." Jelas Finlandia.

     "Norwegia..." Gumam Malaysia, menopang dagu.

     "Oh, aku kenal! "Seru Brunei tiba-tiba. Membuat semua orang menatapnya.

     "Bapak tukang kebun rumah ini, 'kan? Memang, kukira beliau orang baik. Namun aku salah setelah akhirnya beliau mengurung ku dan Malaysia di sel tadi. Ya, 'kan, Mal?"

     Malaysia tersenyum dan mengangguk pasti atas pernyataan Brunei. Namun setelahnya raut wajahnya berubah menjadi datar. Menatap intimidasi Brunei.

     "Sumber masalahnya di kamu! Kalau ngga kamu turuti, kita ngga bakal kekurung begini, Nei." Malaysia menunjuk-nunjuk dada Brunei.

     "Eh? Tapi aku hanya ingin membantu-"

     "Iya dari situlah-"

     "Hei, jangan bertengkar, dong? Kalau sudah begini kan berarti takdir..."Turkey menggeleng pelan. Memaklumi pertengkaran antara dua serumpun melayu.

     Brunei menunduk. "Ma, maaf... Maaf ya, Mal? Aku hanya ingin-"

     "AHAHAHA! TAK PE - TAK PE! Aku gurau je~ kalau diambil positif nya, kita dapat banyak pelajaran disini." Malaysia berak pinggang.

     "Ahahaha! Kalian lucu, ya! Kukira bakal ada acara pukul- memukul..." Finlandia terkikik geli dengan tingkah kedua adik kelasnya.

     Halah, padahal sebenarnya Malay juga bakal nyemprot Brunei kalau ngga ada Finlandia. Pencitraan doang, cuma karena Finlandia calon inspektur... Batin Country +62, +65, +90 dan +973

     Terdiam sejenak, tiba-tiba Turkey dan Bahrain angkat bicara. "Eh?! Jadi dia-"

     "Hu'um! Dalang pengurungan kami." Brunei mengangguk cepat.

     "Maka ada kemungkinannya, yang menghancurkan handphone Malaysia adalah beliau," ujar Turkey sembari menoleh ke Bahrain. Bahrain pun mengangguk setuju.

[✔️] CountryHumans : disappearance Timor LesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang