7. Keberadaan Brunei dan Malay

59 19 1
                                    


     "WOOOY! KELUARKAN KAMI DARI SINI!" Pekik Malaysia yang suaranya menggema. Sembari menggoyang-goyangkan jeruji besi yang merangkap ia bersama Brunei.

     Ya. Saat ini Malaysia dan Brunei Darussalam tengah terkurung di sebuah ruangan bawah tanah- Ruangannya mirip seperti sel penjara. Hanya ada 3 sel tahanan besar disana dan tangga menuju ke ruangan diatasnya. Tempat itu sunyi dan lumayan sepi. Hanya temaram cahaya dari kayu obor dan lentera di dinding bata yang menemani mereka.

Bahrain menghela nafas lelah. Melihat tingkah laku Malaysia yang heboh dan tak berhenti berteriak seperti itu sejak 30 menit yang lalu. Brunei menutup telinganya, harap-harap tak mendengar suara cempreng Malaysia yang -khas banci- memekakkan telinga.

"WOY, Boboiboy! Mingkem sebentar kenapa?!" Pada akhirnya Brunei kesal juga. Dia hampir saja mengeluarkan latah nya tadi.

"TO- lah, daripada diam saja dan tak tahu ingin melakukan apa? Nanti kita takkan bisa keluar kalau hanya berdiam saja!" Bantah Malaysia.

Bar-bar beud ni bocah... Batin Brunei.

"Maka dari itu, lebih baik kita menyusun sebuah rencana daripada teriak tak jelas. Dia ngga bakalan mau dengerin kita."

Brunei mengambil nafas sejenak.

"Kebanyakan penjahat itu kan budeg? Walau mereka punya telinga, telinga mereka gak berfungsi," sarkas Brunei.

"Kok kamu bisa tahu kalau mereka budeg?"

"Korban teriak minta tolong aja ngga diladenin."

"Betul juga."

"Heee buset! Aku cuma bercanda elah, garing ah, Mal!" Brunei memukul pundak Malaysia. Malaysia terkekeh kecil.

"Sekarang bagaimana? Dari yang kulihat... Disini seperti tak ada apa-apa nya." Malaysia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

Brunei mencoba mencari benda kecil di sekelilingnya. Ia ingin mencoba membuat kunci cadangan untuk membuka jeruji besi itu. Merogoh-rogoh kantung di baju Hoodie dan kantung celananya.

"Memangnya kamu bisa membuat kunci dengan menggunakan benda pipih begituan?" Malaysia tampak sedang meremehkan kemampuan Brunei. Dandi alas oleh Brunei dengan tatapan sinis dan tak suka.

"Aku tahu, kok! Kamu ingin membuat kunci cadangan, bukan?" Songong Malaysia.

"Apa? Kalau aku bisa membuatnya kamu mau kasih aku hadiah?" Tantang Brunei, sebelah sisi bibirnya naik beberapa senti.

"Mungkin?"

"Tapi disini ngga ada benda yang begitu-"

"Owh, seperti nya aku..." Malaysia merogoh kantong celananya. Dan beruntung sekali! Ia mendapati peniti disana.

"Alhamdulillah!" Seru Brunei histeria. Sadar dengan suaranya yang lumayan besar, ia spontan menutup mulut.

Malaysia menahan tawa. " Uhu-pfft! Udahlah, ngga pa pa... Tadi aja aku udah teriak-teriak tetap ngga ada yang dengar, 'kan? Kamu sendiri juga yang bilang kalau kebanyakan penjahat itu budeg."

Brunei tertawa hambar.

Dengan Brunei yang sibuk mengotak-atik gembok menggunakan peniti, Malaysia memerhatikan cara ia melakukan itu. Dan tak sampai beberapa menit, gembok tersebut akhirnya terbuka.

"Ingin memberiku prize apa? Hm?" Brunei memutar mutar sisi lengkungan gembok dengan gaya -sok cool-.

"Doujinnya Jepang aja mungkin, ya?"

"Kawan kampret."

"Canda... Canda~" cengir Malaysia. "Eh, tapi tunggu dulu, deh-" Malaysia melengak ke samping. Tiba-tiba sorot matanya menajam.

[✔️] CountryHumans : disappearance Timor LesteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang