1. MALAM PERTAMA

13 1 0
                                    

Pokoknya Istri selalu benar!

***

"Geser dong!" Titah Aruna yang tak ada manis-manisnya itu. Lembayung yang sudah memejamkan matanya kini bergeser malas menuju ujung ranjang.

Jangan kalian pikir Aruna lunak begitu saja dengan membiarkan sang suami sah tidur nyaman disisinya. Guling berserta bantal tidur dan kursi berjejer melintang ditengah kasur pengantin mereka, terlihat begitu kokoh dan aman dari gangguan-gangguan yang menghantui pemikiran Aruna.

Jangan salahkan Aruna, bagaimanapun dia hanya sosok gadis yang dipaksa menikah oleh kedua orang tuannya.

Setelah siap dengan benteng dadakan buatannya, kini ia bersiap tidur dengan selimut pribadi yang sudah ia siapkan. Tak lama ia pun ikut terlelap seperti sang suami.

02.00 WIB

Dini pagi ini Lembayung mesti terpaksa terbagun akibat reruntuhan bantal-bantal dari benteng sang istri yang terus berjatuhan pada badan dan wajahnya. Ia kini mendengus geli melihat keaktifan Aruna yang sedang tidur itu, bahkan benteng yang gadis itu buat kini roboh dan hancur oleh tingkahnya sendiri.

Tak mau ambil pusing, Lembayung memilih mencoba kembali untuk tertidur. Baru saja hendak terlelap kembali, Lembayung kembali terganggu akan tingkah Aruna yang gusar dalam tidurnya.

"Ck..keknya gak baca doa nih anak" Ujar Lembayung sambil mendengus pelan.

Matanya kini dipaksa kembali tidur, namun lagi dan lagi gangguan dari sang istri kembali ia hadapi. Tangan putih mungil dan mulus itu kini bertengger tanpa dosa di atas perut Lembayung, dan parahnya lagi, wajah cantik itu mendusal mencari kenyamanan pada tubuh  sang suami yang terdiam dengan keterkejutannya.

"Ya Allah...cobaan apa lagi ini?"

Kali ini biarkan Lembayung yang Gusar pada tidurnya.

***

Beberapa menit sebelum adzan Aruna memang sudah terbiasa lebih dulu terbangun. Namun kali ini ia terbangun dengan keterkejutan beserta amarah yang melingkupi gadis itu.

Plak!

Tamparan itu tentu saja membangunkan Lembayung dengan rasa perih dan berbekasnya.

"JANGAN KURANG AJAR YA KAK! MESKIPUN KITA SUAMI ISTRI, KAKAK GAK BISA SEENAKNYA MELUK AKU SELAMA TIDUR!" Marah gadis itu sambil melotot menatap sang suami yang terbangun dengan tangan yang mengusap pipi yang baru saja ia tampar.

"LOH..TAP-" Baru saja hendak membela diri, ucapan Lembayung terpotong oleh adzan yang berkumandang.

"Udahlah, kali ini aku maafin. Awas aja, malam-malam selanjutnya kalo kakak runtuhin lagi benteng yang aku buat, cuma buat kurang ajar sama aku" Peringatan Aruna sambil berlalu menuju kamar mandi.

"Ya Allah salah lagi.." Kesal Lembayung sambil mengusap kasar wajahnya.

Setelah acara ribut pagi hari, kini pasangan sah itu tengah menjalankan sholat secara berjamaah. Untungnya Aruna tak menolak saat Lembayung mengajaknya, meskipun wajah gadis itu seolah memusuhi dirinya.

Sebelum menikah, keduanya hanya bertemu dua kali saja. Hanya ketika mereka diperkenalkan dan juga saat mereka memilih baju pengantin, hanya itu. Saat itu Lembayung memang sedang sangat sibuk pada urusan kantornya, hal itu juga menjadi pelopor rasa kesal Aruna padanya.

Aruna menganggap bahwa Lembayung tak begitu serius akan perjodohan ini. Bahkan diamnya lembayung saja salah bagi Aruna, gadis itu merasa Lembayung tak menganggapnya ada.

"Kamu mau sarapan apa?" Tanya Lembayung sembari menoleh kearah belakang.

Aruna yang memang melamun, sempat terkejut atas pertanyaan itu, "Terserah, bebas" Balasnya sambil segera membereskan alat sholatnya.

Lembayung hanya mengangguk paham, ia pun segera beranjak dari tempatnya untuk ke dapur dan meninggalkan Aruna yang tengah membereskan tempat tidur mereka.

"Ya ampun, aktif banget dia tidurnya" Gumam Aruna sambil menggeleng heran melihat kekacauan bantal dan guling yang berserak.

Kembali pada sudut Lembayung, kini pria itu tengah memasukan bahan-bahan masakan. Lembayung memilih membuat nasi goreng sayur untuk sarapan kali ini, tak ada pilihan lain rumah baru ini tak cukup banyak stock makanan di kulkas.

Setelah selesai, Lembayung kini menata menu sarapan mereka ke atas meja makan. Tak lama Aruna  muncul dari arah tangga dengan wajah fresh selesai mandinya.

"Selamat pagi..ayo sarapan" Sapa Lembayung sambil menarik kursi dan mempersilahkan Aruna untuk duduk.

Aruna menatap sarapannya tak sabar, maklum saja acara pernikahan kemarin cukup melelahkan dengan 700 undangan dari kedua belah pihak.

"Ayo dimakan.." Seru Lembayung sambil tersenyum gemas melihat Aruni yang begitu bersemangat akan sarapannya.

"Umm..ewnak. Bewi dimana?" Tanya Aruna dengan mulut penuh akan nasi.

"Abisin dulu nasinya baru bicara" Tegur Lembayung secara halus. Bahkan pria itu masih tersenyum gemas melihat tingkah istrinya dalam keadaan mulut yang penuh.

"Nasi gorengnya enak, kakak beli dimana?" Tanya ulang Aruna yang sedang jinak ini.

"Aku bikin sendiri, kalo kamu suka nanti aku bikinin lagi" Jawab  Lembayung sambil tersenyum manis.

Aruna kini hanya mengangguk menutupi keterkejutannya. Setelah selesai bersarapan, Aruna segera membereskan bekas makan mereka dan berganti Lembayung yang membersihkan diri.

***

Lembayung dengan sigap menemani sang istri yang sedang berbelanja bahan pokok makanan untuk persediaan mereka. Tak jarang Aruna memarahi sang suami yang terus menerus memasukan cemilan kedalam troli yang ia dorong.

"Ya ampun..itu udah penuh" Gusar Aruna saat Lembayung lagi dan lagi memasukan chiki-chiki yang berbeda, "Jangan kebanyakan nyemil" Larang Aruna kembali.

"Iya-iya" Balas Lembayung pasrah menuruti sang istri. Kini, sambil menunggu Aruna yang sedang memilih telur, Lembayung ditugaskan untuk mencari beberapa persediaan bumbu dapur.

Ditengah sibuknya mencari bumbu sesuai list, Lembayung kini teralihkan akibat celana kainnya yang ditarik-tarik seorang gadis kecil yang sepertinya menahan tangis.

Segera mungkin Lembayung mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu, "Kenapa sayang..?" Tanya Lembayung lembut sambil mengusap pipi chubby gadis kecil itu.

Perlahan air mata gadis kecil itu pun turun membasahi kedua pipinya, "Hiks..Cila ilang. Ibu gak tahu dimana" Adu gadis kecil itu membuat Lembayung seketika memeluknya.

"Syutt jangan nangis..nanti om bantu cari ibunya Cila ya.." Ujar Lembayung sembari menghapus air mata gadis kecil itu.

"Aduh..duh.." Lembangung meringis kesakitan. Tarikan Aruna pada kupingnya cukup membuatnya mengaduh.

"Disuruh cari bumbum, malah bikin nangis anak orang!"

"Ish..berpikiran buruk mulu sama suami. Dosa tau!" Balas Lembayung dengan bibir yang mencebik kesal.

"Tante, om itu mau bantuin Cila. Cila hilang, ibu Cila gak tahu dimana" Jelas gadis kecil itu seketika membuat Aruna menyengir malu pada Lembayung yang kini menatapnya dingin.

"Yaudah ayo tante bantu cari, Pak suami tolong bawa belanjaan ya" Tukas Aruna sambil menuntun Cila untuk mencari ibu dari gadis kecil itu.

"Salah aja terus.."Lirih Lembayung sambil menuruti perkataan istrinya tadi.

***

YIPIEE CHAPTER 1 UDAH DI PUB NIH!!!

PERJODOHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang