"Nah gitu dong, oh ya Adrian! ibu mau tanya!""Tanya apa Bu?" seperti nya ada hal aneh yang ada dipikiran ibukku.
"Tadi kamu dapet bakso kan, kamu minta atau dikasih pak Sarno?" tanya ibuku dengan tatapan mata yang tepat dimataku.
"Di kasih Bu.." jawabku gugup.
"Kok tadi Bu Jasmin bilangnya kamu yang minta?" tanya ibuku lagi.
"Ya ampun Bu, malu lah kalau minta-minta. Sumpah aku dikasih pak Sarno!" jawabku tegas.
"Awas ya! kalau minta-minta, malu-maluin ibu kalau kamu ngelakuin hal ini. Kaya nggak pernah dikasih makan saja!" ucapnya sembari pergi meninggalkan kami bertiga.
***
"Emang tadi Abang minta?" tanya adikku, Asih.
"Ya enggak lah dek, walaupun kita miskin jangan pernah minta-minta sama orang lain. Kecuali orang itu memang niat ngasih ke kita dengan ikhlas, tapi bukan kita yang minta." ucapku sembari menguyah.
"Tapi bang, banyak loh seumuran ku yang minta-minta!" sahut adikku, Raya.
"Kamu lihat dimana dek? paling di televisi kan?" ucapku.
"Kita kan nggak punya televisi bang." sahut Asih, oh ya memang kami tidak mempunyai televisi.
"Oh iya lupa, kamu tau darimana Raya?" tanyaku.
"Dijalan bang, kan ibu pernah bawa aku kepasar." ungkapnya.
"Kita kalau kaya mereka kan dapet uang bang," sahut Asih.
"Hust! nggak boleh! kan tadi ibu bilang, nggak boleh minta-minta!" jawabku dengan tegas.
"Iya bang maaf,"
***
"Aduh mas Bahar udah malem belum pulang juga!" gumam ibuku yang tengah duduk di meja makan.
"Kenapa Bu?" tanyaku.
"Bapakmu, kok belum pulang ya?" tanyanya.
"Mungkin bapak emang lagi kerja yang halal Bu, jadi belum pulang." timpalku.
"Mana mungkin bapak kaya gitu nyari yang halal!" ungkapnya.
"Ya udah kalau ibu khawatir, biar aku cari bapak aja. Aku juga khawatir bapak nggak pulang-pulang." imbuhku.
"Lah nggak usah Adrian, biarin lah!"
"Nggak apa-apa bu, lagian belum terlalu malam biasanya jalanan masih ramai."
"Bang mau kemana?" Asih tiba-tiba muncul tepat dibelakang ku.
"Nyari bapak." jawabku.
"Aku mau ikut!"
"Ngapain sih Asih, nggak usah! dirumah aja! ibu juga nggak bisa pergi, kan Zaki harus ada yang jagain." ungkap ibuku.
"Iya ibu bener, kamu nggak usah ikut! bahaya kalau malem-malem." tambahku.
Hanya bermodal senter aku pergi meninggalkan rumah demi mencari bapak yang belum kunjung pulang juga. Hanya memakai kaos oblong dengan celana panjang bekas bapakku dulu, aku menerobos dinginnya malam. Terpaksa malam ini aku tidak belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY IN DANGER ( LENGKAP )
SpiritualKeluarga kecil yang tinggal di rumah sewa tepat di sudut kota besar. Dengan kesederhanaan membawa mereka untuk tetap terus bertahan di dalam keprihatinan. Sebagai sang sulung, Adrian adalah sosok anak-anak yang bertanggung-jawab kepada ketiga adik...