EPILOG

9.3K 637 61
                                    

Jenazah Ibu langsung tiba di tempat penguburan, hanya ada aku dan Pak Haji Rosadi di sini serta sekte berbaju hitam itu. Tak ada tetangga ataupun orang lainnya.

"Ini hanya kalian berdua?" ucap salah satu petugas dinas rumah sakit.

Aku mengangguk.

Sekte berbaju hitam ini mengelilingi pusara pemakaman Ibu, dengan menunduk ke bawah.

Para petugas, Pak Haji Rosadi, dan aku yang mengubur Ibu. Prosesi berjalan dengan sangat khidmat walaupun hanya beberapa orang saja.

Setelah prosesi selesai, memang benar sekte ini langsung pergi entah ke mana.

"Pak, sekte itu akan mengganggu lagi?" tanyaku padanya.

"Tidak, ini sudah terakhir. Ayo cepat pulang, Bapak ada sesuatu yang perlu dibicarakan."

***

"Bapak mau bicara apa?" tanyaku.

"Nanti kita pergi ke sungai seberang untuk mencari jasad adikmu, Asih. Yang sudah dibuang,"

Dahiku mengernyit. "Bapak tahu kalau Asih di situ?"

"Kamu jangan banyak bertanya, nanti kamu temani Bapak saja."

***

Entah mengapa Pak Haji Rosadi memilih malam hari untuk mencari jasad Asih, adikku.

Suasana dingin, kami hanya berjalan kaki untuk sampai ke sungai seberang.

Aku mengikutinya dengan langkah sedikit tergesa-gesa. Tasbih yang selalu ia kenakan tak lupa ada di jari-jemari Pak Haji.

Burung gagak sesekali mengikuti dari arah belakang, serta embusan angin yang tiada hentinya.

Tak ada penerangan selain senter milik kami.

"Jangan berbicara sebelum kita pulang dari ini," bisik Pak Haji Rosadi padaku.

Aku hanya mengangguk walaupun aku tak berani untuk melewati jalanan seperti ini.

Sepertinya jalanan ini tak pernah diinjak oleh kaki manusia, terbukti sekali rerumputan menjulang tinggi. Serta pohon-pohon berakar besar di sisi kanan dan kiri.

Ternyata tak butuh lama untuk menyusuri jalanan ini, akhirnya kita sampai di tepi sungai.

Pak Haji Rosadi tampak bertapa dengan memejamkan matanya, aku hanya bisa duduk di belakangnya tanpa menoleh ke manapun.

Entah apa yang Pak Haji Rosadi baca dalam hatinya, tetapi sungai yang sebelumnya tenang kini gelombang, sungainya mulai berjalan.

Ada apa ini? batinku.

Ada sesuatu yang hanyut lalu berhenti tepat di depan Pak Haji Rosadi.

Karung? Isi apa ini? batinku.

Pak Haji Rosadi bangkit lalu mengambil karung yang entah apa isinya. Perlahan, tapi pasti, Pak Haji akhirnya membukanya, betapa terkejutnya ternyata ini jasad Asih yang masih utuh, walaupun sudah sedikit membusuk.

"Pak, ini."

"Ssttt ...."

Tak butuh waktu lama akhirnya kami membawa pulang, tapi bukan membawa ke rumah melainkan langsung kami kuburkan.

***

"Pak, ini Asih, Pak? Ini Asih?" Aku yang tak percaya, ternyata jasadnya masih utuh walaupun sudah bertahun-tahun meninggal.

"Iya, ini Asih dan semuanya sudah lengkap bukan?"

"Tapi, Pak, boleh tidak semua adik-adikku dikuburkan dalam satu liang lahat?"

"Boleh, mengapa tidak? Bapak pikir semua meninggal di hari yang sama, yaitu Selasa Kliwon. Hanya Ibumu saja yang sedikit berbeda. Ibumu meninggal di malam Selasa Kliwon."

Aku menelan ludah dengan kasar setelah meninggal hari Selasa Kliwon menurutku hari itu sangat sakral.

***

Adik-adikku serta Bapak dikubur dalam satu liang lahat, hanya Ibu saja yang berbeda.
"Pak, apakah aku bisa menjadi korban tumbal Ibu?"

"Tidak, Adrian, semuanya sudah putus! Karena ibumu sudah meninggal, sebenarnya dia bukan meninggal. Namun, ini sudah menjadi konsekuensi di saat ibumu tak mematuhi aturan dari jin tersebut."

"Kamu jangan khawatir, nanti kamu tinggal dengan Bapak. Kita pelajari agama."

"Rumah kamu, biar Bapak jual aja. Nanti uangnya untuk kamu."

"Doakan semua anggota keluargamu, semoga Tuhan mengampuni mereka dan teruntuk adik-adikmu dan bapakmu semoga mereka ditempatkan di sisi yang terbaik."

"Ini untuk pelajaran untukmu, kalau pesugihan itu hanya tipu daya setan. Kita ingin uang maka kita harus bekerja dengan cara halal, jangan cara seperti ini."

"Toh, kita juga akan mati,, tidak akan hidup abadi di dunia, bukan?"

Aku hanya mengangguk tanda mengerti apa yang telah Pak Haji Rosadi ucapkan.

Aku dan Pak Haji Rosadi akhirnya pulang.
Selasa Kliwon selalu menjadi tanda bahwa ada sesuatu hal besar dalam hidupku.

Ibu sebenarnya baik, hanya tipu daya setan saja yang membuat iman dia semakin melemah dan merelakan nyawa keluarganya untuk harta semata.

Terimakasih untuk teman-teman semua setia membaca dari bab pertama sampai terakhir, see you next story❤️💕🦋

Salam cinta,
Fajriazya💕

Jangan lupa follow Instagram resmi di @fajriazya

FAMILY IN DANGER ( LENGKAP )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang