“Tapi, Bu, kita pindahkan saja ke tempat yang layak,” ungkapku.
“Untuk apa? Kamu pikir tanah makam di sini tidak bayar? Bayar, Adrian! Itu sangat mahal. Ibu nggak mau merogoh uang hanya untuk makam Asih.”
Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Ibu yang semakin hari semakin keji.
“Udah, nanti malem kita gali lagi. Ayo, kamu makan dulu.” Ia manarik tanganku dengan kasar lalu masuk kembali ke dalam rumah.
Aku mengembuskan napas dengan kasar sembari duduk di ruang makan.
“Ayo makan, tidak ada makanan apa pun hari ini. Kamu makan ikan asin dengan nasi putih saja.” Ia menyodorkan sepiring nasi dengan ikan asin sebagai lauknya.
“Lagian, kenapa ayam goreng tadi bisa berubah seperti itu atau pelayan tadi salah kasih pesanan ke kita?”
“Mungkin karena uang Ibu yang haram,” ucapku perlahan.
“Apa? Haram? Tidak sama sekali!” bentak Ibu.
“Tapi, Bu—”
“Udah, diem! Makan!”
***
“Adrian, cepat bawa cangkulnya sekarang. Mumpung udah malam, tetangga nggak bakal ada yang tahu.”
Aku menggeleng. “Nggak mau, Bu!”
“Kenapa? Kamu bilang kasihan ke Asih karena makamnya tidak layak, maka ayo kita gali lagi tanahnya,” timpalnya.
“Bukan berarti dikubur dengan cara seperti itu, Bu. Harus dengan aturan agama,” sahutku.
“Halah kamu tahu apa tentang agama, liat! Orang tenggelam emangnya dikubur, kan, enggak. Malah kalau nggak ketemu, ya, sudah nggak dicari lagi.”
Ibu terus mengelak bahwa dialah yang paling benar.
“Cepat, ayo!” Ibu menarik paksa tanganku.
“Cepat gali, Adrian. Tapi, jangan sampai jasad Asih kena cangkulnya.”
Aku dengan terpaksa menuruti kemauan Ibu yang entah apa yang ada di pikirkannya.
“Cepat, cepat!”
Aku segera mempercepat penggalian ini, tetapi tanah terasa amat keras.
“Keras, Bu—”
“Ah, kamu nggak bisa? Sini, Ibu aja.”
Ibu merebut cangkul yang berada di tanganku.
“Ah, susah,” gumamnya.
“Sudah, Adrian, cukup! Segini saja tidak apa-apa, lanjut besok, ayo baringkan sekarang!”
Aku membaringkan jasad Asih yang sudah sedikit membusuk.“Timbun dengan tanah sekarang!”
Aku tak kuasa menahan sakitnya seseorang yang sudah meninggal, tetapi dikubur dengan tak layak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY IN DANGER ( LENGKAP )
EspiritualKeluarga kecil yang tinggal di rumah sewa tepat di sudut kota besar. Dengan kesederhanaan membawa mereka untuk tetap terus bertahan di dalam keprihatinan. Sebagai sang sulung, Adrian adalah sosok anak-anak yang bertanggung-jawab kepada ketiga adik...