“Eh, Mas, mending kamu kerja ke Kalimantan, daripada di rumah kayak gini!” ucapku ke Mas Bahar, kepalaku sudah pusing ditambah kebutuhan yang terus bertambah, apalagi aku sedang hamil.
“Kerja jadi apa?” tanyanya.
“Ya apa aja, lah! Yang penting dapet duit!” ucapku.
“Kamu, ya, bisanya cuma nyuruh nyari duit doang, coba sekali-kali cari duit juga. Kamu pikir cari duit nggak pusing, nggak capek!” timpalnya.
“Kamu nggak inget dulu pas masih pacaran, kamu bakal berjuang buat aku sama anak-anak, tapi apa sekarang? Loyo, cari kerja pun males.”
“Ah! Diem, Sania! Iya, besok aku akan pergi!”
Keesokan harinya.“Udah aku pergi sekarang, nanti mampir dulu ke rumah Jamal, pinjem uang buat ongkos,” ucap Mas Bahar.
“Bapak mau ke mana?” Adrian tiba-tiba keluar dari dalam kamarnya dan menghampiri kami berdua.
“Bapak mau bekerja ke Kalimantan, kamu jaga diri baik-baik. Jaga ibumu juga. Ibu, kan, lagi hamil,” ucapnya.
Adrian hanya mengangguk dengan tatapan yang tak biasa.
“Sudah, Bapak mungkin lagi tobat, jadi dia nekat pergi!” ungkapku.
“Ingat, ya, Sania. Aku bekerja bukan karena kamu, tapi karena anak-anak,” timpal Mas Bahar.
“Bapak pergi sekarang. Kalau adik-adikmu bertanya tentang Bapak, bilang saja Bapak sedang bekerja,” ucapnya.
“Udah, Adrian. Jangan sok sedih begitu, sana siap-siap buat sekolah,” ucapku.
“Iya, Bu.”
Dia lalu berbalik badan dan aku masuk kembali ke kamar untuk memeriksa Zaki. Pening sekali kepalaku setiap hari tanpa henti, rasanya sudah muak hidup miskin seperti ini ingin rasanya merasakan menjadi orang kayak tanpa kekurangan apa pun.
Aku meraih ponselku menggulir aplikasi berwarna biru. Mataku terbelalak, seseorang dengan postingan menawarkan satu ilmu agar bisa menjadi kaya raya.
Buru-buru aku lihat profil si pembuat postingan ini. Bernama Puji Suryani. Tak salah lagi. Ini Bu Puji, tetangga baru di kompleksku.
Buru-buru aku mengirimi dia pertemanan, aku ingin bertanya dulu lewat chat, nanti kalau itu memang benar, aku akan datang ke rumahnya.
Lama sekali Bu Puji menerima permintaanku. Sudah satu jam lamanya sampai aku rela tak mencuci pakaian.
Ting.
Wah, akhirnya Bu Puji menerimanya. Tak menunggu lama, segera aku tanya perihal postingan yang aku lihat tadi.
Saya:
Halo, Bu Puji, saya mau nanya sesuatu nih. Tentang postingan Ibu tadi.
Pesan yang kukirimkan padanya.Bu Puji tak langsung menjawab, mungkin ia tengah sibuk. Namun, aku masih tetap menunggu dengan menemani Zaki tidur.
“Ibu, Ibu,” rengek anakku, Raya.
Aku segera keluar.
“Ada apa, sih, Raya! Jangan berisik. Zaki lagi tidur,” timpalku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY IN DANGER ( LENGKAP )
SpiritualKeluarga kecil yang tinggal di rumah sewa tepat di sudut kota besar. Dengan kesederhanaan membawa mereka untuk tetap terus bertahan di dalam keprihatinan. Sebagai sang sulung, Adrian adalah sosok anak-anak yang bertanggung-jawab kepada ketiga adik...