05

528 42 7
                                    

"Titik jenuh manusia itu terletak pada kesabaran nya."

...

Seperti sedang bermimpi indah lalu dibangunkan dengan paksa seperti itu mungkin yang Caca rasakan sekarang.

Air matanya terus keluar tanpa se izinnya. Ia mendekap tubuh Al dari belakang, menumpahkan segala perasaannya selama ini membuat semua orang menatap kearahnya dengan heran.

Bayu cowok itu hanya bisa mematung tak berani berkata sekata pun, matanya terus mengikuti pergerakan dua orang didepannya itu.

"lo jahat! Lo jahat Al! Lo jahat sama gue! hiks" Caca menangis dengan kencang.

"lo kemana aja selama ini?" tanyannya dengan suara serak.

Tidak ada jawaban dari orang yang ia peluk, Bayu dan Nina hanya diam melihatnya tak ada yang berani memisahkan mereka berdua. Suara bisik-bisik mulai terdengar dari orang-orang yang melihat.

Caca masih memeluk erat tubuh orang yang ia panggil Al, Caca masih menangis dengan kencang. Air mata Caca turun dengan deras namun si pemilik tubuh yang ia peluk masih mencerna apa yang sedang terjadi.

Tiba-tiba Caca merasakan pelukannya dilepas dengan paksa oleh orang yang ia peluk.

"lo... siapa?" tanya nya dengan nada tak yakin.

"l-lo nggak tau siapa gue?" Caca terbeo tak percaya, dia menggelengkan kepalanya.

"tapi kenapa lo tau nama gue" ucapnya heran membuat Caca bingung.

"g-gue Caca Al gue Caca" Caca menepuk dadanya sendiri saat merasakan sakit antara tak percaya dan perasaan sakit begitu saja.

Al mengerutkan keningnya lalu menggeleng. "emang lo siapanya gue? Kok lo nangis"

"hah?" Nina berbicara spontan merasa aneh dengan orang didepannya ini.

"g-gue temen lo" ucap Caca tersenyum.

Al kemudian menggelengkan kepalanya merasakan sakit kepala saat kembali mengingat sesuatu.

"temen tapi akh" Al berteriak dengan kedua tangan yang berada di kepalanya.

"lo kenapa Al??" Caca panik dan hendak membantu Al, Al memundurkan langkahnya kebelakang sembari menggeleng.

"jangan deket-dekat sama gue!" Al berucap dengan lantang.

"t-tapi gue Caca Al, gue Caca" Caca menepuk dadanya sendiri meyakinkan Al bahwa dirinya ini temannya.

"akh!" Al memegangi kepalanya bahkan ia meremat rambutnya dengan keras.

"Al!" Caca segera membantu Al dengan anak-anak yang lainnya ketika melihat Al sangat amat kesakitan.

"Ca tenang Ca" ucap Bayu menenangkan Caca yang panik melihat Al kesakitan.

"Al hiks lo kenapa" Caca menangis melihat Al kesakitan tak berdaya.

Tiba-tiba seorang memecah kerumunan begitu saja, seorang lelaki paruh baya yang terlihat masih muda. Dia paman Al, Hendry.

Blue Sea [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang