06

491 42 3
                                    

"udah mending mundur saingannya Tuhan"

...

Sejak kapan manusia yang bernama Caca menjadi lemah dan pantang mundur menjadi murung? Sejak setengah yang lalu lebih tepatnya. Semua orang mempergunjingkan Caca, mengatakan jika Caca sok kenal dengan si anak baru.

Cacahanya diam tak menanggapi bukan berarti dia tersinggung tetapi dia juga sadar jika tadi dia sudah kelewat batas. Tapi memang wajar kan bereaksi seperti itu saat bertemu kembali dengan orang yang sudah 4 tahun menghilang.

Hanya kita yang tahu kemana selanjutnya perasaan Caca berlayar.

"gue buatin lo kopi" ucap Bayu lembut sembari meletakan kopi panas buatannya didepan Caca.

Bibir yang pucat itu tersungging saat Bayu mengatakan demikian, kepalanya mengangguk tanda mengerti dengan ucapan manusia di depannya itu.

"kenapa diem aja" bibir Bayu seolah tak bosan mengatakan beberapa kalimat yang sama sekali tak pernah dijawab oleh perempuan di depannya.

Caca menggeleng, ia melihat keatas dimana sang waktu berdetak. Rumah minimalis yang khas bau kopi tercium di indera keduanya.

"mau roti?" tawar si pria membuat si perempuan menggeleng tanda tak mau.

"jadi maunya apa?" tawarnya sekali lagi.

"pulang" jawab si perempuan dengan lesu.

Bayu tersenyum lalu mengelus rambut Caca, ia melepas apronya lalu bangkit dari duduknya. Namun, tangan lentik itu justru mencekal tangan kekar milik Bayu, yang membuat Bayu membalikan badannya mengahadap kembali kearah Caca.

"di sini aja" ucap bibir itu dengan mata sayu.

"yaudah terserah kamu aja" Bayu kembali duduk didepan perempuan yang sedang merajuk itu.

Hanya hening yang menghiasi keduanya, tak ada yang mau berbicara sepatah katapun. Entah bagaimana pikiran keduanya namun yang pasti keduanya hanya berpikir tentang 'Al'.

Bagaimana bisa Al bisa kembali? Bagaimana mungkin orang yang sudah mati kembali hidup, oh ayolah padahal Caca sudah mulai menyukainya, pikir Bayu.

Diam tak selamanya canggung, mereka sudah ahli jika hanya saling bungkam satu sama lain. Namun Bayu enggan membuat suasana rumahnya menjadi hening karena hanya ada mereka berdua didalam rumah minimalis tersebut.

"laper ya?" tawarnya.

Mungkin jika sudah makan Bayu tak mengakatan itu, bolos bersama itu mungkin menyenangkan jika tak ketahuan tentu saja.

"emang lo bisa masak?" Caca berbicara dengan lucu menurut Bayu.

Pipi yang terdampar di atas meja makan dengan mata yang amat sayu dan jari keduanya saling bertaut membuat Bayu berpikir "mengapa perempuan cantik seperti Caca hanya ada satu?".

"enggak" Bayu menggeleng polos. Caca menghela nafasnya lalu tersenyum.

Ia mengambil apron milik Bayu yang tergeletak tak berdaya di atas meja. Bayu melihat Caca yang tanpa canggung membuka lemari es miliknya, seolah mereka sudah terbiasa hidup bersama.

Caca tahu semua tempat-tempat wadah makanan milik Bayu dan ibunya, mereka sudah sering memasak bersama.

"mau makan apa?" tawar Caca dengan pisau dan bawang di kedua tangannya.

"emmm nasi goreng?" jawab Bayu, Caca menggeleng tanda tak setuju.

"pasta aja gimana?" ucap Caca. Bayu mengangguk patuh asalkan makanan buatan Caca ia pasti memakannya.

Blue Sea [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang