I.

247 24 3
                                    

Hope you enjoy this story

...

Sore itu, Namjoon berada di cafe. Duduk sendirian ditemani secangkir kopi yang sudah ia minum setengahnya. Menatap jendela yang menghadirkan pemandangan taman bunga yang indah dengan banyak orang bercanda tawa disana.

Netranya sedari tadi menatap seorang anak laki-laki yang sedang belajar naik sepeda bersama kedua orangtuanya, sesekali anak laki-laki itu hampir jatuh karena tak seimbang, tetapi orangtuanya dengan sigap menahannya. Sangat harmonis, mereka keluarga yang bahagia.

Namjoon tersenyum getir, kembali mengingat memori lama.  Tak pernah sekalipun ia berbahagia dengan kedua orangtuanya, bahkan mendapat kasih sayang dari ayahnya pun tak pernah. Namjoon hanya punya beberapa memori indah bersama adik kecilnya, dan untuk menjadi seperti keluarga tadi, itu mustahil untuknya.

Tak ingin berlama-lama, Namjoon meninggalkan meja yang ia duduki. Menuju ke kasir untuk membayar secangkir kopi yang tidak ia habiskan tadi. Lalu segera beranjak keluar dari cafe tersebut. Mengambil sepedanya yang ada di parkiran, lalu mengayuhnya menyusuri jalan dengan banyak pohon yang tumbuh subur di sisi-sisinya.

Tujuannya bukan pulang ke rumah, melainkan ke sungai. Angin sejuk menerpa wajah tampan Namjoon, ia menikmati panorama sungai yang tenang. Hingga ia menghentikan kayuhan sepedanya, ingin memotret pemandangan sekitar dengan kamera kecil yang ia bawa.

Namjoon mulai mengarahkan kameranya ke depan, menekan tombol kamera itu hingga sebuah foto berhasil ia dapatkan. Namjoon mulai mengarahkan kamera nya ke arah lain, mencari objek yang cocok untuk ia foto disana. Lalu tak sengaja, ia melihat dua pemuda sedang duduk di bangku. Mereka terlihat saling berbincang diiringi tawa.

Namjoon mengenal mereka. Samar-samar namun pasti, dua pemuda itu, kehadiran mereka tercetak jelas dalam ingatan Namjoon. Pemuda dengan kulit seputih susu dan pemuda dengan senyum kotak itu, Namjoon serasa ingin segera berlari menghampiri mereka.

"Yungi Hyung.. Taetae" tak bisa, Namjoon tak mampu menghampiri mereka. Berujar lirih, dengan mata berkaca-kaca terpaku menatap kedua pemuda itu.

Tangan Namjoon bergetar, kamera yang tadi dipegangnya hampir jatuh, menunduk dalam dengan air mata yang turun begitu saja jatuh mengenai pakaiannya. Pikirannya berkecamuk, berusaha memilih untuk menghampiri dua insan tersebut atau tidak.

Tapi pikirannya memilih tidak.

Hingga Namjoon kembali menegakkan pandangannya, dua orang itu sudah tidak berada di tempatnya. Mereka sudah pergi, pikir Namjoon.

Namjoon kembali menaruh kameranya kedalam saku hoodie yang dipakainya, lalu mengayuh sepedanya ingin segera pergi dari sungai tersebut.

-Fail-

"Bagaimana jalan-jalannya? Seru?" tanya wanita paruh baya pada dua orang pemuda yang baru saja memasuki rumah.

"Hanya main ke sungai ma, menikmati pemandangan sore hari" jawab salah satu dari mereka.

Kedua pemuda itu, Min Yoongi dan Kim Taehyung. Mereka baru saja pulang dari jalan-jalan sore hari, Taehyung yang mengajak Yoongi untuk keluar.

"Mama aku lapar, boleh kita makan sekarang?" tanya Taehyung dengan nada sedikit di imut-imutkan.

"Iya, ayo kita makan. Taehyung-ie kita sudah lapar" celetuk pria paruh baya menghampiri mereka.

"Astaga, bilang saja kau juga lapar, tidak usah membawa-bawa Taehyung" ujar Nyonya Min.

"Iya iya, cepat kita makan" tukas Tuan Min.

Mereka berempat menuju meja makan, makan sekeluarga di satu meja seperti keluarga bahagia pada umumnya.

Min Yoongi, Kim Taehyung. Mereka bukan saudara sekandung, mereka hanyalah saudara sepupu. Dari suatu kejadian, keluarga Min yang sebelumnya berisi tiga orang bertambah menjadi empat karena kedatangan Taehyung.

Mereka tidak keberatan, sungguh. Mereka merasa sangat senang atas kehadiran Taehyung dalam keluarga mereka, suasana hari demi hari menjadi lebih hidup, tak ada kata kesepian.

Taehyung yang kini masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dan Yoongi yang menjadi mahasiswa. Mereka layaknya saudara kandung yang saling menyayangi dan saling menjaga, walau tanpa sadar mereka melupakan seseorang. Seseorang yang dulu pernah menjadi seperti Yoongi, menjadi seorang kakak yang menyayangi adiknya. Seseorang yang telah sangat lama tak mereka temui, yang juga mereka tak ketahui keberadaannya.

Atau, apakah mereka juga masih mengingatnya?

Bukan hanya Yoongi dan Taehyung, apakah Tuan Min dan Nyonya Min juga masih mengingatnya?

Jawabannya masih samar, perlahan-lahan, seiring berjalannya waktu, jawaban itu akan datang bersama dengan iringan takdir yang Tuhan rencanakan untuk kehidupan mereka.

"Besok mungkin Papa akan pulang lebih sore, ada sedikit urusan" ucap Tuan Min pada kedua anaknya.

"Urusan apa pa? Pekerjaan atau sesuatu?" tanya Taehyung mengintimidasi, bukan apa-apa, ia hanya ingin sedikit menggoda Papanya.

"Tentu saja pekerjaan, memangnya Papa ada urusan apa lagi?" jawab Tuan Min. Ia hampir termakan godaan Taehyung.

Taehyung tertawa kecil, ditanggapi gelengan heran dari Nyonya Min.

Tuan Min bekerja sebagai guru sekolah menengah pertama, itu sebabnya beliau adalah orang yang lembut, humoris, dan ramah. Tuan Min juga mengajar les privat pada sejumlah murid, sehingga terkadang ia akan pulang sore hari karena mengajar les muridnya.

-Fail-

Namjoon sampai di tempat tinggalnya, ia memarkirkan sepedanya didepan rumah, lalu berjalan masuk. Namjoon langsung merebahkan dirinya di sofa, dua pemuda yang ia lihat tadi terus terus melekat dalam pikirannya.

Namjoon berulang kali menghela napas, terus melamun sendirian di ruang tamu. Bunyi cacing yang meraung-raung meminta makanan tak ia pedulikan.

Bak patung berbentuk manusia, Namjoon terdiam tak melakukan apapun. Bayang-bayang masa lalu menghantui pikirannya, membuatnya terpaku.

Tak lama Namjoon menangis, isakannya terdengar menyakitkan, ia menangis memeluk dirinya sendiri. Namjoon terus menyebutkan sebuah nama, meracau meminta maaf juga meminta tolong.

"Tae..maaf..tidak Appa tolong ampuni Joon-ie..Tae..Eomma.. tolong..tidak..maaf" ucapnya tak karuan. Kepalanya terasa sakit, Namjoon memukuli kepalanya sendiri dengan tangannya tanpa sadar. Memilukan, itu keadaannya sekarang.

Tak ada seorang pun datang menenangkannya, tak ada seorang pun menemaninya, tak ada seorang pun menyemangatinya. Namjoon sendirian, tanpa ada seorang pun peduli padanya sekarang.

Sendirian dan kesepian lah yang selalu menemani hari-hari Namjoon, tanpa ada kehadiran keluarga, karena keluarganya sudah lama meninggalkannya.

...

I don't know why, tapi feel nya ga dapet🙏

Fail | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang