IX.

112 14 0
                                    

Eum, Halo?

...

"Tae, aku-"

"Hanya bergurau. Tak perlu dianggap serius" Taehyung memotong ucapan Namjoon. Tak perlu dianggap serius katanya, tapi nyatanya aura Taehyung memancarkan keseriusan.

Namjoon menatap Taehyung, menatap lekat kedua matanya. "Tolong jangan pernah menganggap aku melupakanmu, Tae. Itu tidak benar, itu salah, sungguh." Namjoon beralih menatap kearah lain, asal jangan menatap Taehyung, "Aku.. kau tidak tahu apa yang terjadi, jangan menganggap seperti itu"

Taehyung mendengus, seakan meremehkan. Namun, melihat bagaimana Namjoon berbicara seolah ingin menangis, kenapa ia merasa iba? Merasa kasihan, atau merasa bersalah telah menganggap Namjoon melupakannya selama ini?

Setelah dipikirkan kembali, memang benar. Memang benar Taehyung tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, persis seperti yang dikatakan Namjoon.

"Ya, aku memang tidak tahu. Itu sebabnya, aku harus mengetahuinya. Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, agar aku tak terus-terusan beranggapan kau melupakanku. Lagipula, banyak yang harus aku ketahui setelah sekian lama. Benarkan?"

Namjoon menanggapi pertanyaan Taehyung dengan anggukan pelan.

"Aku mau mandi sebentar, jika tidak keberatan, bisa menunggu diluar kamarku? Hanya sebentar, tidak selama ketika kau pergi." Ah, pamit mengundurkan diri untuk mandi sekaligus sindiran begitu? Juga mengusir secara halus.

"Ya, aku keluar" Namjoon beranjak keluar dari kamar adiknya. 

Beranjak keluar, Namjoon menyadari. Banyak perbedaan antara dulu dan sekarang tentang sikap Taehyung. Canggung, dingin yang menyelimuti. Bahkan Taehyung tidak memanggilnya 'Hyung' tadi. Tunggu, apakah mereka sempat berpelukan barang sekali sejak bertemu tadi? Tidak. Tidak sama sekali.

Namjoon tak sadar menghela napas berat. Kembali menuju dapur menemui tiga orang yang sedang bercengkrama hangat disana. Seorang Ayah, Ibu, dan juga Anaknya yang sedang memasak bersama. Suatu impian Namjoon yang mustahil ia dapatkan.

"Eoh, Namu?" panggil Tuan Min begitu sadar sedari tadi Namjoon terus menatap kegiatan mereka.

"Namu, kemarilah Nak. Coba sup daging buatan Mama sini" Nyonya Min melambaikan tangannya mengisyaratkan Namjoon untuk mendekat.

"Buatan kita bertiga, Ma" ucap Yoongi mengoreksi.

Namjoon perlahan mendekati mereka, aroma masakan yang harum membangkitkan selera makan Namjoon. Sudah berapa lama Namjoon tidak merasa bersemangat seperti ini?

Nyonya Min menyendokkan kuah sup yang dibuatnya, meniupnya dengan hati-hati supaya suhunya menjadi lebih dingin dan tidak terlalu panas untuk Namjoon coba. Mengarahkan sendok itu kedepan mulut Namjoon, mencoba menyuapinya. Namjoon terdiam sejenak, lalu lekas membuka mulutnya dan menerima suapan Mamanya dengan senang hati. Iya, Mamanya, tentu saja.

Rasa masakan Nyonya Min benar-benar membuat Namjoon mengenang masa lalu, ibu kandungnya yang hampir tidak pernah memasak dirumah, tapi biasanya Nyonya Min mengantarkan masakan untuk ia makan bersama Taehyung. Rasa masakan Nyonya Min sama seperti dulu, sangat enak. Membuat Namjoon merasa terharu.

"Enak?" tanya Nyonya Min memastikan.

Namjoon mengangguk-angguk, "enak, sangat enak. Aku sampai ingin menangis." Mata Namjoon berair, air matanya siap tumpah kapan saja. Dan benar, ketika Namjoon berkedip air mata itu lolos seketika.

"Seenak itu? Astaga kenapa kau meneteskan air mata, hm?" Nyonya Min mengusap pipi Namjoon.

"Sudah sangat lama. Aku hanya rindu masakan Bibi. Tidak, maksudku Mama" Namjoon mengusap kedua matanya yang berair.

"Aigoo, Namjoon-ie kita sepertinya sangat terharu. Ayo, kita siapkan masakan ini, dan kita hidangkan dimeja" ucap Tuan Min mengomando Yoongi.

"Aku mau bantu juga" Namjoon tersenyum, kedua matanya seperti menghilang, seperti hanya menyisakan garis. Sejak lima tahun terakhir, belum pernah Namjoon tersenyum sebahagia ini.

"Yasudah ayo sini, tata piring juga sendok garpunya"  Yoongi memberikan lima tumpuk piring pada Namjoon untuk Namjoon tata dimeja makan. Namjoon menerima piring-piring itu, dengan hati-hati pula ia membawanya. Tak ingin tangannya berulah memecahkan piring kaca tersebut.

Tak lama Taehyung menghampiri meja makan, rambutnya masih setengah basah. Mandinya cukup cepat, tak perlu waktu lama.

"Wah, sup daging" mata Taehyung berbinar melihat sup berisi daging dengan beberapa potongan kecil sayur didalamnya.

"Kalian sangat suka sup daging dulu, makanya Mama memasak ini" Nyonya Min lalu duduk. Pas sekali, kursi cukup untuk lima orang. Biasanya salah satu kursi akan kosong, karena Tuan Min sengaja mengosongkan satu kursi untuk Namjoon. Sekarang, Namjoon sudah menempati kursi kosong tersebut. Tepat disamping Taehyung.

"Baiklah, karena sebagai ungkapan syukur karena kita sudah bertemu Namjoon-ie, mari berdoa supaya kita akan menjadi keluarga baik yang selalu bersama. Sekian, selamat menikmati makanannya" ucap Tuan Min memulai makan bersama mereka.

"Makan yang banyak Namu, kau agak kurus, bahkan besar badanmu hampir sama dengan Taetae. Setelah ini kau akan menjadi gemuk" ujar Nyonya Min menatap Namjoon yang ada didepannya. Namjoon hanya menanggapi dengan tersenyum singkat sambil mengunyah makanannya.

Bahkan kebiasaan Namjoon ketika makan dulu masih ada. Tangan kirinya akan diangkat dimeja dengan sikunya sebagai tumpuannya. Sementara tangan kananya sibuk dengan sendok.  Bukan hanya Nyonya Min, Tuan Min juga Yoongi tahu itu. Taehyung juga tentunya.

Taehyung sesekali melirik Namjoon yang asyik makan juga ikut bergurau ringan. Tanpa sengaja melihat bekas luka kecil di leher Namjoon tepatnya di bagian belakang lehernya dekat rambutnya. Bekas luka seperti terbentur sesuatu, mungkin.
Penasaran, tapi tak Taehyung pedulikan.

Ini hari yang cukup membuat Namjoon senang, setidaknya setelah sekian lama. Meskipun memang, hubungannya dengan Taehyung tak seperti dulu, ia yakin semua akan kembali berjalan normal. Itu harapannya.

Makan bersama berjalan lancar, semua orang sudah kenyang, dan setelah memaksa untuk membantu Mamanya mencuci piring, Namjoon ingin pamit pulang.

"Hei, kenapa pulang, huh? Tidak boleh. Disini saja" larang Nyonya Min ketika Namjoon hendak berpamitan.

"Iya, tidak boleh pulang. Menginap disini saja, kalau tidak bawa baju ganti sementara pakai bajunya Taehyung, ukuran badan kalian kan hampir sama" Tuan Min menambahi.

"Aku setuju, lagipula rumahmu sudah kau kunci, kan?" Yoongi ikut tidak mempersilahkan Namjoon pulang.

"Tapi-"

"Sudah, kalau disuruh orangtua harus patuh." Ucap Taehyung ketus. Tapi, ucap Taehyung membuat Namjoon mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumahnya sendiri. Lagipula, bukan tanpa alasan Taehyung ikut serta melarang Namjoon untuk pulang. Taehyung yakin, Tuan Min juga Nyonya Min ingin banyak bertanya dengan Namjoon malam ini. Dan Taehyung akan ikut serta mendengarkan.

"Jika tidak masalah, tentu. Tidak apa-apa kalau begitu" final Namjoon. "Lalu, aku sekamar dengan siapa?" tentu saja Namjoon tahu, empat kamar dirumah ini sudah dihuni, tidak ada kamar kosong.

"Denganku, siapa lagi?" Taehyung menjawab. Tunggu, apa? Namjoon akan sekamar dengan Taehyung? Bisa dibayangkan seberapa canggung mereka nanti? Bagaimana bisa Taehyung dengan enteng mengatakan hal itu? Sedangkan ia bersikap dingin pada Namjoon sedari tadi.

"Baiklah, sudah diputuskan Namjoon akan menginap disini dan tidur bersama Taehyung." Ujar Tuan Min. Bahkan Yoongi sedikit terkejut mendengar jawaban Taehyung tadi. Tetapi tidak masalah, justru itu lebih baik.

...

Hola! Masih ada yg bca ga?? Mwehehe, sy melepaskan tanggung jawab dri cerita abal-abal ini sebentar, kalau ada mood pasti tetep dilanjutin kok

Fail | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang