Vote and coment!
***
Author Side's
Sudah lebih dari seminggu, Victoria tidak melihat atensi laki-laki bermata tajam itu. Entah dimana Zaros berada saat ini. Apakah urusannya sampai memakan waktu lama? Hingga tak dapat pulang barang sebentar.
Victoria merasa sangat kesepian. Meskipun terkadang Javan menemaninya. Sesekali mengajaknya ikut berlatih panahan di taman belakang atau membaca buku bersama. Ia bahkan melupakan kuliahnya sendiri.
Biarlah, ia ingin rehat sebentar dari tumpukan kertas revisi skripsinya. Toh, selama ini ia mahasiswa yang rajin, tidak pernah membolos. Sekali-kali membolos tidak akan membuatnya mengulang semester, kan?
Sejauh ini semua berjalan baik-baik saja. Tapi entah mengapa Victoria merasa tidak sedang baik-baik saja. Hatinya tidak baik-baik saja.
Victoria merasa kosong. Seperti ada yang hilang. Tapi tidak tahu apa. Victoria seolah tidak mengerti dengan dirinya sendiri.
Mungkinkan dia... Rindu?
Ah, sepertinya bukan. Tidak mungkin dia merindukan laki-laki itu. Victoria berusaha menepis pemikiran singkatnya.
Sekarang yang bisa ia lakukan hanyalah bergelung diatas kasur, bosan. Dia tidak tahu harus melakukan apa.
Javan pamit sehabis makan siang untuk sebuah urusan. Dan bilang akan kembali setelah makan malam.
Victoria menatap malas pada tumpukan novel diatas nakas kamarnya. Dia sudah membaca semuanya. Bahkan ada yang sudah lebih dari sekali.
Dia terlalu malas mengembalikannya ke perpustakaan dan mengambil buku baru.
Victoria kembali mengembuskan nafas kasar untuk yang kesekian kalinya. Kepalanya ia benamkan dalam-dalam ke bantal. Meredam runtukkan keluhannya.
Bak mendapat hujan disiang hari, Victoria mengangkat kepalanya dan tersenyum cerah. Otak cantiknya memberi ide untuk menghapuskan rasa bosan yang tengah melanda.
Ia ingin bermain piano. Belum lama ini Victoria menemukan ruangan yang penuh dengan alat musik. Ia ingin memainkan salah satunya.
Victoria sebenarnya bisa bermain beberapa alat musik. Ayahnya pernah mengajarinya bermain piano dan gitar.
Jika dengan ayahnya dulu, ia sering bermain gitar di malam hari. Dengan menyeruput coklat hangat lalu bernyanyi bersama.
Victoria jadi merindukan masa-masa indah bersama Ayahnya. Di pagi hari biasanya ia dan ayah akan memasak dan sarapan bersama. Dilanjutkan dengan berkebun atau mengobrol santai di halaman belakang rumah.
Baginya, Ayahnya adalah sosok Ayah sekaligus Ibu dihidupnya. Ia tak pernah merasakan kekurangan kasih sayang. Ayahnya selalu memenuhinya dengan kasih sayang dan cinta.
Setelah Ayahnya pergi, Victoria merasa bahwa dunia yang penuh kehangatan kasih sayang dalam tatapannya, berubah menjadi dunia dingin yang membeku.
Semua orang tidak peduli pada yang lainnya. Yang mereka pedulikan hanya dirinya sendiri.
Seegois itu memang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blessed Blood
VampireNo matter how many times death tries to tear them apart, Zaros and Victoria will definitely stay together, no matter what. Be it in a few years or thousands of years in the future~