9. 🌹Blood { Bad Dream's}

38 5 0
                                    

Vote and coment!

***

Another Side's

Kakiku melangkah perlahan menuruni tangga kayu menuju kebawah. Yang masih menjadi pertanyaanku--ada apa, atau siapa disana?

Entah sejak kapan aku berada ditempat yang aku bahkan tidak tahu namanya. Sekelilingku gelap. Lilin yang kupegang adalah satu-satunya pencahayaan yang kupunya.

Netraku menangkap bahwa ini sebuah rumah yang terbuat dari kayu sepenuhnya. Namun mengapa rumah kayu ini kosong? Aku tidak tahu.

Instingku membawaku terus menyusuri anak-anakkan tangga hingga menuju dasarnya. Sepertinya ruangan bawah tanah.

Tiba di ujung tangga, berdiri dua pintu gagah didepanku. Aku tidak tahu harus memilih yang mana.

Setelah lama menimbang, lagi-lagi aku mengikuti bisikan hati kecilku. Pintu kanan jawabannya. Pilihan yang mungkin akan kusesali kedepannya.

Perlahan kubuka pintu itu, setelahnya yang kutemukan adalah ruangan gelap dengan ranjang dan seseorang yang tengah berbaring diatasnya. Jangan lupakan aroma amis darah menyeruak masuk ke dalam hidung dan kondisi--yang mungkin bisa disebut kamar, sangatlah berantakan.

Pecahan kaca berserakan dilantai. Banyak perabotan yang terjatuh. Ruangan ini persis seperti habis terkena badai.

Aku berjalan perlahan mendekati seseorang diatas ranjang dengan tungkai telanjangku. Berusaha menghindari serpihan-serpihan kaca yang mungkin bisa melukai kakiku.

Semakin mendekati ranjang, atensi seorang laki-laki yang kulihat. Tapi nampaknya dia tidak sedang baik-baik saja.

Matanya terpejam dengan nafas memburu juga keringat membasahi kemeja putih yang dikenakannya.

"Permisi." Aku mencoba menyadarkannya akan keberadaanku disini. Tapi justru mengalihkan perhatianku dari pecahan-pecahan kaca, dan--

"Arrgh!"

--salah satu pecahan kaca yang cukup besar, menancap pada telapak kakiku. Darah keluar seiring dengan rasa perih yang tak terelakkan.

Aku jatuh terduduk. Butiran liquid bening segera meluncur deras dipipiku. Aku berusaha mencoba mencabut pecahan kaca yang menancap dalam di kakiku. Namun darah tak kunjung berhenti mengalir.

"Hiks!"

Sepersekian detik aku merasa tubuhku terbanting di atas ranjang. Pelakunya adalah laki-laki yang tadi terbaring.

Isakanku semakin keras saat menatap wajahnya yang jelas-jelas kukenali. Laki-laki itu--Zaros,

--warna rambutnya terbagi dua sisi. Mata merahnya yang menatapku tajam, seakan bukan mata yang sama seperti yang selalu menatapku penuh hangat. Taring terselip antara belahan bibirnya. Yang pasti kurasakan sekarang adalah, ketakutan yang amat sangat. Ini bukan sosok Zaros yang kukenal...

The Blessed BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang