"Dari sekian kejutan yang ada di panggung adalah violinis yang mencuri perhatian kami saat Mas Bhanu mengajaknya berdansa, boleh di-spill nggak nih Mas Bhanu, siapa Kakak cantik yang menggesek biola tadi?"
Setelah acara storytelling selesai, lanjut acara bincang hangat Bhanu di atas panggung sebagai bagian dari rundown acara. Di balik wajah leganya, ia mengkhawatirkan Khirani detik ini, ingin sekali menemui gadis itu. Khirani sengaja langsung bersembunyi di balik panggung untuk menghindari wartawan yang datang atau siapa pun yang penasaran dengan gadis yang diajak dansa oleh Bhanu.
"Seperti yang kalian tahu, namanya Arunika."
"Nama asli? Nama panggung, kan, itu?"
Bhanu tersenyum, tidak ingin terlalu mengekspos Khirani sesuai dengan janjinya pada gadis itu.
"Salah satu teman yang..." Bhanu menimbang-nimbang kalimatnya, "cantik?" lanjutnya kekehan tawa di akhir kalimat.
Kalimatnya barusan langsung mendapat reaksi protes dari barisan penggemar Bhanu. Ada yang berteriak tidak setuju, ada yang berteriak minta spill. Trimbum masih ramai dan semakin seru.
"Cantik? Hmm... she's special?"
Bhanu berusaha menetralkan mimik wajahnya agar tak terlalu kentara, ia bersikap profesional tak mau melibatkan banyak tentang Khirani dalam bincang hangatnya kali ini.
"Hanya teman. Sama seperti Reyko, kami semua berteman baik. Arunika memang gadis yang cantik, dia berbakat sekali, bakatnya luar biasa, dia gadis yang tangguh, bagi saya dia seperti ... Binna, adik saya. Saya menganggapnya demikian."
"Waah... saya pikir... Mas Bhanu nggak jomlo lagi. Selain berkarya, apakah Mas Bhanu sudah punya rencana untuk berumah tangga?" pertanyaan MC mengundang histeria dari bangku penonton.
"Mmm..." Bhanu mengedarkan pandangan ke arah trimbun, "coba saya lihat, di sini ada yang mau berencana berumah tangga?" godanya pada para penonton.
Acara di panggung selesai jam delapan malam, setelah Bhanu menanda tangani dan berswafoto lebih dari sebagian penonton yang hadir. Sebuah momen paling melelahkan juga membahagiakan bagi seorang penulis, berdiri dan bersua dengan para penggemar karyanya.
Gedung benar-benar ditutup jam sembilan malam, para karyawan Penerbit Cakrawala sedang sibuk membereskan perintilan bekas acara. Bhanu sendiri baru kembali dari wawancara dari wartawan surat kabar dan media berita. Hal yang paling ingin ia lakukan adalah menemui Khirani.
"Lihat Khirani?" tanya Bhanu pada salah satu staff.
Mereka yang ditanyai menggeleng, Bhanu mencari keberadaan Khirani ke mana-mana, tetapi tidak ketemu.
"Mas Nu?" panggil seseorang sembari membawa buket bunga. Shireen datang bersama ke dua orang tuanya.
"Selamat, ya, Nak Bhanu, acaranya sukses besar," ucap ibu Shireen.
Sejarah panjang dibalik putus ikatan asrama antara Bhanu dan Shireen melibatkan keluarga besar Shireen, terutama sang ayah, yang merupakan seorang admiral Angkatan Laut atau lebih tepatnya atasan mendiang Kapten Arya, ayah Bhanu.
Kalimat-kalimat menyakitkan kala Bhanu memutuskan hengkang dari militer diabadikan dalam karyanya yang berjudul 'Perayaan Duka' di mana novel tersebut selain menceritakan pedihnya penghianatan juga menceritakan kengerian orang-orang gila jabatan, meski tidak menyebutkan detail, Shireen tahu jika yang dimaksud dalam novel itu adalah keluarganya.
Meski sepenggal kisah Bhanu di masa lalu telah abadi dalam karyanya, tak membuat Bhanu memiliki dendam. Pemuda itu tersenyum ramah menyambut ucapan selamat dan buket yang diberikan oleh Shireen dan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gantari : The Song of Dream
General FictionKisah kehidupan Khirani Gantari yang nyaris sempurna, berubah drastis setelah ayahnya terkena skandal pembunuhan. Mental dan fisiknya dibantai hebat membuat Khirani yang ceria berubah menjadi sosok yang tak bisa disentuh siapa pun. Menjadi korban bu...