Benteng Lain

1.4K 534 192
                                    

Pukul setengah tujuh malam. Khirani berdiri di depan pintu rumah Bhanu. Ia datang bersama Reyko untuk persiapan gladi bersih. Masalah biola yang akan dipakai Khirani sudah beres, Reyko meminjam dari salah satu temannya, sedangkan biola Khirani sendiri ada di reparasi biola, butuh waktu lama untuk memperbaikinya.

"Kotak bekalnya siapa, Khi?"

Khirani melirik kotak bekal di tangannya. Tadi siang di kantor, Bhanu menitipkan kotak bekal itu kepada Sugik untuk diberikan Khirani. Bhanu juga meninggalkan catatan agar Khirani menghabiskannya sesuai pesan dari Nawang. Karena merasa sungkan kepada Nawang, Khirani menghabiskan bekal tersebut.

"Punya Bu Nawang."

"Ooh, ya udah, yuk masuk." Reyko mengetuk pintu dan dibuka oleh seseorang tak lama dari itu.

Seseorang itu adalah Shireen. Perempuan itu memakai hoodie cokelat yang biasa dipakai Bhanu, mata Khirani langsung tertuju pada hoodie itu.

Shireen mempersilakan masuk, perasaan Khirani sudah tidak enak, tetapi ia harus ke sini untuk bertanggung jawab terhadap pertunjukan besok. Rasanya tak dewasa jika masalah pribadi harus mempertaruhkan acara besar yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang.

"Ehh, Khi, Rey, sini-sini sekalian makan malam dulu," ajak Nawang sambil menyiapkan makanan. "Non, panggil Masmu," titah Nawang pada Noni.

"Biar Shireen aja, Bu. Mas Nu di gazebo atas, kan?" sahut Shireen dan langsung melangkah menuju gazebo atas.

Nawang menatap lama punggung Shireen menghilang di balik pintu tengah, sebelum akhirnya perempuan paruh baya itu tersenyum sambil menata lauk pauk di atas meja makan. Dan Khirani melihat itu, melihat senyuman hangat Nawang melihat punggung Shireen pergi.

Tak bohong, mendadak Khirani merasa tak nafsu makan meski anaconda dalam perutnya meronta minta asupan.

Berbeda dengan Nawang, si kembar terlihat lesu dan sedikit bete. Si kembar yang biasanya ramai mendadak menjadi pendiam dan kurang menikmati suasana. Biasanya waktu Khirani datang, si kembar antusias menyambut. Berbeda pada malam ini, mereka hanya tersenyum sambil melambai saja.

Khirani merasa atmosfer di ruang makan ini mendadak canggung dan sedikit dingin.

"Ayo, ayo, di ambil nasinya." Nawang mempersilakan Khirani dan Reyko untuk mengambil makanananya.

Khirani dan Reyko mengangguk. Tak lama, Shireen dan Bhanu turun, mereka tak berdua saja, ternyata Binna juga ada di rumah.

"Kak Khiiii!" Binna langsung berlari dari pintu tengah.

Khirani menoleh, tak hanya terlihat Binna dalam retinannya, tetapi juga Bhanu dan Shireen yang berjalan berdampingan. Lekukan senyum di bibir Khirani terkesan dipaksa hanya demi menyambut Binna.

"Nginep di sini lagi, ya, Kak? Maaf, kemarin malam aku nggak ada di sini. Padahal pengen nemenin kamu, Kak." Binna merangkul Khirani dari belakang, melingkarkan tangannya di leher gadis itu.

"Eee..." Khirani bingung mau menjawab apa, di sisi lain ia merasa tak enak kepada Bhanu karena tadi malam. Namun, ia juga ingin tetap di sini karena ada Shireen di samping Bhanu. Khirani penasaran,siapa sebenarnya Shireen itu.

"Haruslah, malam ini, kan, mau geladi bersih di gedung, kemungkinan pulangnya malam. Jangan pulang ke kos dulu, ya?" sahut Nawang.

"Yeee!" Binna justru yang kegirangan. Gadis itu langsung mendaratkan diri di kursi samping Khirani.

Bhanu duduk di seberang kursi Khirani, di sampingnya ada si kembar dan Shireen. Pria itu tak pernah melepaskan pandangannya pada Khirani, sekali pun Shireen di sampingnya mencoba menginterupsi. Itu tak bertahan lama, Bhanu teringat pesan Teyze untuk tidak mendesak atau memojokan Khirani.

Gantari : The Song of DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang