Kacamata

1.3K 338 59
                                    

"Kalian yakin mau masuk Musica?" tanya Khirani pada si kembar yang menatapnya dengan penuh keyakinan.

Ujian sekolah sebentar lagi, si kembar sudah mulai digembleng dengan banyak les. Pendaftaran Musica Art School juga rumornya akan segera dibuka. Si kembar sudah mulai menyiapkan diri untuk mendaftar ke sekolah tersebut, meski restu untuk masuk ke sana belum diterima dari kakak tertuanya. 

"Kami siap lahir batin, Kak," kata Nana sambil menggelayut di tangan Khirani, "Jadi, kami minta tolong buat Kak Khi bujukin Mas Nu, ya, biar bolehin kita masuk ke sana, ya, ya, ya?"

"Iya, Kak. Tolooong..." bujuk Noni. 

Bhanu pernah melihat bagaimana jejak kelam Khirani yang pernah menjadi korban budaya pengenyahan di sekolah tersebut, Bhanu pernah menyaksikan bagaimana gurunya sendiri menyetujui budaya itu terus berkembang dan tubuh di tengah persaingan ketat para muridnya sebagai bagian dari pembentukan karakter. Khirani adalah hasil dari budaya pengenyahan yang butuh waktu bertahun-tahun untuk kembali bangkit. Sudah pasti Bhanu tidak akan setuju jika dua adik bungsunya masuk ke sekolah tersebut. 

"Memangnya kalian nggak takut bakal jadi kayak aku, ya?"

"Kayak gimana tuh? Cantik, pinter, berbakat? Sudah pasti maulah!" sahut Noni. 

"Bukan itu... kalian tahu sendiri kalau aku dikeluarkan dari sekolah karena cancel culture, kalian nggak takut jadi korban cancel culture?" 

Si kembar kompak menggelengkan kepala. Nana menarik tubuhnya menjauh dari Khirani, menatap calon kakak iparnya itu dengan tatapan yakin, "Kak, kita juga ada misi masuk ke sana."

"Misi?"

Kini giliran Noni yang melepaskan tangannya dari gelayutan, "Yap. Kalau kita masuk ke sana, kita akan membentuk klub anti cancel culture, menentang adanya budaya pengenyahan sebagai bentuk dari kemerdekaan siswa yang berhak meraih mimpi-mimpinya. Kita akan menjadi pionir untuk kali pertamanya mematahkan budaya gila itu ada di sekolahan."

Khirani tertegun untuk beberapa saat. Ternyata tidak hanya obsesi si kembar untuk masuk ke sana demi mimpi mereka, tetapi juga demi misi yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan oleh siapa pun. Misi mematahkan budaya cancel culture

"Kalian serius?"

Si kembar mengangguk dengan kompak. 

"Tapi itu nggak akan mudah, budaya itu sudah ada sejak sekolah berdiri."

"Kami tahu, Kak. Karena itu kami akan berusaha dengan keras, kami sudah punya langkah-langkah untuk menjalankan misi itu. Tapi sebelum menjalankan misi itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah lolos seleksi masuk."

"Satu lagi, Kak," sahut Noni, gadis itu memegang dua tangan Khirani, "Misi kita akan berhasil juga tergantung dari Kakak. Kakak harus buktikan kalau cancel culture tidak bisa mematikan mimpi Kakak. Kakak harus semangat dan berusaha keras buat dapetin beasiswa dan jadi bintang lagi."

Nana mengangguk menyetujui kalimat kembarannya. Sementara Khirani menatap mereka dengan perasaan yang bingung, antara takut juga terharu. 

Dulu saat pertama kali tahu ada budaya pengenyahan di sekolahannya, Khirani berpikir untuk tidak menjadi bagian dari itu saat ada siswa yang bermasalah. Namun, diamnya Khirani ternyata secara tak sadar ikut menjadi bagian dari budaya pengenyahan. Andai waktu itu Khirani tidak memilih diam dan speak up atas budaya tersebut, mungkin ada pergerakan siswa yang menentang adanya budaya pengeyahan saat dirinya tersandung masalah. Dan mungkin saja Khirani masih bertahan di sana.

"Kita berdua akan berjuang dari dalam, sementara Kakak berjuang dari luar."

Tak sadar air mata mengalir dari pipi Khirani, buru-buru gadis itu hapus sebelum Bhanu melihatnya dan urusan menjadi panjang.  

Gantari : The Song of DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang