Warning: Bad words detect!
Happy Reading💜
Dont forget to love and coment, thank you.
Sejak kecil Garu selalu bingung bagaimana kehidupan ini berputar, semua kerja keras yang sudah ia lakukan nyatanya selalu membawa laki-laki itu ke masa kelam. Piala kemenangan pianis yang dia dapatkan untuk berhasil masuk ke Musica Art School kini hanya teronggok berdebu. Tak ada artinya.
Ibunya masih dalam cengkeram sang ayah yang bengis, Garu sendiri juga masih terikat rantai ketidakbebasan dari genggaman tangan sang ayah. Keinginannya untuk kabur pulang ke Korea pupus saat dirinya dikeluarkan dari Musica, tidak ada yang bisa ia gunakan untuk pulang membawa ibunya ke Korea kembali.
Garu sudah memikirkan cara legal bahkan sampai jalur gelap untuk kabur dari Indonesia, tapi paspor dan dokumen penting ditahan oleh sang ayah. Ada satu dokumen yang ingin dibawa Garu untuk bisa bertahan hidup nanti setibanya di Korea, dokumen itu tersimpan di brankas sang ayah selama bertahun-tahun.
Kerasnya kehidupan yang ia terima menjadikan hatinya pula mengeras. Dendam untuk sang ayah semakin meluap setiap kali melihat lebam biru di badan ibunya.
Siang itu Garu baru saja pulang dari menagih utang di orang-orang yang menghutang ke ayahnya. Air mukanya terlihat lesu, laki-laki itu tak sengaja melihat Khirani turun dari mobil bersama seorang pria. Pria yang pernah mencium Khirani di depan matanya. Garu meyakini Khirani sudah membuka hati dan menjalani hubungan dengan pria itu.
Penyesalan keterlambatnya mengetahui Khirani pernah mencintainya, membuat Garu menarik diri dan memutuskan untuk tak lagi menganggu Khirani. Meski rasa rindu yang mengendap dalam hatinya kerap membuat langkah Garu mencari Khirani dan memperhatikannya dari jauh.
Garu berpikir ini adalah suatu balasan yang harus ia terima, setelah banyaknya kesakitan yang sudah ia beri kepada Khirani.
"Ini semua hutang putriku, sesuai total yang sudah kau tulis. Sekarang bebaskan putriku dari jeratan renternir lintah sepertimu."
Langkah Garu terhenti saat mendengar kalimat itu. Melalui celah pintu ruang ayahnya, Garu mengintip siapa tamu sang ayah.
Seorang wanita yang memakai heels-nya mengilap, terusan selutut yang elegan, serta menjinjing tas bermerek. Kaca mata hitam bertengger di batang hidungnya, aura sosialita amat jelas menempel pada wanita itu. Garu mengerutkan kening, siapa wanita itu?
"Aku dengar kau menjadi pelac*r di sana?" kata ayah Garu yang sembari menyesap cerutu, mengepulkan asap ke arah wanita itu.
"Bukan urusanmu."
"Melihat bagaimana kau bisa membayar utang sebanyak ini, aku yakin kau dapatkan dengan cara yang kotor."
"Sekotor kau menjebak suamiku ke penjara."
Ayah Garu tertawa, tawanya sangat menggelegar penuh dengan kesan kepuasan dan kemenangan, "Padahal bajingan itu tidak pernah membuatmu bahagia, tapi kau tetap saja bodoh." Ayah Garu kembali tertawa, "Ini soal bisnis, kau tidak akan pernah mengerti."
"Kau boleh saja menjebak suamiku, tapi jangan anak-anakku," sahut wanita itu, "Urusan dengan putriku sudah selesai. Dia bersih dari hutang. Jangan pernah menganggunya lagi. Kau tidak puas suamiku sudah dihukum seumur hidup di penjara?"
Ayah Garu tersenyum miring, mata serigalanya menatap tajam ke arah wanita itu. Kekehan tawanya terdengar seperti menjawab bahwa tidak ada kepuasan baginya untuk menghancurkan keluarga wanita di depannya ini. Jika bukan karena penghianatan yang dilakukan oleh suami wanita itu kepada dirinya, semua tidak akan sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gantari : The Song of Dream
Ficción GeneralKisah kehidupan Khirani Gantari yang nyaris sempurna, berubah drastis setelah ayahnya terkena skandal pembunuhan. Mental dan fisiknya dibantai hebat membuat Khirani yang ceria berubah menjadi sosok yang tak bisa disentuh siapa pun. Menjadi korban bu...