8. Perjanjian

36 3 0
                                    

Setelah mengantarkan Salsa Putri Pranata pulang dengan selamat, Sagara memutuskan untuk mengemudikan motornya kembali menuju Sekolah. Ia tak akan lupa dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama Kakak kelasnya, Romi. Lebih tepatnya Sagara menantang lelaki tersebut sepulang Sekolah karena telah berani mengganggu Salsa.

Flashback on*

"Permisi kami mau lewat," ulang Sagara kepada kelima Kakak kelasnya.

"Biar gue kenalan dulu sama cewek di belakang lo, baru kalian boleh lewat," ucap Romi.

Salsa berjinjit agar bisa mencapai telinga Sagara, lalu gadis itu berbisik, "gak papa Gara, kan cuma kenalan. Salsa gak keberatan kok. Dari pada kita ditahan di sini terus."

"Gara yang keberatan, Salsa," batin Sagara.

Sagara tak menggubris bisikan Salsa, mata elang itu tak putus dari Romi. Tiba-tiba Sagara membawa tangan mungil Salsa untuk Ia genggam. Lelaki itu mendorong bahu Kakak kelasnya agar menyingkir, lalu menggandeng Salsa melewati kelima Kakak kelas kurang kerjaan itu. Merasa tak terima atas perlakuan Sagara barusan, Romi berupaya mencekal lengan Salsa. Namun, lagi dan lagi upayanya gagal ketika tangan Sagara sudah lebih dulu menahan tangan Romi sebelum menyentuh sahabatnya.

Sagara menarik Salsa menjauh dari kumpulan kakak kelas resek itu. Ia kemudian melangkah maju mendekati Romi tanpa rasa takut sedikitpun. Matanya nyalang, jauh lebih mengerikan dari sebelumnya.

"Biarin cewek gue lewat. Urusan lo sama gue sepulang Sekolah," bisik Sagara.

Romi menyeringai setelah Sagara membisikkan hal tersebut padanya. "Gue tunggu di ruang ekskul beladiri," bisiknya, Ia pun segera meminta teman-temannya untuk menyingkir, mmpersilahkan Sagara dan Salsa lewat.

Flashback off

Sial! Sagara tak berhenti mengumpat di sepanjang perjalanan menuju Sekolah. Mengapa Ia harus menantang Kakak kelasnya? Mengapa Ia tidak menuruti ucapan Salsa saja untuk memutar jalan? Ahh, sudahlah. Tak ada yang perlu Sagara sesali, nasi sudah menjadi bubur. Lagipula Ia harus memberi pelajaran kepada Romi dan kawanannya agar tidak lagi mengganggu Salsa.

Sagara sampai di parkiran Sekolah. Suasana sudah sangat sepi, hanya tinggal beberapa murid yang mungkin sedang ada kepentingan. Sagara masih berdiri di atas motornya, lelaki itu sedang mengumpulkan keberanian untuk menemui Kakak kelasnya. Sagara bukan takut berkelahi, hanya saja ia tidak ingin mempunyai musuh di awal masa putih abu-abunya ini.

"WOY!!"

"AYAM!!" latah Sagara sambil terjingkat kaget ketika tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dengan kencang.

Plak!

"Sialan lo! Ngagetin aja." Sagara menepak kepala Rendi yang kini tengah mengaduh kesakitan. "ngapain lo masih di sini?"

"Gak kebalik ya? Seharusnya gue yang nanya kenapa lo masih ada di sini? Bukannya udah pulang bareng Salsa?" Rendi masih mengelus-elus kepala yang tadi dipukul oleh ketua kelasnya.

Sagara menoleh cepat ke arah Rendi. "Tau dari mana lo kalo namanya Salsa?" tanya Sagara defensif.

"Ya kenalan lah."

Muka air Sagara berubah menjadi datar, lelaki itu menatap teman sebangkunya dengan tatapan tak suka. Sagara benci ketika ada lelaki yang mendekati Salsa tanpa sepengetahuannya. Ditatap seperti itu oleh Sagara membuat tawa Rendi tak terbendung lagi.

"Bercanda bro," ucap Rendi, mengontrol tawanya. "kebetulan sahabat gue sekelas sama dia, jadi gue tahu nama dia dari sahabat gue," Rendi menjelaskan.

Ada rasa lega di hati Sagara setelah mendengar penjelasan Rendi. Tapi tunggu? Sedetik kemudian wajah Sagara kembali was-was. "Sahabat lo cewek atau cowok?!"

SalsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang