"Sekian pelajaran dari ibu untuk hari ini. Hati-hati di jalan, sampai ketemu dipertemuan selanjutnya. Assalamualaikum wr.wb," ucap Bu Yani, pergi meninggalkan kelas X IPA 1.
"Waalaikum salam wr. wb," koor para murid.
Setelah Bu Yani benar-benar pergi dari kelas, para murid mulai membenahi alat tulis mereka masing-masing. Salah satu dari murid itu adalah Salsa, gadis itu tengah sibuk menghitung dan mengecek apakah ada dari miliknya yang hilang ataupun tertinggal. Areta yang duduk di sampingnya pun hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengulum senyum. Teliti sekali, pikir Areta.
Kini tersisa tiga murid yang masih berada di dalam kelas X IPA 1. Yaitu Salsa yang masih sibuk mengecek alat tulisnya, Areta yang melipat kedua tangannya di depan dada sambil menunggu Salsa menyelesaikan kegiataannya agar Ia bisa lewat. Bahkan mungkin saat ini Salsa tidak menyadari bahwa Areta tengah menunggu, dan terakhir adalah seorang gadis bernama Dinda yang duduk di depan Salsa, gadis itu sibuk dengan ponsel genggamnya.
"Pantesan ditungguin gak dateng-dateng, ternyata masih ada di kelas," ujar seorang gadis dari luar kelas, berjalan ke arah Dinda bersama dua teman yang berada di belakangnya.
Dinda meraih ranselnya dan menyelempangkan pada pundak, sementara Areta nampak risih akan kehadiran tiga gadis yang berpakaian seksi dengan riasan wajah setebal hutang negara. Siapa sangka jika Dinda memiliki teman yang dandanannya berbanding terbalik dengan dirinya yang berpenampilan sederhana dengan polesan ringan di wajah cantiknya.
"Selesai!" seru Salsa tanpa sadar.
Salsa mendongak, kini perhatian kelima manusia yang berada di kelas X IPA 1 terpusat pada Salsa, membuat gadis yang baru saja selesai berkemas itu kembali tertunduk sambil menahan malu. Aish, sangking fokusnya Salsa sampai tidak sadar jika masih ada orang di dalam kelas.
"M-maaf," cicit Salsa, pipinya bersemu.
"Ihh kok muka lo gemesin banget sih!! Jadi pengen nyubit tau gak!!" seru Lista si Ketua Geng dengan heboh.
Salsa dibuat semakin takut dengan tingkah badut, ralat! Tingkah gadis di hadapannya seraya memegang wajah dengan ekspresi bingung, seperti sedang mencari-cari sesuatu. Areta memerhatikan Salsa, mulai paham apa yang gadis itu sedang lakukan.
"M-maaf, kalo boleh tahu salah muka Salsa apa ya sampai kamu mau nyubit?" tanya Salsa.
Bingo! Apa yang diperkirakan Areta sepenuhnya benar. Salsa bingung dengan pujian Lista yang Ia sangka adalah sebuah ancaman, teman sebangkunya ini memang benar-benar kelewat polos. Bahkan Areta berusaha menahan tawa ketika melihat wajah cengok Empat sekawan itu. Jangankan mereka, Areta saja sudah terkena serangan syok kepolosan Salsa sejak pertemuan pertama mereka.
"Dia muji lo," kata Dinda, menjawab kebingungan Salsa.
"Ehh? M-makasih buat pujiannya," ucap Salsa pada Lista.
Lista dan kedua sahabatnya masih dengan kecengokan mereka. Tak percaya jika gadis di hadapan mereka saat ini bisa berada di kelas yang diisi oleh murid-murid dengan nilai terbaik. Tetapi tak bisa dipungkiri, meskipun 'sedikit' telmi, Salsa adalah gadis yang cantik dan enak untuk dipandang mata. Bahkan Lista yang juga perempuan saja terbius dengan Salsa dipertemuan pertama mereka.
"Oh iya, nama gue Lista. Lo?" Lista menyodorkan tangannya, mengajak berkenalan.
Dinda dan Areta menatap tangan dan wajah Lista dengan tatapan tak suka.
"Salsa," ucap Salsa seraya menjabat tangan Lista.
"Ayo," ajak Dinda kepada ketiga temannya.
Lista dan Salsa melepas jabatan tangan satu sama lain. "Gue duluan ya, Salsa. Bye,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsa
Ficção Adolescente[MONGGO DIFOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA] Dalam cerita novel maupun di film, masa SMA adalah masa-masa terindah dimana kita dapat menemukan seorang pacar yang romantis serta sahabat sejati. Melewati masa putih abu-abu dengan penuh suka dan cita. Namun...