13. Sulitnya Jadi Perempuan

35 2 0
                                    

"Assalamualaikum, Papah pulang," ucap Raihan usai membuka pintu utama sepulang dari kantor.

Aneh, pikirnya. Suasana rumah terasa sunyi. Tak ada sambutan dari Sang istri dan putri kesayangannya seperti biasa. Raihan melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jam menunjukkan pukul 5 sore. Bukankah seharusnya Salsa sudah pulang Sekolah dan istrinya juga pasti sudah selesai beres-beres rumah?

"Sayang, Salsa," panggil Raihan.

Merasa khawatir, Raihan sebagai kepala keluarga itu kembali melangkah lebih dalam, mencari sosok dua Wanita yang sangat berharga dalam hidupnya. Raihan dapat bernapas lega ketika mendapati anak dan istrinya tengah sibuk menonton TV. Tak ingin mengganggu keduanya yang sedang fokus, Raihan memiliki duduk tanpa suara, ikut menonton berita.

Setelah mengetahui putrinya hamil akibat diperkosa, pihak keluarga pelaku dan korban memutuskan menikahkan keduanya sebagai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan pelaku.

"Bukannya keputusan mereka untuk menikahkan korban dan pelaku adalah kesalahan ya, Mah?" tanya Salsa, matanya masih fokus ke arah benda berbentuk persegi panjang di hadapannya.

"Kenapa Salsa bisa berpikiran seperti itu?" Kaila balik bertanya pada putrinya. Ia hanya ingin mendengar alasan Salsa yang juga tidak setuju dengan cara pihak keluarga itu mengambil keputusan. "Loh mas udah pulang? Kok gak ada suaranya?" Ibu rumah tangga itu baru menyadari keberadaan sang suami, Ia segera mencium tangan Raihan dan mengambil alih tas kantornya.

Raihan tersenyum. "Kalian berdua aja yang terlalu fokus nonton berita, sampai papah ucap salam aja gak dibales."

"Waalaikum salam," ucap Kaila dan Salsa bersamaan.

"Papah kaya ninja. Salsa aja sampai gak merasakan hawa keberadaan Papah yang duduk di situ," kata Salsa takjub.

Kaila tertawa mendengar ucapan putrinya. "Memangnya papah hantu sampai keberdaannya gak kerasa?"

"Salsa, Papah boleh tanya alasan Salsa gak setuju sama keputusan keluarga untuk menikahkan korban dan pelaku di dalam berita? Bukankah keputusannya sudah benar? Dengan itu kan pelaku bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya?" tanya Raihan.

Salsa nampak berpikir, tak lama gadis dengan rambut terurai itu menjawab, "menikahkan pelaku dengan korban adalah kesalahan menurut Salsa. Ini adalah kasus pemerkosaan dimana si pelaku memaksa korban untuk berhubungan badan."

"Coba kita analisa kasus ini dari sudut pandang korban. Sejak awal korban tidak ingin keperawanannya terenggut oleh si pelaku. Jika benar terjadi pernikahan, maka itu hanya akan semakin menguntungkan pelaku dan semakin membuat korban menderita. Pelaku akan mendapatkan korban sepenuhnya, Ia akan semakin menjadi karena alasan jika Ia telah memiliki hak atas tubuh korban, bisa saja terjadi KDRT di sini. Lalu penderitaan korban bukan cuma trauma atas pemerkosaan, tetapi juga harus hidup berdampingan dengan lelaki yang tak Ia inginkan dan Ia cintai sama sekali, belum lagi korban harus berusaha menerima jabang bayi yang ada di perutnya dan juga cemoohan dari masyarakat," jelas Salsa.

"Lalu solusi dari permasalahan ini?" tanya Raihan.

"Menikahkan korban dan pelaku bukanlah keputusan yang tepat. Karena konteks dari kasus ini adalah pemerkosaan, bukan zina dimana sama-sama mau. Kalo menurut Salsa seharusnya pelaku dihukum sesuai apa yang telah diperbuat, lalu korban diberi dukungan moril oleh keluarga dan juga masyarakat sekitar mereka untuk bangkit dari trauma yang ditinggalkan si pelaku."

SalsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang