Prolog

246 17 0
                                    


Di tepi atap rumah sakit berdiri seorang gadis dengan berbalut baju khas rumah sakit. Setetes demi setetes darah yang berasal dari tangannya akibat mencopot infus dengan paksa mulai berjatuhan ke tanah, begitupun dengan air mata yang ikut meluruh dari netra cantiknya, tak mengindahkan dinginnya malam yang terasa menusuk tulang.

Dunianya telah hancur berkeping-keping, tak menyisakan secercah harapan baginya untuk melanjutkan hidup, jiwanya terguncang hebat akibat kejadian kemarin malam. Setelah apa yang telah terjadi, rasanya Ia tidak berani menampakkan wajahnya kepada siapapun, termasuk kedua orang tuanya.

Perlahan tapi pasti Ia melongok ke bawah rumah sakit berlantai tujuh tersebut. Lalu lalang manusia mulai senggang karena jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Apa yang akan terjadi jika Ia melompat? Apakah semuanya akan berakhir? Mungkin orang tuanya tak akan lagi menanggung rasa malu jika Ia menghilang dari muka bumi ini.

Gadis itu mulai memanjat pembatas, hari ini juga Ia akan menghabisi dirinya sendiri dengan melompat dari atap rumah sakit, detik ini juga Ia akan mengakhiri penderitannya serta kedua orang tuanya. Matanya terpejam, merasakan embusan angin yang sesekali membuat tubuhnya goyah. Besok Ia tak akan melihat matahari terbit lagi, besok Ia tak akan melihat senyum hangat kedua orangtuanya lagi.l, sekali lagi Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah akhir dari segalanya, Ia sudah siap melompat.

Brakkh!

"Salsa!"

SalsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang