Desember

24 2 0
                                    

Cerita pertama yang aku berani publish, bukan pertama kali nulis yaa.

Semoga kalian suka, cerita ini udah terngiang di benak aku selama beberapa hari makanya beraniin diri buat publish ini cerita.

Jangan lupa vote komen nya ya
Love u all 💋


Desember 28
_______________

Langit sore di bulan Desember terlihat tidak ramah. awan hitam sudah menggumpal di berbagai tempat menandakan sang hujan akan menyapa tanah yang bahkan belum kering sebab ulah hujan semalam. Di sebuah Rumah sakit seorang gadis berambut panjang itu masih setia mengenggam tangan lelaki paruh baya yang terkulai lemah. air mata nya bahkan sudah kering untuk mengalir kembali, dada nya terlalu sesak melihat ayah nya sendiri merengang nyawa demi dirinya.

Drrt....Drrt...Drrt...

Ponsel nya bergetar menandakan ada pemberitahuan baru, gadis itu menyeka air mata nya kasar lalu menggeser tombol hijau setelah melihat nama si pemanggil.

"halo kak"

"ga usah manggil gue kakak, najis banget gue" 

Suara kasar seseorang di seberang sana membuat hati nya semakin perih. Dadanya kembali merasakan sesak membuat gadis itu harus menghirup nafas sedalam mungkin.

"ada apa?"

Meski trenyuh gadis itu tetap berusaha menjaga nada suaranya agar terdengar normal.

"Lo kemana aja sih!? cepetan balik gak lo, kerjain tugas gue!!" 

"gak bisa kak, aku harus jagain ayah di rumah sakit"

"sok banget lo Abel, jagain papa padahal lo sendiri yang bikin papa jadi sakit" 

Sabar. Abel menghela nafas pelan, hampir 2 tahun tinggal bersama saudara tirinya membuat Abel harus banyak banyak bersabar.

"udah-"

"apaan lo udah udahan?! gue belum selesai!! pokonya gue gak mau tau lo harus sampe di sini dalam 5 menit" 

Tut...tut...tut..

Panggilan di akhiri secara sepihak oleh kakak tirinya, kalau sudah begini mau tidak mau Abel harus bergegas pulang. Entahlah apa yang akan terjadi kalau gadis itu tidak berada di rumah dalam 5 menit.

_

"LAMA BANGET LO BANGSAT!!"
baru saja Abel melepas sepatu nya di depan pintu, dia sudah di hadang kakak tirinya-Arina.

"tadi aku pake bus trus macet kak" jelas Abel.

"Banyak alasan lo. Sini ikut gue" Arina menarik surai panjang gadis itu membuat Abel terpaksa memegang pangkal rambut nya supaya tidak terlalu tertarik oleh kelakuan Arina. Arina mendorong Abel hingga tersungkur di lantai marmer berwarna putih tersebut. Arina berjongkok dan mencengkram kedua pipi Abel membuat bibir Abel mengerucut.

"Lo harus ingat kalo lo itu anak haram. BASTARD!!" Arina melepas cengkeraman dengan kasar ke samping membuat beberapa helai rambut Abel menutupi sebagian wajahnya. Belum puas sampai di situ, Arina menendang wajah Abel membuat gadis itu kembali mendongak dengan wajah penuh kesakitan.

"sakit kak..."  Abel merintih menahan rasa sakit di rahang nya.  ini bukan kali pertama ia di perlakukan kasar seperti ini, sudah berulang kali Arina menyiksa nya semenjak Ayahnya di rawat di rumah sakit.

"SAKIT?! DIMANA?"

"semuanya hiks..." Abel merasa bulir bulir mengalir di pipi nya. ia terlalu sakit untuk di sakiti.

"Bagus!! karena gua bakal nambah penderitaan lo lebih dari ini!!" Arina menendang perut Abel membuat gadis itu bergelung sambil menangis memegang perut nya terus saja di tendang oleh Arina.

"kak berhenti kak, Abel kesakitan. Abel mohon" 

Arina menulikan pendengaran nya. ia masih asik menyiksa Abel. Arina menarik dagu Abel, memaksa gadis malang itu mendongak, dengan tanpa perasaan Arina membenturkan kepala Abel ke lantai hingga kulit kepala Abel tersobek dan mengeluarkan darah segar.

"salah Abel apa kak?" Abel berucap lirih menahan segala kesakitan yang di rasanya.

"LO MASIH NANYA SALAH LO DIMANA?!! ANJING BANGET LO!! LO ITU HARUSNYA GAK MASUK KE RUMAH GUE. LO LIAT PAPA SEKARANG DI RUMAH SAKIT GARA GARA LO. MASIH MAU NANYA LAGI LO?!!" Arina mengambil sebotol vas yang berada di dekat nya memukul kan vas tersebut ke kepala Abel, membuat bekas sobekan baru di kening gadis itu.

"Akhh...kak, ampun kak" Abel berujar di antara sadar dan tidak. rasa pening akibat benturan dan pukulam bertubi dari Arina membuat kepala nya berdenyut nyeri, kelopak matanya terasa berat. sebelum semuanya menggelap, teriakan Arina memenuhi pendengaran nya.

"MATI AJA LO"

Suara hujan di luar mulai terdengar samar samar. Hujan turun lagi di sore ini seolah menangisi seorang gadis yang terkapar lemas di ruang tengah yang dingin dengan bersimbah darah.




Gimana part 1 nya? Ga dapat feel nya ya aku rasa tapi gapapa. Jangan lupa tinggalin jejak nya ya 💋😬

~ABELLA~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang