Arion Giandra

4 1 0
                                        

Halo halo, gw balik lagi setelah sekian lama 😭 urusan nya juga baru kelar dalam minggu ini jadi gw bakal lanjutin lagi

Enjoy


_______________

Abella mengetuk pintu UKS, namun tak ada sahutan dari dalam. Tak ingin sia-sia dan karena butuh obat pereda nyeri Abella mengetuk lagi pintu tersebut.

"iya bentar"

Akhirnya sebuah suara terdengar membuat gadis itu sedikit lega. Cowo yang tempo hari merawat Abella muncul dengan tangan yang memegang sesuatu.

"Lo lagi?"

"iya, aku mau ambil obat" Abella menunjuk sebuah rak di pojokan dinding sebelah kiri. Cowo itu membuka kan pintu dan membiarkan Abella masuk.

"duduk di sini, nanti gw ambilin. Obat apa?"

"obat pereda nyeri"

tangan cowo itu berhenti di udara lalu dengan tatapan penuh selidik ia menatap ke arah Abella.

"pereda nyeri? lo itu gak boleh minum obat ini. ini tuh obat luar dan gak boleh di minum tanpa resep dokter, kok lo minum obat ini?" Cowo yang masih tak Abella ketahui nama nya itu bersedekap di dada dan berbalik menghadap ke arah Abella.

"itu.." Abella kebingungan sendiri menjawab pertanyaan cowo tersebut, ia menggaruk lehernya tak gatal.

"gak bisa jawabkan lo"

"gw tau lo pasti bohong kan sama gw kalo lo itu kecelakaan, mana ada kecelakaan modelan nya kayak lo"

"Engga, aku emang kecelakaan kok, itu kebetulan obatnya aku habis, mama aku dokter nanti aku tanyain sama dia resepnya" Abella menggigit bibir bawah nya takut jika kebohongan nya di sadari oleh cowo tersebut.

"gw tetap gak percaya. Lo di bully?"

pertanyaan cowo tersebut menohok dada Abella. antara harus menjawab iya atau tidak karena pertanyaan nya memang tepat sasaran. Abella menimang, ia bahkan tidak mengetahui nama cowo di depan nya ini bagaimana bisa ia jujur mengatakan bahwa ia di bully.

Abella menggeleng pelan.

"aku murni kecelakaan, jatuh dari motor bukan di bully"

Cowo itu menghela nafas kasar lalu bersandar pada sandaran kursi.

"gak usah bohong deh lo sama gw, muka lo itu gak cocok kalo bohong."

Abella meremas jemari kedua tangan nya, sesekali gadis itu melirik cowo di hadapan nya, tidak terlihat reaksi apapun dari wajah cowo tersebut.

Siinggg....

Suara memekakkan telinga terdengar dari tengah lapangan. suara mic yang baru saja di hidupkan.

'Tes tes ekhem..'

'Buat Abella Yudia kelas 11 IPA A segera ke lapangan sekarang'

Abella maupun Cowo di UKS tersebut mengernyit heran, dengan segera cowo tersebut memandang Abella dengan tatapan seolah mengatakan

Fixs lo di bully gak bisa ngelak lo

Abella menunduk dan segera berlalu dari hadapan cowo itu tanpa sepatah kata pun. Berbicara pun percuma, kebohongan nya sudah di ketahui dengan panggilan barusan. Abella tahu meski ia memejamkan matanya, itu suara Karin, sahabat Arina. entah apa lagi yang mereka rencanakan untuk Abella, gadis itu hanya pasrah saja untuk saat ini.

"gw Arion Giandra. 12 IPA A."

Suara itu nenghentikan langkah Abella tepat di depan pintu UKS, gadis itu membalikkan badan nya dengan semangat sambil tersenyum tipis.

"salam kenal Arion ak-"

"gw udah tau nama lo, Bella"

Bella?

Belum pernah seorang pun memanggil dirinya dengan nama itu, bahkan keluarga nya memanggil Abella dengan sebutan Abel. Ada sedikit desiran di dada Abella mendengar Arion menyebut nama nya seperti itu.

Abella membalikkan badan nya dan segera keluar dari UKS, jujur ia juga penasaran dengan apa yang sedang terjadi di lapangan, antara penasaran dan takut itulah yang sedang Abella rasakan sekarang.

Lapangan sudah penuh dengan murid perempuan maupun laki-laki. mereka mengerumuni seseorang yang Abella sangat kenal, Arina.

Abella turun ke lapangan dengan langkah pelan, bola mata nya sibuk menelisik seisi lapangan, padahal cuaca nya sangat panas kenapa mereka rela untuk berkumpul di sini. Bahkan Evan juga turut hadir meski cowo itu berdiri di tepi lapangan yang sedikit teduh bersama sahabat-sahabatnya.

'Nah itu dia akhirnya datang'

Semua mata memandang ke arah Abella berdiri saat ini. sungguh ini adalah pertama kali nya Abella di perhatikan begini, Abella merasa kaki nya sedikit gemetar, keringat mulai muncul dari telapak tangan nya yang terkepal.

'Ini spesial untuk Evander Pradana kelas 12 IPS A'

saat menyebutkan nama Evan, kini semua perhatian murid di sana langsung beralih dari Abella ke Evan. Abella menegang, jangan-jangan itu yang Arina rencanakan tadi.

'gw bakal bacain sebuah surat, mungkin surat cinta. 

Kak Evan, aku tau gak seharusnya perasaan ini ada untuk kakak. Tapi sejak kakak bantu aku setahun yang lalu saat penerimaan murid baru hingga sekarang aku melihat kakak dengan berbeda. rasa suka aku sama kakak bukan suka biasa, aku benar-benar menyukai mu kak, aku menyukai segala hal tentang kakak. aku memang tidak akan mengutarakan hal ini cukup aku saja yang tau karena aku takut mengusik kakak.

Abella menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya, ia tak sanggup membuka matanya. takut tiba-tiba ia menangis di sini. Ia sangat malu sungguh di permalukan di hadapan semua orang terutama Evan. ia memang menulis itu namun hanya untuk dirinya sendiri tidak bermaksud untuk menyampaikan hal tersebut ke Evan karena ia tahu jawaban nya apa.

suara riuh di lapangan terdengar, bisikan-bisikan mengejak bahkan ada yang tertawa meremehkan Abella.

"WOI!! GAK NGACA TUH ORANG CAKEPAN GW AJA GAK PERNAH NULIS GITUAN BUAT EVAN" Teriakan seseorang siswi membuat murid-murid yang lain menyoraki Abella.

"HUUUUU GAK TAU MALU"

"Najis banget anjir"

Bugh

Sebuah kerikil menghantam kepala Abella, gadis itu semakin mengeratkan kepalan tangan nya serta masih setia memejamkan matanya.

lemparan demi lemparan kembali menghampiri tubuh gadis mungil tersebut, mengenai luka-luka di tubuh nya menyebabkan lukanya kembali mengeluarkan darah.

Abella mendongak dan membuka matanya, tak jauh di depan nya Arina tersenyum licik, di tatap nya Abella penuh kebencian, Arina mencuri pandang ke arah Evan dimana cowo itu berlalu cepat meninggalkan lapangan membiarkan Abella di lempari kerikil dan benda-benda tajam lain.

Semua kekerasaan terhadap Abella di lapangan terhenti akibat suara bel tanda masuk. satu persatu murid di sana meninggal kan lapangan dan masuk ke kelas masing-masing seolah mereka tidak melakukan kejahatan apapun.

"gw lupa bilang sama lo"

Arina menyentuh pundak Abella pelan.

"kalo Evan itu milik gw, lo bahkan orang lain gak bakal dapetin dia"

Arina mendorong bahu Abella kasar membuat gadis itu terhuyung ke belakang. Abella melihat kakak tirinya berlalu, kakinya melemah dan tersungkur begitu saja di tanah.

"aku gak kuat hiks..."
Abella menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya.

"aku gak tau kenapa mereka ngelakuin hal itu sama aku trus kenapa aku selalu aja diam diperlakukan gitu oleh mereka..."

"itu karena lo lemah"

 

~ABELLA~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang