Mainan

1 1 0
                                    

Hillow hillow! Aku baru nyadar ternyata di beberapa part sebelum nya banyak typo dan panggilan yang semula Abel jadi aku ubah ke Abella. Itu gak sengaja ygy karena baru di lanjutin lagi nulisnya jadi agak lupa sama tulisan nya, maafkan yaaa harap di maklumi saja heheheh.

Bacot ah langsung cusss

______________

Arion masuk ke kelas nya yang pagi ini entah kenapa terlihat cukup ramai dari biasanya. cowo itu membenarkan letak kacamata nya dan menatap ke arah sudut kelas, lebih tepatnya kursi di sudut bagian belakang.  seseorang yang Arion baru pertama lihat mungkin murid baru, memainkan ponselnya sedangkan siswi di kelas berbisik-bisik tidak jelas sesekali melirik ke arah murid baru kemudian tertawa cekikikan.

Arion menggeleng kan kepalanya dan menuju kursi nya namun anak baru tersebut sengaja meluruskan kakinya membuat Arion hampir tersungkur.

"maksud lo apaan anjir?" Arion berdiri di hadapan cowo tersebut, sedangkan yang di tanya hanya mendongak sejenak lalu melanjutkan bermain game di ponsel nya

"basi banget lo kayak banci" Arion memutar tubuhnya, namun sebuah suara membuat Arion bertambah kesal. dasar perusak mood di pagi hari

"gue sengaja" 

bunyi kursi bergeser membuat siswi yang semula berbisik-bisik terdiam seketika.

"mau apa lo?" lagi. suara rendah tersebut membuat Arion kesal.

"gue gak suka keributan. jadi lo gak usah sok jagoan" Arion menduduk kan dirinya di kursi milik nya.

Cowo itu berdecih.

"lo yang mulai duluan"

"salahin kaki lo, kalo perlu potong aja" Arion mengeluarkan airpod dari dalam tas dan memasangkan di kedua telinga nya.

"salahin mata lo, kalo perlu congkel aja"

samar Arion mendengar ucapan cowo itu merasa emosi, apalagi pada dasarnya Arion adalah tipe yang emosian, di pancing begini makin menjadi-jadi.

"gue gak ada waktu buat ladenin lo" Arion menyetel lagu dengan volume full, hingga cowo di belakang nya mengangkat bahunya acuh dan menghiraukan Arion.

'baru pertama masuk aja udah songong amat' gerutu Arion dalam hati.

____

Abella menatap pantulan dirinya di cermin, gadis itu menekan dadanya yang sesak. Sungguh, teman-teman Evan keterlaluan pada dirinya. memang nya salah jika dirinya menyukai Evan? walaupun Evan kemarin jelas-jelas akan menolak nya namun setiap kesempatan pasti ada kemungkinan. Mungkin suatu saat Evan akan membalas perasaan nya.

"Aduh perih banget" Abella meraba bagian punggung nya, gadis itu membuka kancing baju nya, menurun kan sedikit dan mencoba melihat punggung nya lewat cermin di depan nya.

"kok orang-orang pada jahat ya? padahal aku gak ngelakuin apapun" Abella menarik tissue toilet dan mengelap luka-luka yang dapat di gapai oleh tangan nya.

"ayah, kenapa ayah juga ninggalin Abel? gak tahu kah kalo Abel di siksa terus-terusan di sini"

Matanya memanas, Abella menengadah kan kepalanya agar airmata tak turun namun sepertinya percuma. Semakin ia menahan tangisnya, semakin sesak pula dadanya. rasa Sesak di dadanya membuat mata nya kian memanas.

"AKU GAK KUAT!!" Abella memukul kepalanya sendiri. ia memeluk badan nya, badan lemah nya, badan nya yang penuh dengan luka. Gadis itu menangis sesegukan dalam toilet yang sunyi. Abella tak peduli jika bel sudah berbunyi atau tidak, ia membutuh kan waktu untuk sendiri.

Salah satu kebiasaan Abella saat menangis ialah menangis tanpa suara, ia tak ingin orang lain mendengar apa yang terjadi pada dirinya. Namun menangis seperti itu tidak dapat meringankan beban dirinya justru semakin menambah sesak karena tak bisa mengeluarkan seluruh kepedihan di hatinya.

"gak ada yang sayang sama Abel lagi, jadi buat apa Abel ada di sini?"

"apakah nanti akan ada seseorang yang menerima aku dengan keadaan seperti ini?"

"aku di tuduh merusak kebahagiaan Kak Arin. aku di tuduh merebut pacar Tasya. aku di cap sebagai wanita bayaran, bahkan yang paling parah aku di tuduh membunuh ayah sendiri"

"hari ini seperti ini, akankah besok lebih parah atau berubah?"

"aku ingin keluar dari lingkaran kesakitan ini"

_____

Bel tanda istirahat berbunyi, siswa siswi berhamburan keluar menyerbu kantin mengisi perutnya yang keroncongan. Begitu juga dengan anak-anak kelas IPA A, Dalu melangkah kan kakinya menuju kantin meskipun ia belum tahu letaknya di mana. kakinya hanya melangkah lurus di koridor yang ramai. 

"KAK EVAN SEMANGATTT!!" teriakan adik kelas tak jauh dari tempat nya sekarang membuat Dalu mendengus malas. Rupanya adik tiri nya itu masih mampu berpanas-panasan di lapangan padahal tadi pagi ia memukul wajah mengesalkan Evan. Evan juga mempunyai cukup banyak fans di sekolah, tapi tidak setelah kedatangan dirinya.
Dirinya memang tidak satu kelas dengan Evan, awalnya mereka berdua di kelas yang sama yaitu kelas 12 IPS A, namun karena menolak -mengancam tidak akan pindah sekolah- akhirnya Dalu di pindahkan ke kelas IPA A padahal jurusan awal Dalu adalah IPS.

"eh lo dengar gak sih gosip anak-anak?"

"apaan tuh?"

"nih gue kasi tau, yang pertama kasusnya Abel anak kelas 11 IPA A, katanya sih sering dipake sama om-om"

"dih kasian banget sih, minimal ngotak lah kalo mau gituan, masa sama om-om? anak sekolah kita masih banyak kali yang tajir"

"katanya dia juga bunuh bokap nya sendiri, kalo orang lain yang cerita gue sih gak percaya, lah ini kakak nya sendiri yang cerita"

"nah itu, gue benci banget sama tuh cewe. modal cantik doang otak gak ada"

"terus yang kedua nih, ada anak baru ganteng bangett njir gak bohong gue" 

"lah serius lo? anak kelas mana" 

"dari kela- ANJIR DIA DI BELAKANG LO BEGO!"

cewe cewe yang bergosip tadi langsung terpekik kaget saat Dalu lewat tepat di hadapan mereka.

"tuh ganteng kan?"

"eh iya anjir mana tinggi pula"

"pengen gue ajak nikah rasanya"

Dalu sudah biasa mendengar pujian yang seperti itu, bahkan ada beberapa gadis cantik yang rela melemparkan diri mereka ke atas ranjang Dalu tanpa di minta. Tentu saja ia akan menerima dengan senang hati jika di tawarkan begitu.

"eh eh itu bukan nya sih jalang kampungan itu yah?"

"eh iya, masih punya muka dia ngeliatin Evan latihan"

"kan dia suka sama Evan, wajar aja lah"

Dalu mengalihkan pandangan nya ke arah objek perbincangan gadis-gadis di sepanjang koridor. Di sana, koridor yang berlawanan dengan nya, secara diam-diam Abella sedang menonton Evan yang menggiring bola dengan tampan nya di tengah lapangan.

'oh cewe itu yang suka sama Evan? belum tau aja'

Dalu mengurungkan niatnya ke kantin, cowo tampan itu malah fokus menatap Abella sedangkan Abella fokus ke arah Evan.

"gue ajak main-main aja kali yah? daripada gue bosen gak ada mainan di sini" Dalu memutar-mutar cincin di jari telunjuk nya.

"lumayan kan ada mainan baru" Dalu menyunggingkan senyum iblis nya masih menatap ke arah Abella.







Sesuai dengan omongan aku sebelumnya. Untuk karakter di sini kalian bebas mau bayangin siapa aja, mau itu popo, lucinta luna, siwon, luna maya, crush kalian, terserahh kaliann.  kalo aku sih untuk cewenya aku sendiri ahay 😆

Canda gais hehehe

Next->


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

~ABELLA~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang