Luka

1 1 0
                                    

Hillow hillow!  Langsung saja cuss...

__________

Abella memandang toko bunga yang berada tepat di hadapan nya. Toko itu bertulis kan Deny's Florist dengan bunga hiasan lampu led di bagian s dan t nya. Abella menggenggam tali tas nya erat, ini kali pertama diri nya melamar pekerjaan, ia sendiri tidak tahu apakah hal ini akan berjalan lancar atau tidak.

Seorang gadis yang mungkin seumuran dengan Abella keluar toko sambil membawa kresek hitam.

"mau lamar kerja ya?" tanya gadis itu tanpa basa basi

"ehm, iya." Abella menjawab kikuk.

"ya udah langsung masuk aja" gadis itu memasuk kan kresek tersebut ke dalam tempat sampah di sebelah toko.

"ayo"

Abella mengikuti gadis itu dari belakang, toko bunga ini memang punya kesan estetika lebih ke academia, warna nya cebderung putih namun bukan putih cerah, banyak bunga-bunga hiasan di setiap sudut ruangan. mereka masuk ke dalam salah satu bilik kaca, di sana sudah ada seorang wanita yang terlihat sedikit lebih tua dari Abella, mungkin berumur sekitar awal 30 tahun an.

"kak, ada yang mau lamar kerja di sini" gadis itu bergeser memberi ruang agar wanita dapat melihat Abella.

"oh? silahkan duduk dek" Wanita itu memberi isyarat agar Abella duduk di hadapan nya sedangkan gadis tadi sudah keluar ruangan.

"Boleh perkenalkan diri kamu?"  Wanita itu mengambil beberapa lembar kertas yang Abella sendiri tidak tahu.

"hm, baik bu. Saya Abella Yudia, saat ini bersekolah di SMA Pelita Bangsa kelas 11"

"hm, keseharian kamu, biasanya setelah pulang sekolah kamu kemana dan biasanya pulang jam berapa?"

Abella terdiam sejenak

"biasanya saya pulang jam 2 bu dan tidak ada kegiatan selain di rumah. Keseharian saya juga tidak ada kegiatan selain beres-beres di rumah"

"terus orang tua kamu gak ada masalah kamu ngelamar kerja di sini?"

lagi, Abella terdiam. Dia tidak tahu, dia bahkan tidak memberi tahu mama tirinya, Iren bahwa ia melamar pekerjaan, lagipun di beritahu juga Iren sepertinya tidak akan peduli.

"Abella Yudia?"

"eh?" Abella mengerjap beberapa kali dan menggaruk tengkuk nya tidak nyaman.

"maaf. tidak ada masalah, orang tua membebaskan saya melakukan apapun"

Abella tidak bohong, setelah ayahnya pergi Iren akan menutup telinga dan mata terhadap Abella.

"oke, aku gak bakal terlalu formal buat interview kamu, singkat aja. boleh saya tahu no telepon kamu? misalnya kalo kamu keterima di toko ini saya nyaman hububgi kamu" Wanita itu menyodorkan pulpen dan kertas kosong ke hadapan Abella.

"oke terima kasih, oh iya saya lupa ngenalin diri. Aku Denyta, panggil aja mba Deny atau kak Deny gak usah terlalu formal"

"iya bu, eh kak, kalau begitu saya permisi dulu"

Abella keluar dari toko setelah basa basi sedikit dengan gadis tadi, Abella juga mengetahui nama gadis tersebut adalah Elvi, adik dari Deny.

"ashh"  Abella mengurut betis nya yang terasa perih, gadis itu berhenti untuk duduk di salah satu bangku di tepi jalan.

"ck, sakit banget, gara-gara Arion sih bukan nya kasi obat malah di ceramahin" Abella menurunkan kaos kakinya dan melihat ada memar kebiruan di betis kirinya.

"aku harus cari obatnya di apotek dekat sini" Abella menaikkan kembali kaos kakinya dan berjalan terpincang-pincang.

__

"Darimana aja lo?!" Suara mengintimidasi menyambut kedatangan Abella saat gadis itu hendak melangkahkan kaki nya naik ke tangga

"anu habis ke apotek kak" Abella menunjuk kresek putih di tangan nya.

Arina berjalan mendekat dan merampas kasar kresek tersebut.

"kak?" Abella menatap Arina ragu dan takut-takut.

"lo beli apaan? kepo gw"

Arina menghamburkan belanjaan Abella ke lantai membuat Abella mendelik kan matanya

"gw belum puas. karena lo pulang telat lo gak boleh makan malam ini" Arina memungut obat yang sudah ia hamburkan ke lantai.

"kak, itu obat Abel" Abella menahan lengan Arina saat gadis itu hendak pergi

"APA APAAN LO?!!"

Arina mengibaskan tangan nya kasar berusaha melepaskan cekalan tangan Abella yang tak seberapa.

"TANGAN PEMBUNUH KAYAK LO GAK USAH SENTUH-SENTUH GW!!"

Tak hanya itu, Arina mendorong Abella kasar ke lantai, menekan perut gadis itu dengan kaki kanan nya.

"Kapan sih lo mati?! gw udah siksa lo kenapa lo masih aja muncul di hadapan gw?!" Arina mendusel-dusel kaki nya di atas perut Abella sementara Abella hanya bergelung menahan tangis.

"gw gak bakalan berhenti nyiksa lo sampe lo mati, lo ikut mati aja sekalian nyusul orang tua tercinta lo itu!!!"

Arina menendang perut Abella kuat membuat Abella terpelanting sedikit ke belakang. tak sampai di situ Arina mengeluarkan seluruh isi obat pereda nyeri milik Abella ke lantai. Arina menarik rambut Abella memaksa gadis itu menengadah menatap nya.

"sakit kak" Abella menatap penuh ampun pada kakak nya namun Arina tidak memperdulikan.

Di hempas-hempaskan nya kepala Abella ke lantai beberapa kali. belum puas, Arina menyeret Abella naik ke lantai dua mendorong kasar tubuh lemah Abella ke dinding kamar Abella saat tiba di kamar adik nya.

Abella memeluk badan nya sendiri kala melihat Arina seperti sedang mencari-cari sesuatu.

"Sialan!!"

Abella sedikit bernafas lega ketika Arina keluar dari kamar nya setelah mengacak-acak seisi kamar nya, namun kelegaan nya tak berlangsung lama saat Arina kembali masuk ke dalam kamar membawa sesuatu di tangan nya.

"a-apa yang akan kak Arin lakuin?" Abella menyudutkan tubuh nya semakin rapat ke dinding melihat Arina berjalan pelan ke arah nya.

Tanpa berbicara Arina merobek baju seragam Abella, menarik paksa agar adik tirinya itu telanjang setengah badan mengabaikan suara ampunan dari Abella.

Kini Abella hanya menggunakan bra dan rok sekolahnya yang terdapat bercak merah di penuhi darah yang keluar dari luka di kepalanya.

"Belakang lo!" Perintah Arina membuat Abella menggeleng kuat.

"Lo ngelawan gw? berani lo!?" Arina meninggikan suara nya dan membalik kan badan Abella kasar.

"AKHH...." Abella mengepalkan tangan nya kuat saat benda tajam menggores kulit belakang nya.  tak hanya sekali, goresan-goresan kasar juga terasa menyayat kulit punggung nya.

"kak sudah. sakit kak, Abel mohon"

Arina menulikan pendengaran nya, ia asik menggoreskan cutter di kulit belakang Abella yang semula mulus kini penuh dengan luka sayatan tak beraturan akibat ulah Arina.

Arina melempar cutter ke sembarang arah setelah puas melukai belakang Abella dan melihat adik tiri nya yang menangis tanpa suara, ia beralih ke punggung Abella yang penuh dengan sayatan maha karya nya, darah segar terus keluar dari luka-luka tersebut. Dengan senyum puas Arina meninggal kan Abella sendirian di kamarnya.

"aku gak kuat, apa lebih baik aku mati aja seperti yang kak Arin harapkan?" Abella meringis saat mencoba menegak kan badan nya. Gadis itu melihat darah di sekitar tubuhnya, ia kembali terisak dan merebahkan tubuhnya yang berlumuran darah, mencoba memejamkan matanya dengan menahan segala rasa perih.

Lagi, Arina menambah luka pada tubuhnya bahkan luka di hatinya.





Next->

~ABELLA~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang