Again

1 1 0
                                    

Lanjooot langsung baca aja






________________

"Ayah mau ajak Abel kemana?" tanya Abel, hari ini pagi-pagi sekali ayahnya mengajak Abel keluar. katanya penting.

"Abel nurut aja, nanti bakal tau juga"

Selama perjalanan tak banyak yang di bicarakan Abel dan Ayahnya, hanya seputar kegiatan sekolah Abel.

"Kita udah sampai" Dimas parkir di sebuah tempat yang di penuhi dengan berbagai macam bunga segar.

"ayah tempat nya bagus sekali" Abel terkagum-kagum menilai tempat yang tersebut.

"Kamu suka nak?" Pertanyaan Dimas membuyarkan keterkaguman Abel, gadis itu mengganguk semangat.

"kalau kamu suka, suatu saat nanti kamu harus buka toko bunga seperti ini"

"iya, nanti Abel akan ajak ayah juga untuk sering sering berkunjung ke toko Abel"

"ayah, Abel mau beli minuman ke seberang sebentar"

Dimas yang sedang menelpon seseorang hanya mengganguk mengijinkan anak nya untuk menyeberang, meski pun jalanan cukup ramai Abel tetap nekat menyeberang, tanpa disadari nya sebuah mobil melaju cukup cepat ke arah Abel,melihat hal itu Dimas langsung berlari dan mendorong Abel ke tepi jalan.

Dimas terlempar beberapa meter ke tengah jalan, darah keluar dari mulut dan hidung nya.

"ayah!!!" Teriakan Abel menarik perhatian orang-orang. Abel berlari menghampiri tubuh ayahnya, mengangkat kepala Dimas ke pangkuan nya.

"ayah, Abel mohon jawab Abel. ayah!!"

seorang warga langsung mencari pertolongan dan menelpon Ambulance. setelah tiba, Dimas segera di bawa ke rumah sakit.

_

Abel memandang foto dirinya bersama sang ayah beberapa bulan lalu, air matanya kembali jatuh. ia sekarang hidup tanpa kedua orang tua, bahkan ia tidak tahu hidup ke depan nya bagaimana.

"WOI!! ANAK HARAM TURUN LO!!"

Teriakan dari ruang tengah membuat Abel berjengkit kaget, ia segera menyeka air mata nya. Namun enggan untuk pergi keluar karena ia dapat menduga apa yang akan Arina lakukan padanya.

"LO DENGAR GUE GAK SIH?!!" kali ini pintu kamar Abel di gedor kasar.

Abel masih bergeming, ia beranjak pelan ke arah kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Abel merapatkan kedua matanya.

"Si Anjing!!" terdengar umpatan kasar Arina sebelum gadis itu pergi menjauh dari kamar Abel. Setelah merasa cukup aman, Abel turun dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya

namun...

tidak ada apa-apa.

Abel menutup kembali pintu kamarnya, bersandar pada pintu kamar sambil memeluk kedua lututnya. Baru saja Abel ingin memejamkan matanya, gebrakan pintu kamar nya membuat Abel terhuyung ke depan.

Arina dengan raut wajah penuh emosi berjalan ke arah Abel dan mencengkeram kedua pipi Abel, menggerakkan ke kiri dan ke kanan lalu menghempaskan wajah Abel kasar membuat beberapa helai rambut menutupi wajah gadis itu.

"Lo udah berani sama gue?!!"

Abel terdiam sambil menunduk.

"JAWAB ANJING!!! GUE NGOMONG!!" Arina menendang wajah Abel membuat Abel semakin tersungkur di lantai.

"Lo!! Kenapa lo gak keluar tadi ha?!!" Arina menginjak lengan Abel yang terluka menggerakkan kaki nya seperti menginjak seputing rokok.

"akhh... Kak Arin sakit" Abel menahan kaki Arina agar berhenti.

"Apa semua hal yang gue lakuin ke lo itu kurang ha?!!"

"gak kak, Abel mohon kak..." Abel menggeleng pelan bercucuran air mata.

Arina menarik rambut Abel memaksa gadis itu mendongak, dengan penuh kebencian Arina menyeret Abel turun hingga ke ruang tengah.

"NON ABEL!!! Non Arina tolong hentikan, bukde mohon non" Bukde ikut menghentikan perbuatan Arina.

"DIAM LO BABU!!! LO MAU GUE SIKSA GINI JUGA HA?!!" Arina berlalu dari hadapan Bukde, sibuk menyeret Abel menuju kebun belakang yang ada kolam berenang.

"Non kalau nyonya tau-"

"Kenapa?!! Lo kira mama bakal belain anak haram ini?!! GAK BAKALAN!!!"

Arina menceburkan kepala Abel ke dalam kolam, menekan nya kuat ke dalam air.

blurb blurb blurb...

Abel meronta-ronta, kedua tangan nya menyangga di tepi kolam, bola mata nya terasa perih, dada nya sesak. ia butuh oksigen sekarang.

Arina menarik kepala Abel, dengan rakus gadis itu menghirup oksigen sebanyak-banyak nya. Pandangan Arina tertuju ke perban yang melingkari kepala Abel, dengan kasar ia menarik perban itu.

"akhh...kepala ku" Abel mengaduh, darah kembali mengalir dari bekas yang sama sekali belum kering.

"AHAHAHA!! kayak nya kurang deh" Arina mencari cari sesuatu, ada sebuah tabung besi untuk menyiram tanaman di sudut kebun, dengan senyum licik Arina mengambil tabung tersebut.

"k-kak?" Abel mendongak lemah melihat Arina memegang tabung tepat di hadapan nya.

"kenapa? Lo takut hm? gue bakal main lembut kok, lo tinggal nikmatin aja"

Tanpa ba bi bu, Arina memukul mukul kan tabung tersebut ke seluruh badan Abel. tidak peduli bagaimana gadis itu mengaduh kesakitan dan memohon agar kakak nya itu berhenti, Arina tetap melanjutkan aksinya.

Abel bergelung memeluk badan nya yang lemah, sakit. rasanya sangat sakit. seluruh badan nya, kepalanya yang tidak pernah dekat dengan kata sembuh berdenyut nyeri.

Melihat Abel terdiam, Arina menghentikan kegiatan nya, ia menendang pelan kepala gadis itu, Abel pingsan.

"cuih!! dasar Cewe lemah!!"
Arina melempar sembarangan tabung besi tersebut dan meninggalkan Abel sendiri.













Aku ngerasa cerita ini gaje banget plis 😭 udah gak mood lagi nulis nya tapi karena gatau mau ngapain selain ini ya udah aku lanjutin, maap kalo gadapet feel nya😭😭


~ABELLA~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang