Ini part ke2. Jangan bosan ya baca cerita nya walaupun gajelas pake banget.
_____________
Abel meraba kepalanya yang terasa sangat pening. bau obat obatan menyeruak ke rongga penciuman nya. Dengan tatapan kebingungan ia celingak celinguk ke kiri dan kanan memperhatikan sekeliling, namun nihil tak ada seorang pun menemani nya di ruangan putih ini. Abel cukup sadar jikalau ia berada di rumah sakit, namun siapa yang membawa dirinya ke sini. terakhir yang ia ingat hanya lah darah di lantai yang membasahi tubuh nya.
Ditengah kebingungan nya, pintu ruangan terbuka menampakkan seseorang wanita tua yang berjalan sedikit tertatih. Bukde, begitu Abel memanggil wanita itu, wanita yang selalu menjaga Abel selama Abel berada di rumah ayahnya.
"Non Abel. syukurlah non udah sadar. Bukde khawatir sekali melihat kondisi Non tempo hari" Bukde mengusap usap pelan jemari Abel, memberi ketenangan pada dirinya bahwa majikan nya itu baik baik saja.
"Bukde gak usah khawatir, Abel kuat kok Bukde" Abel tersenyum getir, rahang nya sedikit sakit jika di gerakkan mungkin karena siksaan Arina.
"Non Abel gak sadarkan selama 3 hari, bagaimana bisa Bukde gak khawatir dengan kondisi Non Abel. Bukde merasa sangat bersalah saat melihat Non Abel seperti kemarin hiks..." Bukde menangis sesegukan di hadapan Abel.
"huss gak usah ngerasa bersalah Bukde, itu hanya masalah kecil. jadi aku gak ngerasa kan apapun" Abel mengenggam erat tangan Bukde mencoba menenangkan Bukdenya.
"gimana keadaan ayah Bukde?" pertanyaan Abel membuat Bukde semakin menangis sejadi jadinya.
"Bukde?" Abel menyentuh bahu bergetar Bukde nya, sebersit kekhawatiran muncul di pikiran nya. namun ia segera membuang pikiran negative itu jauh jauh.
"Non Abel masih ada Bukde, jadi jangan berputus asa"
Mendengar ucapan Bukde nya. Abel semakin takut. takut bahwa pikiran nya itu ternyata benar. namun ia harus membukti kan sendiri.
"Bukde!" Abel sedikit menyentak bahu wanita di hadapan nya, ia tak ingin menerka nerka apa yang sedang terjadi meski kemungkinan besar memang benar adanya.
"Ayah...? Bukde, Ayah kenapa?" Suara Abel mulai bergetar saat menyebutkan panggilan ayah di binirnya.
"Tuan telah berpulang tepat 3 malam yang lalu saat non Abel di bawa kerumah sakit"
Abel tak dapat menghentikan air mata yang mengalir deras mendengar ucapan Bukdenya.Ia menggeleng kuat menangkis kebenaran yang ada di hadapan nya. tidak, tidak mungkin ayah nya meninggalkan dia sendirian. cukup ibunya yang pergi jangan lagi ayah nya. Dia masih sangat membutuhkan seorang ayah di hidup nya. Abel belum sanggup sendiri di dunia yang kejam ini, dunia yang selalu siap memberikan penderitaan kepada dirinya.
Abel meremas kuat rambut nya, menarik narik helaian rambut berharap sakit yang ia rasakan dapat ia salurkan dengan menyiksa dirinya sendiri. kepalanya yang di perban kembali berdenyut nyeri, beberapa bagian terlihat memerah akibat darah yang kembali keluar dan merembes ke perban putih yang melilit dikeningnya.
"Ayah...tidak. tidaak..ayah tidak mungkin pergi. Ayah sayang Abel. gak mungkin ninggalin Abel sendirian" Abel meronta di kasur nya, melihat hal itu Bukde berusaha menahan agar Abel tak melukai dirinya. hatinya trenyuh mendengar ratapan lemah Abel.
Abel ingin melepaskan tali infus di pergelangan tangan nya, namun usahanya terhenti saat Bukde kembali menahan pergerakan nya.
"Non jangan begini, kondisi Non Abel belum pulih sepenuhnya. jangan bahaya kan nyawa non sendiri, Bukde mohon" Dengan susah payah sembari menahan Abel, Bukde menekan tombol di atas kepala Abel.
"buat apa Bukde? orang tua kandung Abel udah pergi semua. terus Abel harus hidup perjuangin siapa? diri Abel? bahkan aku merasa tidak berdaya sekarang" Abel berhasil menarik infus di tangan nya, ia hendak menyentak tangan Bukde saat tak berselang lama beberapa perawat dan dokter masuk ke ruangan dan menenangkan Abel. mereka menyuntik kan obat penenang ke lengan gadis itu.
"Abel mau nyusul Ayah Bukde, Abel mau...sama..ayah..." suara Abel mengecil seiring dengan kelopak matanya yang semakin tertutup rapat.
Ini baru awal mula semua konflik. Part part berikutnya bakalan di jabarin tapi pelan pelan aja. Aku ga bakal bikin ceritanya panjang" kok. Semalam aja selesai karena aku juga pengen selesai nulis ini dalam 1 hari atau 2 harian gitu.
Kalo ada penulisan yang salah tolong ditandain yah biar aku cepet benerin nya. 💋
Jangan lupa tinggalin jejak kalian yaah 💋😌
KAMU SEDANG MEMBACA
~ABELLA~
Fiksi RemajaON GOING ______________________________ _________________________________ Jika tahu bahwa meyetujui keinginan ayah nya adalah sebuah kesalahan besar, Abel bersumpah tidak akan pernah ikut. "LO ITU ANAK HARAM, PENCURI KEBAHAGIAAN ORANG...