Satu

21 2 1
                                    

HOLAAA
HAPPY READING~

📍 Kediaman Abimanyu

"MAMAA, ADEK UDAH SMA!!", teriak seorang gadis cantik berambut panjang yang sedang berjalan menuruni tangga. Kalimat yang diucapkannya mengundang tawa yang mendengar.

"Hilihh, ga ada bedanya! Masih kecill.", Sahut remaja laki-laki yang duduk di salah satu kursi meja makan.

"Iya bener Bang, masih kecil di mata Papa.", Timpal laki-laki berumur 42 tahun yang membuat raut wajah gadis tersebut tertekuk.

"Udah, jangan digodain terus.. ntar ngambek bingung kalian.", Ujar seorang wanita yang berumur tak jauh dari sang suami.

"Iya iyaa, Ananta udah besar, udah remaja, udah tahu mana yang baik mana yang buruk, udah bisa ambil barang yang letaknya tinggi, udah bisa ngomong 'r'. Tapi sebesar apapun Nanta, se-dewasa apapun, Nanta tetep jadi gadis kecilnya Papa, Mama, sama Abang. Bakal tetep jadi anak kecil kesayangan Papa, Mama, sama Abang. Sebentar lagi bakal lebih ngerti dunia remaja, dunia orang dewasa. Pinter-pinter ngerti keadaan orang lain, ambil positifnya buang negatifnya. Untuk belajarnya, Nanta udah besar udah tau mana kewajiban Nanta sebagai pelajaran. Papa mohon, Nanta serius dalam belajar. Nanta boleh kok main, tapi ingat nak, kamu main buat nikmatin masa muda, jangan sampai mainnya Nanta buat hancur masa depan. Papa bisa begini, kamu harus bisa lebih. Mama bisa begitu, kamu harus bisa lebih. Abang lebih bisa dari Mama sama Papa, maka Nanta harus sama kayak Abang, atau lebih juga lebih bagus. Nanta harus pinter-pinter bagi waktu. Istirahat cukup, lebih baik dari dulu ya sayang. Papa sayang Nanta."

Air mata Ananta sudah jatuh bercucuran mendengar perkataan sang Papa. Ia lantas mendekatkan dirinya kepada sang Papa dan langsung memeluknya.

"Huwaa, Nanta juga sayang Papa. Papa pahlawan Ananta.. hiks." Ananta terisak dalam pelukan Papanya.

"Nggak sayang Mama?"
"Sayang lah.. hiks, sayang banget."

"Sayang gua nggak?"
"Hiks.. engga.."
"OKE FINE! FINE!"
"Sayang kok.. gengsi aja tadi.. huks"
"Hilihh, sini!". Ananta ditarik ke dalam pelukan Tara.

"Belajar yang bener! Ntar kalo dah pinter, kita bikin sepeda motor yang jalannya melayang." Ujar Tara mengelus surai hitam Nanta.

"Udah udah, sarapan dulu.. terus berangkat, Nanta udah selesai masa orientasi sekolahnya berarti pulangnya lebih lambat 60 menit?"

"Iya Mama, nanti yang jemput siapa?"
"Abang lah, Papa sama Mama nanti siang sampe sore ada acara, kalian di rumah baik-baik."
"Iyaaa"

"Dah yuk berangkat!" Ajak Tara
"Kita berangkat dulu, assalamu'alaikum!" Pamit Tara dan Nanta pada kedua orangtuanya.
"Iya wa'allaikumussalam, hati-hati!"

📍Sekolah Ananta

"Nanta masuk dulu, bye byee!"
"Hm.. bye!"

Ananta berjalan menuju kelasnya. Ia masuk ke dalam kelas, seketika semua yang ada di dalam menoleh ke arah pintu. Ananta melambaikan tangannya, menyapa teman-teman barunya. Dibalas dengan senyuman dan lambaian tangan juga, lalu mereka kembali dengan aktivitasnya masing-masing.

Ananta bingung, ia belum mempunyai tempat duduk. Ingin bertanya namun terlalu malu. Sampai akhirnya, ada gadis yang menghampiri dan menegurnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BarnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang