FIVE

96 7 0
                                    

"In the name of God, I, Luke Ishikawa, take you, Sharon Myoui, to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, until death do us apart."

"In the name of God, I, Sharon Myoui, take you, Luke Ishikawa, to be my husband, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, until death do us apart."

"In the name of God, I now pronounce you two, as husband and wife. You may kiss your bride."

Sharon menatap lurus ke dalam sepasang mata milik Luke. Seperti biasa, wanita itu bisa dengan mudah membaca arti tatapan gugup yang Luke tujukan padanya saat ini.

Astaga, apakah ini sudah tiba saatnya? A-aku harus... menciumnya?

Sharon tersenyum menahan tawa. Siapa yang mengira, pria itu ternyata belum pernah berciuman?

Tak kukira, suamiku benar-benar menggemaskan. Haruskah aku yang memulai?

Tanpa aba-aba, wajah Sharon bergerak lebih dulu mendekat. Sadar dengan jarak yang semakin terkikis, Luke justru dibuat terpana kaku di tempat. Hanya kecantikan Sharon yang bisa membuatnya seperti itu. Ia sampai secara spontan menahan nafas. Tapi ketika bibir Sharon yang lembut dan beraroma buah stroberi mulai menempel kemudian menekan miliknya, kesadaran Luke seakan menghempasnya kuat-kuat dari ketinggian.

Insting di dalam yang tertidur, seketika tersulut dan berkobar. Memutar balik permainan yang awalnya ditawarkan oleh wanita kalem tersebut.

Yang Sharon ingat berikutnya hanyalah bagaimana waktu seperti begitu cepat berlalu. Hiruk pikuk pesta pernikahan yang bersifat sangat pribadi dan dijaga ketat oleh ratusan pengawal tersebut, diingatnya mirip sebuah film tapi diputar dengan kecepatan dua kali lipat. Tiba-tiba saja, langit telah menjadi gelap dan dirinya kini berada di kamar tidur utama penthouse baru mereka.

Sharon terlihat sedang mematut diri di sebuah cermin meja rias yang besar. Menampilkan bayangan refleksi dirinya, tengah hanyut dalam lamunan pikirannya sendiri. Ia tak menyangka, hari ini statusnya telah berubah. Ia bukan lagi Sharon Myoui. Melainkan Sharon Ishikawa.

Yang tak bisa ia hindari, benaknya tiba-tiba memutar semua kenangan masa kecilnya yang manis. Kenangan indah bersama sang ayah dan ibu, yang pada hari ini sayang sekali, tak bisa turut hadir menyaksikan secara langsung bagaimana ia merubah nama keluarganya. Perasaan sedikit hampa, masih ada terasa di dada. Tapi sedikit sekali. Karena yang ia tahu, semua kekosongan itu telah hampir dipenuhi oleh sejuta pesona suaminya, Luke Ishikawa.

Kini, wanita cantik itu tengah duduk di tepi kasur, menanti sang suami yang masih berada dalam kamar mandi. Sharon telah lebih dulu berganti pakaian saat mereka pertama tiba dari pesta pernikahan. Dan telah lebih dulu membersihkan diri.

"Jadi... Malam ini aku harus menyerahkan diri padanya?" gumam Sharon seorang diri seraya memainkan beberapa helai rambutnya. Pikirannya masih melayang ke mana-mana.

Sharon gugup? Tentu saja. Wanita mana yang tidak gugup di malam pertama mereka? Bahkan mungkin pihak pengantin pria juga tidak kalah gugup darinya saat ini. Itu sebab Luke seperti menghabiskan waktu terlalu lama di dalam sana.

Di lain sisi, segalanya berjalan sangat lambat bagi sang pengantin pria. Euforia yang dialami oleh Luke ternyata sangat bertolak belakang dengan yang dialami oleh Sharon di hari bahagia mereka ini. Pria tampan itu begitu menikmati setiap proses, menyimpan baik-baik ke dalam setiap kolom ingatan di otaknya. Bahkan bagaimana cantiknya Sharon hari ini dalam balutan gaun pernikahan, juga tak luput masuk ke dalam sana dengan sempurna. Ia memberi label sebagai 'kecantikan yang tidak nyata'. Luke merasa ia perlu mengingatnya seperti seorang bidadari yang turun dari khayangan.

Luke and SharonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang